Bagian 4

4.5K 299 2
                                    

Alesha berdiri menyandar di sebuah pilar sambil memejamkan matanya dan menghembuskan nafas berulang kali. Seluruh ruangan sudah gelap, hanya ada beberapa lampu kecil yang menerangi rumah tersebut. Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul satu malam. Alesha berencana untuk kabur dari rumah megah yang biasa disebut mansion ini. Setelah rencana pertamanya yang tidak lain adalah membujuk bos besar dirumah ini gagal, ia memilih untuk menjalankan rencana keduanya, yaitu kabur. Ia sepertinya tidak terpengaruh dengan ucapan Radit dan Gina. Ia berpikir bahwa kedua orang itu hanya menakut-nakutinya saja.

Alesha mulai melangkahkan kakinya dengan gerakan lambat agar tidak menimbulkan suara. Tiba-tiba langkahnya terhenti seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Hp...." gumamnya sambil memelototkan matanya. Mana mungkin ia pergi tanpa benda penting tersebut. Ia memutar ulang memorinya, ponselnya diambil oleh pengawal botak, lalu diberikan kepada bos mereka agar Alesha tidak dapat menghubungi orang terdekatnya. Bos? Ya! Sudah jelas, ponselnya pasti berada dikamar Gilang. Alesha menjentikkan jarinya bangga, kemudian berbalik arah menuju ke kamar Gilang untuk mengambil ponselnya, alias mencuri ponselnya kembali.

Sudah setengah jam Alesha berkeliling mencari kamar Gilang yang tak kunjung terlihat hilalnya. Mencari kamar Gilang baginya sama dengan mencari sebuah jarum ditumpukkan jerami. Di rumah ini terdapat puluhan kamar menurut yang telah didapati Alesha sejak 30 menit yang lalu. 

"ini rumah apa hotel? Pegal banget kaki gue..." gerutu Alesha sambil memukul-mukul betisnya yang terasa mau patah. Tidak lama kemudian, ia memilih untuk berjalan mencari kamar Gilang lagi. Ia kemudian mememukan sebuah pintu coklat besar. pintu itu terlihat berbeda dari pintu-pintu lainnya, yang satu ini terlihat agak mewah.

"Ini pasti kamarnya Om Bos!" Alesha tersenyum lebar sampai matanya yang sudah agak sipit tambah tidak terlihat. Ia kemudian mendekati pintu tersebut dengan langkah pelan. Sebuah anugerah menghampiri Alesha, pasalnya pintu tersebut tidak benar-benar tertutup alias agak terbuka. Alesha mengintip kedalam kamar tersebut, agak gelap. Lampu utama dikamar itu dimatikan, hanya ada satu lampu tidur yang menyala.

"Sepi banget. Eh, kan udah tengah malam, heheheheee..." kekeh Alesha pada dirinya sendiri. Ia kemudian masuk kekamar tersebut sambil menahan nafas agar tidak ketahuan. Alesha bingung harus mencari darimana terlebih dahulu. Pasalnya, ruangan tersebut sangat luas untuk seukuran kamar tidur. Bahkan, ruang tamu dirumah Alesha tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kamar Gilang.

Mata Alesha tertuju pada sebuah meja kecil yang berada tepat disamping kasur king size milik Gilang. Diatas meja tersebut terdapat lampu tidur yang sedang menyala dan memiliki beberapa laci. Berhubung kamar Gilang minim akan cahaya, Alesha memutuskan untuk mencari ponselnya ditempat terdekat dari lampu tidur. Alesha menoleh sejenak keatas tempat tidur, hanya terdapat seseorang berwajah dingin yang baru ditemuinya beberapa jam yang lalu.

"sok gonta-ganti perempuan buat dipake, nyatanya masih tidur sendirian. Cih, jomblo kok dipelihara. Eh, gue kan jomblo juga, hehehe..." ucap Alesha dengan suara pelan. Ia mulai berjongkok di hadapan meja kecil tersebut, kemudian menarik laci-lacinya secara bergantian dengan pelan.

"Kok gak ada ya...?" Alesha membuka laci terakhir dan mendapati sebuah ponsel berwarna putih dengan silikon berwarna kuning. Ia tersenyum lebar kemudian meraih ponsel tersebut.

"Baby.... Bunda kangen." bisik Alesha sambil mengelus-elus ponselnya.

"mau nyuri?" Alesha melotot mendengar suara berat yang membuat tubuhnya kaku seketika. Dengan gerakan pelan ia memasukkan ponselnya ke saku hoodie yang sedang ia gunakan.

Alesha menoleh kesamping tepatnya kearah tempat tidur, kosong. Kemana Gilang? Alesha meneguk salivanya dengan susah payah, keringat dingin sudah membanjiri wajahnya. Ia berdiri dengan perlahan, kakinya terasa lemas yang membuatnya sulit menegakkan badan. Alesha memutar badannya menghadap kepada suara es yang baru saja ia dengar.

Prison And You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang