1O.

4.3K 661 16
                                    

Sensasi dingin itu terus mengganggu Hyejung yang masih terlelap dalam tidurnya.

Mau tak mau membuat sang empu mata akhirnya terbangun. Dan yang pertama ia dapatkan adalah ruangan kamar yang luas bergaya gothic sedang ia tempati.

Ia menuruni ranjang luas itu. Tapi belum sampai tubuhnya tegak berdiri, dirinya malah jatuh terhuyung. Jika saja tak ada yang menahan, kepalanya sukses terantuk sudut meja kaca—dan ia yakin—akan berdarah. Tapi, siapa yang menahannya?

                    "Tidak bisa ya kau diam untuk sebentar saja?"

Hyunjin membantu Hyejung kembali berbaring di atas kasur. Dan menyelimuti tubuh gadis itu. Saat mencoba untuk terpejam kembali, ingatannya memutar kejadian dijalanan itu.

                    "Ini ... dimana? Bukankah aku waktu itu tertabrak truk? Jangan-jangan ini surga?!"

                    "Surga? Tidak. Ini di kamarku. Dan kau bukan tertabrak, lebih tepatnya ditabrak."

                    "Sulit dipercaya aku masih hidup!" Hyejung berbicara dengan binar di matanya, membuat Hyunjin menutupi kekehannya.

                    "Harusnya kau sudah mati, tapi aku membantumu untuk hidup. Jadi bolehkah aku meminta balasan?"

                    "Yak! Aku tidak pernah meminta bantuanmu! Aku harus membalas apa?!"

                    "Berikan aku darahmu."

Hyejung membulatkan matanya, ia langsung menyilangkan kedua lengannya di depan dada kala Hyunjin mencondongkan tubuh ke arahnya sambil menutup mata.

Heran karena beberapa lama tak merasakan apapun, ia membuka mata perlahan. Dan terkejut bukan main saat melihat wajah Hyunjin yang hanya berjarak beberapa jari saja dengan dirinya.

                    "Astaga! Menjauhlah!"

                    "Hahahaha!"

Hyunjin tak bisa menahan tawanya kala melihat wajah Hyejung yang memerah, sekian detik kemudian ia berhenti tertawa dan terdiam. Membuat Hyejung yang masih mencerna bahwa iblis dihadapannya ini ternyata bisa tertawa juga kebingungan.

                     "K-kenapa berhenti?"

                     "Aku ... tertawa?"

Hyejung hanya mengangguk, dan Hyunjin kembali memasang wajah datarnya.

                     "Ekhem, aku sudah membawakan makanan untukmu. Jika kau lapar, kau boleh memakannya."

                     "O-oh ... ya, terima kasih."

                    "Aku akan mengambil darahmu untuk Jeongin nanti, sekarang pulihkan saja tubuhmu."

Atmosfir yang melingkupi mereka tiba-tiba menjadi gugup, sampai Hyunjin memutuskan untuk keluar dari sana.

                     "Tadi dia bilang darah untuk Jeongin?"

Hyejung tersenyum. Ternyata iblis itu masih bisa peduli. Meski Hyunjin menyangkalnya habis-habisan, sikapnya tetap menunjukkan bahwa kepeduliannya masih ada di tengah kebekuan hatinya.


S C A R L E T


Jisung terus berjalan menyusuri lorong gelap yang menghubungkan kamar Jeongin dengan aula utama. Sang ayah dari pangeran itu memanggilnya, untuk apa lagi jika bukan menanyakan kabar dua pangeran kesayangannya.

✗。MATE - SCARLET.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang