Bagian 23

3.5K 218 6
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu. Tetapi suasana koridor sekolah masih dipenuhi beberapa murid yang berlalu lalang. Sejak tadi Dimas selalu mengekor dibelakang Alesha untuk memastikan bahwa Alesha benar-benar akan pergi dengannya besok malam. Ia bahkan menawarkan Alesha untuk pergi ketempat yang Alesha mau. Sepanjang koridor, Dimas tidak pernah berhenti berbicara, ia terlalu bersemangat.

"Dim, lo terlalu excited. Biasanya kalo diomongin terus, perginya bisa nggak jadi loh.." Ancam Alesha. Sebenarnya Alesha juga senang. Setidaknya dulu ia pernah menyukai Dimas, pernah.

"Oke, nggak lagi." Dimas langsung menegepkan badannya sambil menutup mulutnya.

"Yaudah, gue duluan ya. Sampai jumpa besok malam." pamit Dimas yang berlari menjauh sambil melambaikan tangannya pada Alesha. Alesha membalas lambaian tersebut sambil tersenyum.

Alesha berdiri disamping gerbang sambil menunggu Gilang. Biasanya Gilang sudah berada didepan gerbang saat Alesha keluar, tapi sepertinya kali ini ia akan sedikit terlambat.

Setelah beberapa menit berdiri, sebuah mobil berhenti didepan Alesha. Bukan sosok Gilang yang keluar, melainkan seorang wanita dengan penampilan yang glamour dan mewah. Jika dibandingkan dengan Alesha yang hanya mengenakan seragam SMA, penampilan mereka sangat berbeda 180 derajat.

"Alesha?" Wanita tersebut membuka suara yang kemudian langsung diangguki oleh Alesha sendiri.

"Kamu masih ingat saya kan?" wanita tersebut kemudian membuka kacamata hitamnya.

"Meta?"

"Baguslah kalau kamu ingat. Saya perlu bicara dengan kamu. Ayo masuk." pinta Meta sambil mengisyaratkan Alesha untuk masuk ke mobilnya.

"Ada apa?" tanya Alesha to the point saat mereka sudah berada didalam mobil.

"Akhir-akhir ini... saya perhatikan, kamu sangat dekat dengan Gilang." Alesha menatap Meta bingung.

"Saya punya orang untuk mengawasi Gilang. Jadi jangan heran kalau saya mengetahui segala aktivitas Gilang."

"Memangnya Bos Gilang nggak marah kalo Kak Meta nyuruh orang mata-matain dia." tidak ada pilihan lain bagi Alesha untuk memanggil Meta dengan embel-embel Kakak. Pasalnya ia harus tetap menjaga sopan santun, dan jika ia memanggil dengan sebutan tante, sepertinya itu agak ketuaan.

"Apa ada yang salah dengan mengawasi aktivitas tunangan sendiri?" Alesha sedikit terkejut saat mendengar Meta menyebut Gilang sebagai tunangannya.

"Tunangan?" beo Alesha.

"Saya cuma mau mengingatkan, kalau saya adalah tunangan Gilang. Kedua keluarga kami juga sudah setuju. Kamu pasti tau kan, siapa Ayah Gilang? Pasti ia menginginkan anaknya mendapatkan pendamping yang setara." Meta tersenyum miring saat melihat ekspresi Alesha yang mulai berubah.

"A..aku nggak ngerti..."

"Alesha.. Biar saya jelaskan. Coba kamu lihat diri kamu, kamu hanya seorang siswi SMA yang polos dan sederhana. Sedangkan Gilang? Dia seorang penerus dari seorang pengusaha kaya. Dia juga butuh seseorang yang bisa membantunya mengurus pekerjaannya. Apa kamu bisa?" Ekspresi Alesha benar-benar sudah berubah, entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Ini memang terdengar agak kasar, tapi saya hanya ingin menyadarkan kamu. Jangan sampai kamu terlihat bodoh saat bersanding disamping Gilang." setetes air mata jatuh dipipi Alesha. Apa ia sekecil itu? Hingga terlihat bodoh saat disamping Gilang.

"Pikirkan saja baik-baik Alesha. Sekarang kamu bisa turun." Tanpa mengatakan apa-apa, Alesha langsung keluar dari mobil tersebut. Sedangkan Meta hanya tersenyum puas setelah kepergian Alesha.

