"Gina, lo gak bosan disini?" tanya Alesha yang sedang memeluk kakinya yang ditekuk. Saat ini sudah pukul sembilan malam. Tapi mereka berdua masih asyik mengobrol, mulai dari wanita yang datang keruangan Gilang, hingga hal-hal pribadi lainnya. Alesha duduk berhadapan dengan Gina meski tempat tidur mereka berlainan. Tempat tidur mereka memang terpisah dan sengaja mereka buat berhadapan agar lebih mudah saat berbincang-bincang.
"Bosan sih... Tapi mau gimana lagi. Disini juga nggak seburuk itu kok." jawab Gina sambil tersenyum.
"Nggak buruk gimana..." gumam Alesha pelan sambil membuang pandangannya keluar jendela.
"udahlah Sha... Nanti kamu akan terbiasa kok." Gina mencoba menenangkan Alesha yang sepertinya belum terbiasa itu.
"Bukan masalah itu. Tapi nggak mungkin kan gue disini terus sampai tua. Bunda gimana?" Alesha kembali menatap Gina, Suaranya memelan saat menyebut nama Bundanya. Ia kemudian kembali menatap keluar jendela agar Gina tidak melihat matanya yang sedang berkaca-kaca.
"Gue satu-satunya yang Bunda punya. Sekarang Bunda punya siapa? Bunda sendiri, Bunda pasti sedih." Alesha menatap kosong keluar jendela sambil memikirkan Bundanya. Ia berusaha sekuat mungkin untuk menjaga suaranya agar tetap terdengar normal.
Gina menatap punggung Alesha dengan tatapan prihatin. Ia kemudian meraih ponselnya dengan hati-hati agar Alesha tidak menyadarinya. Karena Alesha tidak mengetahui jika Gina memiliki ponsel. Gina kemudian mengetik sesuatu lalu kembali meletakkan ponselnya dibawah bantal agar tidak terlihat oleh Alesha.
"Hmm.. Gin, menurut lo, perempuan yang tadi itu gimana? Dia cantik banget, gue aja sampe iri." Alesha mencoba mengalihkan pembicaraan agar ia tidak terlarut dalam kesedihan.
"Hmm... Aku gak suka. Dia memang cantik, tapi dia tidak seperti penampilannya. Dia itu seperti ular, sejenis medusa gitu." jawab Gina agak berbisik tapi masih dapat didengar oleh Alesha.
"Kok gitu?" Alesha mengerutkan dahinya bingung dengan tatapan yang masih melihat keluar jendela.
"Entar kamu juga bakal tau sendiri kok." Alesha tambah dibuat penasaran akibatnya. Gina sepertinya sangat tidak menyukai Meta dan Alesha tidak tahu penyebabnya.
"Aku tidur duluan ya." Gina membaringkan tubuhnya tanpa menunggu jawaban Alesha, ia kemudian menarik selimut dan menutupi seluruh badannya.
"Gin, kok gue baru nyadar kalo ada taman bunga ya?" Alesha menajamkan matanya sambil memastikan bahwa yang dilihatnya memang benar-benar taman bunga.
"Jangan aneh-aneh deh Sha. Tidur aja, jangan coba-coba kesana. Udah malam." Ucap Gina dengan mata terpejam. Mungkin satu menit lagi, ia akan terlarut ke alam mimpi.
Alesha tidak menghiraukan ucapan Gina. Sejak kecil Alesha sangat suka pergi ketaman bunga. Ia melirik kearah tempat tidur Gina. Nafas Gina berhembus dengan teratur, artinya Gina sudah tidur lelap. Alesha tidak bisa menahan rasa penasarannya, melihat sebentar tidak masalah bukan?
Dengan langkah pelan, Alesha berjalan keluar kamar dengan mata yang terus memerhatikan Gina agar tidak membangunkannya. Alesha menghembuskan nafas lega saat ia berhasil keluar kamar tanpa membangunkan Gina. Ruangan sudah hampir seluruhnya gelap, hanya ada beberapa lampu dinding yang menyala.
"Baru juga jam sembilan, tapi udah kayak tengah malam. Anak bayi jam segini mah juga masih belum tidur kali." Alesha mendecih saat memerhatikan keadaan ruangan yang sudah seperti tengah malam itu. Alesha berjalan santai menuju ke pintu belakang. Alesha sebenarnya sudah agak menghapal jalan dirumah ini. Tapi berhubung suasana sedang minim pencahayaan, jadi ia sedikit mengalami kesulitan. Tapi tak urung ia akhirnya sampai kedapur, tempat pintu akses menuju halaman belakang itu berada.
