S C A R L E T
Silau.
Cahaya yang menelusup masuk membuat mataku terbuka secara perlahan. Bersamaan dengan kesadaran yang sedang kukumpulkan, rasa ngilu dan perih datang menyerang.
Kuurungkan niatku untuk bangkit dan kembali berbaring, pandanganku mengedar ke sekeliling mencari kehadiran sosok menyebalkan itu. Dan kemudian kutemukan dirinya yang sedang duduk di balkon lantai dua—tempat yang terhubung langsung dengan—kamarku.
“Jeongin?”
Aku terkejut! Karena demi apapun, suaraku begitu serak dan terdengar sangat lirih. Aku bahkan tidak yakin apakah Jeongin mendengarku.
Berapa lama aku pingsan? Sampai-sampai suaraku seperti ini?
Entah karena aku yang terlalu terkejut, atau karena memang kekuatan yang dimilikinya. Sepersekian detik kemudian aku baru menyadari, ia sudah duduk disampingku.
“ Akhirnya kau bangun juga! ”
“ Memang berapa lama aku pingsan? ”
“ Hm ... terhitung dengan hari ini berarti 3 hari. ”
“ Apa?! 3 hari?! Lalu bagaimana dengan cafe? ASTAGA AKU TIDAK BEKERJA SELAMA TIGA HA— ”
“ Ya! Tenanglah dulu! Kau baru sadar tapi sudah teriak - teriak seperti itu! ” Jeongin menyodorkan segelas air yang isinya langsung diteguk habis olehku.
“ Aku sangat khawatir! Kukira aku sudah membunuhmu. Karena kau tiba - tiba pingsan! Kupikir tidak akan lama, tapi esoknya kau belum kunjung bangun! Jadi aku pasangkan infus agar kau tetap dapat a— ” Jeongin tidak melanjutkan kalimatnya, matanya melebar sambil melihat ke arah lenganku.
“ Infus? Maksudmu aku dipakaikan selang infus? ”
Sedetik setelah aku berbicara seperti itu, Jeongin langsung menutup mataku. Tentu saja aku memberontak karena tidak mengerti apa maksudnya melakukan itu.
“ Ya! Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?! ”
“ Apa kau tidak merasakannya?! Kau tidak merasakan perih?! ”
Oke. Perih. Aku baru merasakannya saat dia bertanya. Tapi, perih di lenganku ini—karena apa?
Tunggu! Infus, lengan, perih. Jadi maksudnya, selang infus ditanganku lepas? Dan itu yang membuatku perih? Kenapa aku tidak menyadari itu sejak awal ?
“ Ma-maksudmu, selang infusnya lepas? Berarti, perih ini karena itu? Da-darah? Darahku mengalir dari sini? ”
Aku meraba tanganku, dan dapat kurasakan cairan kental yang sedikit lengket, bersamaan dengan perih yang semakin terasa kala aku memegangnya.
“ I-ini darah? ” jantungku berpacu dengan cepat, tubuhku kini gemetar. Padahal aku tidak melihatnya secara langsung karena Jeongin menutupi mataku, tapi phobia ini datang lagi!
“ Tenanglah, Hyejung! Jangan membuka matamu! Aku akan membersihkannya dulu. ”
Perlahan, tangan Jeongin yg menutupi mataku terlepas. Aku memejamkan mata, tidak ingin phobia ku bertambah parah hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
✗。MATE - SCARLET.
Fanfictionmengikat perjanjian darah dengan vampir-atau- menyerahkan kehidupan pada iblis? (editing on process)