Malam ini kami membincangkan satu topik namun berakar lebih banyak.
Tepatnya di meja makan yang tak terlalu luas, aku dan dirinya saling berhadapan.
Kupikir ini akan tetap berlangsung dengan baik. Nyatanya tak begitu.
Ia pernah menyampaikan kalimat yang begitu menyakitkan, saat ia bilang bahwa ia mulai bosan.
Namun malam ini, ada kalimat lain yang ia lantunkan. Lebih menyakitkan, lebih mengerikan.
Aku hanya mampu menggenggam garpu lebih erat. Air mataku jatuh ke dalam mangkuk sup.
"Aku membebaskanmu, Grey."
KAMU SEDANG MEMBACA
Master
FanfictionAku hanya ingin dia mengerti. Sedari awal manik kami bertemu, di bawah rintikan hujan, aku langsung tahu bahwa dia Tuanku, bahwa dia hatiku. Tapi, Tuanku hanya menganggapku budaknya, yang senantiasa bersujud di depan pintu dan mengharap belaian pada...