"Kabur lagi?" Gerakan Alesha yang hendak memutar gagang pintu terhenti karena suara keramat yang sudah ia dengar beberapa kali itu. Alesha membalikkan badannya dengan perlahan dan mendapati Gilang yang tengah memegang sebuah gelas berisi air putih dengan alis yang dinaikkan sebelah.
"Ka-kabur...?" beo Alesha yang merasa seperti tertangkap basah telah mencuri sesuatu.
"Kamu mau kabur lagi? Bosan hidup?" tanya Gilang dengan nada dingin yang membuat Alesha bergidik ngeri.
"ng-nggak kok.. Siapa yang mau kabur juga, ha.. haha.." jawab Alesha dengan tawa yang sangat-sangat dipaksakan.
"terus?" Gilang melirik kearah tangan Alesha yang tengah memegang gagang pintu. Alesha melepaskan pegangannya pada gagang pintu saat menyadari maksud tatapan Gilang.
"Itu Om.. Nggg.." entah kenapa Alesha sangat sulit berbicara. Padahal mudah saja mengatakan kalau ia ingin pergi ketaman bunga yang ada dihalaman belakang.
"Sejak kapan saya saudaraan sama mama kamu?! Saya bukan Om kamu, dan saya juga tidak setua itu untuk dipanggil Om sama bocah SMA tengil seperti kamu." Bentak Gilang yang tidak suka dirinya dijuluki sebagai om-om.
Alesha menggaruk lehernya bingung. Kenapa hampir semua laki-laki sangat sensitif jika dipanggil dengan sebutan om. Mulai dari Radit, sampai Gilang pun melarangnya untuk memanggilnya dengan sebutan om. Bahkan Joni sering ia panggil om karena telah memiliki ponakan pun Joni tidak masalah, malah Joni berbangga diri. Katanya ia sudah dewasa karena telah memiliki seorang ponakan dan telah menjadi seorang paman.
"Ngg.. Gini Om-, eh... Bos. I-itu.. Ta-ta.. Bung.. Aduh.." Alesha merutuki mulutnya yang kini tidak bisa berbicara dengan jelas. Ia sedikit mempertimbangkan kalau sebenarnya ia mungkin memiliki hubungan darah dengan Aziz gagap, Aktor komedi yang sering ia lihat di acara OVJ dengan jambul kuningnya.
"itu.. Aku mau ke ta-taman bunga.." ucap Alesha sambil menunjuk kearah pintu yang hendak ia buka barusan.
"Jangan gila. Cepat kembali ke kamar kamu sebelum-" belum selesai Gialng berbicara, Alesha sudah melesat berlari menaiki tangga menuju kekamarnya.
"Dasar tidak sopan." Oceh Gilang lalu meminum air yang sejak tadi digenggamnya.
Alesha menutup pintu kamarnya dengan nafas yang memburu. Ia sungguh tidak ingin melanjutkan perdebatan yang panjang dengan Gilang karena ia masih sayang nyawa.
"Sha?" Alesha menyadari bahwa barusan ia menutup pintu yang menimbulkan suara agak keras, dan sepertinya ia berhasil membangunkan Gina dari tidurnya. Gina menyalakan lampu tidurnya lalu menatap Alesha yang sedang berdiri di depan pintu sambil mengucek pelan matanya.
"Kamu ngapain disitu Sha?" tanya Gina yang berhasil menetralkan penglihatannya.
"Gu-gue abis dari... Terus ketemu..." Alesha hanya dapat menunjuk kearah pintu dan tidak dapat menjelaskan dengan baik apa yang barusan terjadi. Sepertinya otaknya benar-benar sudah usang dan tidak dapat bekerja dengan baik. Gina bingung dengan penjelasan Alesha yang tidak sampai dan terputus-putus.
"Jangan bilang kamu ke..." Gina menepuk jidatnya seolah mengerti akan sesuatu. Sedangkan Alesha hanya meringis dengan tampang tak berdosa.
"Aduh, Alesha... Kapan sih kamu mau dengerin orang..." Ucap Gina sambil menggelengkan kepalanya.
"Mueheheheheee... Nggak lagi deh." kekeh Alesha lalu bejalan kearah tempat tidurnya.
____________
KAMU SEDANG MEMBACA
Prison And You (Completed)
Teen FictionAlesha, gadis SMA blak-blakan yang harus menanggung tuduhan atas nama ibunya dengan menjadi korban penculikan ditengah-tengah liburan singkatnya. Ia dipaksa menjadi pembantu oleh Bos besar yang bertanggung jawab atas penculikannya. Tidak tahu jalan...