Ia berubah begitu cepat. Menghindariku dengan banyak cara.
Mengatakan bahwa pekerjaannya begitu menuntut.
Ia semakin jarang pulang. Aku tidak tahu di mana ia tinggal. Mungkin di hotel, dengan seorang gadis lain yang lebih menarik. Atau gadis lain yang masih rapat.
Napasku tercekik. Aku lelah. Aku hancur berkeping-keping.
Hari itu, ia tiba-tiba kembali, membawa seorang wanita cantik. Memperkenalkannya padaku dengan nada begitu bangga.
"Dia adalah calon istriku, namanya Jihwan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Master
FanfictionAku hanya ingin dia mengerti. Sedari awal manik kami bertemu, di bawah rintikan hujan, aku langsung tahu bahwa dia Tuanku, bahwa dia hatiku. Tapi, Tuanku hanya menganggapku budaknya, yang senantiasa bersujud di depan pintu dan mengharap belaian pada...