Suara berisik sudah dapat didengar Alesha walaupun jaraknya masih satu meter dengan kelasnya. Hari ini ia mulai kembali bersekolah, ia merasa sangat rindu dengan aroma sekolahnya.
Alesha berhenti dipintu kelasnya, hening. Seisi kelas melongo menatap Alesha. Alesha tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya. Seisi kelas yang tadinya sempat hening sejenak mendadak riuh kembali dan mengerumuni Alesha layaknya para wartawan.
"Al, lo udah balik?"
"Lo disekap dimana Sha?"
"lo baik-baik aja kan?"
"Lo dibius kayak yang di film-film itu nggak?"
"Yang nyulik minta tebusan berapa?"
"Nggak ada lo, kelas berasa kuburan."
"Lega gue, lo udah balik."
"Kita udah kayak detektif pas nyari lo, tau nggak."
Begitulah ucapan-ucapan selamat datang yang diterima Alesha dari teman-teman kelasnya.
"Gue kok berasa kayak artis yak?" ucap Alesha yang membuat seisi kelas menyorakinya.
"Bu Mustopa dateng woy!" teriak Bima yang seolah keramat ditelinga teman-temannya. Semuanya langsung berlari kalang kabut menuju bangku mereka masing-masing.
"Duh, kenapa Mesti Bu Mustopa sih? Nyesel kan gue dateng." gumam Alesha sambil menepuk jidatnya.
Suasana kelas hening, hanya suara langkah kaki guru berbadan gemuk, bermuka sangar yang terdengar diruangan tersebut. Ia memperhatikan satu persatu penampilan murid yang mungkin melenceng dari peraturan sekolah. Ia tidak akan segan-segan memutilasi murid yang berani melanggar aturan.
"Bagus, semuanya rapi." bahkan suara Bu Mustofa dapat membuat siswa siswi merinding sekalipun itu adalah pujian.
"Saya akan memberi kalian hadiah karena sudah taat aturan dengan berpenampilan rapi serta atribut yang lengkap." seisi kelas melotot dengan perasaan tidak enak. Bahkan beberapa murid mulai membaca mantra penyelamatnya.
"Semoga dugaan gue salah, semoga dugaan gue salah.. Ya Allah, salahkanlah dugaan Joni ya Allah..." mohon Joni yang terlihat sedang khusyuk berdoa sambil memejamkan matanya.
"Naikkan kertas selambar, kita ulangan harian." Putus Bu Mustofa tanpa beban. Seisi kelas tampak pucat, terutama Joni yang hampir terkena serangan jantung karena doanya tidak terkabul.
"Udah! Gak usah lebay. Gak ada buku lain selain kertas dan pulpen diatas meja. Kalian akan tahu akibatnya jika membangkang."
"Uhuk uhukk.." seisi kelas menatap Alesha yang sedang terbatuk.
"Alesha? Kamu sudah masuk? Sudah hampir tiga minggu kamu tidak masuk sekolah. Kamu pasti sakit parah ya.." ucap Bu Mustofa yang baru menyadari kehadiran Alesha. Nada bicara Bu Mustofa sudah tidak terlalu tegas seperti sebelumnya.
"Iya Bu.. Uhuk.." Jawab Alesha dengan wajah yang dilesu-lesukan.
"Kamu masih sakit? Kenapa datang kesekolah nak?" nada bicara Bu Mustofa kian melembut.
"Aku udah mendingan kok Bu, tapi kayaknya tadi pagi aku lupa minum obat deh. Aku boleh pulang buat minum obat nggak Bu? Soalnya kata Dokter obatnya nggak boleh dilupa." Teman-teman Alesha menatap iri dengan alasan Alesha. Andai saja mereka juga punya alasan.
"Iya, kamu boleh pulang. Lain kali jangan lupa minum obat ya."
"Iya Bu. Bu, aku boleh ngambil satu orang buat nganter aku pulang nggak Bu? Soalnya aku nggak bawa motor." suasana kelas menjadi sedikit riuh mendengar ucapan Alesha, mereka berlomba-lomba mengode Alesha untuk memilih diri mereka dengan ekspresi yang berbeda-beda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prison And You (Completed)
Teen FictionAlesha, gadis SMA blak-blakan yang harus menanggung tuduhan atas nama ibunya dengan menjadi korban penculikan ditengah-tengah liburan singkatnya. Ia dipaksa menjadi pembantu oleh Bos besar yang bertanggung jawab atas penculikannya. Tidak tahu jalan...