Dari hari ke hari, setiap kali pantofelnya telah menyentuh lantai kayu flat disertai sirat lelah, ia akan selalu menanyakan; bagaimana hariku berlangsung.
Aku selalu menjawab bahwa, semuanya berlalu dengan sangat menyenangkan. Sekali pun aku terkurung di sini. Sekali pun aku kesepian di sini.
Namun, kepulangan Tuanku berhasil menghapus rasa jenuh pun sepi yang menyambangi.
Tuanku, Tuanku, engkaulah pelipur laraku.
Tuanku, Tuanku, engkau pula euforia serta denyut nadiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master
FanfictionAku hanya ingin dia mengerti. Sedari awal manik kami bertemu, di bawah rintikan hujan, aku langsung tahu bahwa dia Tuanku, bahwa dia hatiku. Tapi, Tuanku hanya menganggapku budaknya, yang senantiasa bersujud di depan pintu dan mengharap belaian pada...