"Gak ada yang boleh ngerebut Gilang, termasuk bocah itu." Gumamnya sambil menatap punggung Alesha yang menjauh dari kaca spion.

Alesha berjalan disepanjang aspal sambil sesekali menendang batu-batu kecil disana.

"Gue harusnya nyadar, kalo gue emang nggak sebanding sama Bos Gilang." Gumam Alesha sambil menatap langit dan sesekali menghembuskan nafasnya.

Suara klakson menghentikan langkah Alesha. Ia kemudian berbalik dan mendapati Gilang yang sedang memberinya isyarat untuk masuk ke mobil. Alesha tampak berpikir sejenak, lalu menuruti Gilang dan masuk kedalam mobil tersebut.

"Maaf, tadi aku telat." ucap Gilang saat Alesha sudah berada didalam mobil.

"Nggak apa-apa kok." Jawab Alesha sambil tersenyum yang membuat Gilang ikut tersenyum kecil.

"Kamu mau langsung pulang?"

"Iya. Soalnya nggak lama lagi teman-teman aku bakal dateng buat kerja kelompok." Gilang hanya mengangguk kecil lalu melajukan mobilnya menuju kerumah Alesha. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang membuka suara. Hanya suara deru mesin mobil dan suara radio yang mengiringi perjalanan mereka sampai tiba didepan rumah Alesha.

"Aku punya sesuatu untuk kamu." Gerakan Alesha yang hendak membuka sabuk pengaman terhenti. Gilang kemudian menyodorkan sebuah kotak persegi panjang berwarna silver kepada Alesha.

"Ini apa?" tanya Alesha bingung.

"Buka aja." Alesha menurut dan kemudian membuka kotak tersebut. Sebuah ponsel berwarna kuning tergeletak utuh didalam sana. Alesha mengenali benda tersebut, itu adalah miliknya yang sudah dihancurkan Gilang beberapa saat yang lalu. Tapi benda tersebut sangat berbeda dari yang terakhir kali Alesha lihat.

"Hp itu udah aku benerin. Itu punya kamu." Alesha menatap Gilang dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

"Bos.." Gilang menoleh sehingga membuat mereka saling berpandangan.

"Makasih." sambungnya. Gilang tersenyum kemudian mengangguk menanggapi.

"Bos.." Gilang menoleh untuk yang kedua kalinya.

"Sebenarnya...."

"Aku udah punya pacar." Senyum Gilang memudar saat mendengar pernyataan Alesha.

"Maksud kamu?" Gilang menatap Alesha menuntut penjelasan. Alesha kemudian memalingkan wajahnya untuk menghindari kontak mata dengan Gilang.

"Selama ini sebenarnya aku udah punya pacar. Bos terlalu baik, jadi aku nggak bisa lanjutin permainan ini. Aku cuma menganggap Bos tidak lebih dari teman yang baik. Tapi sepertinya perasaan Bos udah lebih dari itu, dan aku nggak mau jadi pemberi harapan palsu." jelas Alesha yang membuat Gilang mendengus sebal.

"Apa kamu cuma manfaatin aku?" Alesha mengangguk dengan berat.

"Kamu benar-benar tidak punya perasaan ke aku?" Alesha mengangguk lagi.

"Keluar." Suruh Gilang dengan nada dingin. Alesha berusaha menahan airmatanya.

"Keluar!!" bentak Gilang ketika Alesha masih tidak meninggalkan tempatnya. Setetes airmata berhasil lolos dari mata Alesha. Ia kemudian membuka pintu mobil dan keluar sesuai dengan perintah Gilang. Mobil Gilang langsung melesat saat Alesha baru saja menutup pintu mobil tersebut. Airmata yang tadinya hanya setetes langsung berhamburan keluar saat mobil Gilang telah menjauh, begitupun hubungannya.

Gilang memberhentikan mobilnya setelah menyetir dengan arah yang tidak menentu. Ia memegang kepalanya yang terasa mau pecah.

"ARGGHH...!!!!!" Teriak Gilang frustasi sambil menarik rambutnya dan memukul stir mobil berulang kali. Ia kemudian menahan dadanya yang terasa sesak dan setetes airmata pun berhasil lolos dari matanya.

Ditempat lain, Alesha masih tidak beranjak dari tempat Gilang menurunkannya sebelumnya. Ia berjongkok sambil memegang dadanya dengan airmata yang tidak kunjung berhenti.


***



Prison And You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang