"kejadian penipuan itu kapan Bunda?" tanya Alesha yang saat ini sedang melakukan Video Call dengan Rena menggunakan ponsel Joni. Setelah Alesha menceritakan semua kejadiannya, mulai dari penipuan sampai Alesha yang jadi tebusan, ketiga teman Alesha sepakat untuk membantu Alesha mengungkap kebenarannya.
"Sekitar dua bulan yang lalu. Saat itu, Gilang sedang berbisnis dengan Bunda, sama orang yang nipu Bunda juga."
"terus terus...?" tanya mereka berempat serempak dengan mata yang tidak lepas dari ponsel Joni.
"Saat itu Gilang ngasih kepercayaan ke Bunda buat ngirim uang pembangunan gedung diluar kota. Teman Bunda itu bilang, biar dia aja yang ngirim. Terus Bunda percaya, Bunda kasih deh. Tapi Bunda nggak percaya kalo dia bakal bawa kabur uang itu." Jelas Rena.
"Saat itu Bunda mau jelasin ke Gilang, tapi nggak ada yang percaya. Bunda juga nggak punya cukup bukti. Makanya saat itu Bunda kabur, dan makanya dulu kita sempat pindah rumah." sambungnya lagi. Mereka berempat mengangguk paham dengan penjelasan Rena. Alesha mengingat kembali saat mereka pindah kerumah baru dua bulan yang lalu. Untung saja cuma pindah rumah, bukan sekolah.
"Bunda punya foto teman Bunda itu?" tanya Alesha lagi. Rena mengangguk diseberang sana yang membuat keempat anak itu saling berpandangan dan kemudian tersenyum licik.
"Bunda kirim ke nomor Joni ya, soalnya hp Alesha udah wafat. Ini kode loh Bunda, minta baru." Rena berdecak diseberang telepon. Disaat seperti ini, bisa-bisanya Alesha masih berpikiran macam-macam.
"Maafin Bunda ya nak. Harusnya sekarang Bunda ada disamping kamu. Tapi Bunda nggak bisa pulang, Bunda harus cari uang buat kehidupan kita dan untuk ngeganti uang Gilang, biar kamu bebas." sesal Rena dengan nada sendu.
"Nggak apa-apa Bunda. Alesha bisa jaga diri kok, buktinya sekarang Alesha udah bebas. Dan juga Bunda nggak akan dan nggak perlu ganti uang Bos Gilang, karena itu bukan salah Bunda. Kita bakal cari orang itu, dan buat dia ngaku." Rena hanya bisa mengangguk dan tersenyum haru melihat kesungguhan putri satu-satunya.
"Oiya, itu entar uang yang udah Bunda kumpulin pake aja beliin aku hp baru, ituloh Bunda yang lagi rame di iklan-iklan." Joni sontak menabok kepala Alesha karena merasa kesal. Sedangkan Alesha malah berdecak sebal mendapat perlakuan seperti itu.
"Yaudah Bunda, Lena tutup ya. Bisa tambah ngawur entar si Esha, Assalamualaikum." ucap Lena terburu-buru karena ia sedang menjadi korban diantara perkelahian dua orang disamping kanan dan kirinya.
"Iya nak, wa'alaikumsalam." tutup Rena.
"Joni, Esha udah ih! Kok jadi rambut aku yang ditarik-tarik?" rengek Lena karena dia yang menjadi korban perang dunia ketiga diantara mereka berdua.
"Suruh siapa ditengah? Hahaha..." ejek Dimas yang sedang tertawa sendiri melihat tingkah teman-temannya.
"Aaaaa!!!!!" mereka berempat serentak menutup telinga mereka mendengar teriakan sangkakala tersebut. Mata mereka melihat kesumber suara, tante-tante? Mereka masih bingung ingin menyimpulkan gender orang tersebut. Pasalnya, orang tersebut sangat menor dan menggunakan pakaian ketat, tapi betis dan lengannya terlihat berotot. Jadi mereka dapat menyimpulkan bahwa orang tersebut cacat gender alias banci.
"Ih, ini kok ada cowok di toilet janda sich?!" ucap orang tersebut dengan suara yang dimanja-manjakan. Mereka memerhatikan sekeliling, mereka baru sadar kalau mereka sedang bersembunyi di toilet wanita. Mereka masih tidak jauh dari Mall, jadi mereka memilih untuk bersembunyi di toilet umum dulu karena lelah berlari.
"Hmm... Duo Abang ini ganteng juga, godain ekeh dong bang..." orang tersebut berjalan mendekati Dimas dan Joni yang sudah keringat dingin. Ia kemudian mengibaskan rambutnya kesana kemari sambil berpose seksi. Wajah Alesha dan Lena mulai memerah memahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prison And You (Completed)
Teen FictionAlesha, gadis SMA blak-blakan yang harus menanggung tuduhan atas nama ibunya dengan menjadi korban penculikan ditengah-tengah liburan singkatnya. Ia dipaksa menjadi pembantu oleh Bos besar yang bertanggung jawab atas penculikannya. Tidak tahu jalan...