Bagian 27

3.5K 229 1
                                    

3,5 tahun kemudian...

"Bagaimana bisa kalian membiarkan karyawan semalas mereka?!" bentak Gilang yang tengah duduk dikursi kebesarannya. Asisten Gilang baru saja memberi laporan tentang beberapa karyawan mereka yang jarang atau bahkan sama sekali tidak pernah ikut rapat. Disana juga ada beberapa ketua dari divisi yang berbeda-beda yang sedang terkena siraman rohani dari Bos mereka karena membiarkan beberapa karyawan pemalas tersebut.

"Maaf Pak. Mereka akan segera kami tindak lanjuti." Ucap asisten Gilang lalu mengisyaratkan yang lainnya untuk meninggalkan ruangan tersebut.

Sudah tiga tahun lebih Gilang berada di kota ini untuk menjalankan bisnisnya yang sudah lumayan berkembang. Gilang kemudian mengambil ponselnya lalu mengetik sebuah pesan kepada seseorang.

Ting..

Gilang membuka notifikasinya dan membaca balasan pesan dari seseorang yang ia kirimi pesan barusan.

"Alesha baik-baik saja. Dia sedang bekerja." isi pesan tersebut, yang dikirim oleh Radit. Gilang memang sengaja tidak mengikutsertakan Radit dalam bisnisnya karena hanya Radit yang ia percaya untuk menjaga Alesha selama ia tidak ada. Tidak lama lagi, ia akan memerintahkan Radit untuk memantau perusahaannya disini, sementara ia akan kembali ke Jakarta.

"Kamu sudah dewasa ya?" gumam Gilang sambil tersenyum kecil. Gilang kemudian berdiri dari kursinya dan hendak pergi ke restoran di seberang jalan untuk makan siang.

Beberapa bulan akhir-akhir ini, banyak orang yang sering menguntit Gilang dan mengawasi gerak-geriknya. Menurutnya, hal itu bermula saat perusahaannya mulai berkembang pesat. Beberapa perusahaan lama iri melihat perusahaan baru tersebut berkembang, sehingga mereka memata-matai Gilang untuk mendapatkan rahasia suksesnya.

Gilang berjalan sambil beberapa kali melihat kebelakang. Ia merasa seseorang sedang menguntitnya lagi.

"Arghh... Orang-orang itu.." Gilang bisa melihat seseorang dibelakangnya yang sedang menggunakan hoodie hitam untuk menutupi wajahnya. Namun ia hanya membiarkan orang tersebut dan bersikap tidak peduli.

"Apa yang mereka dapatkan dengan ngikutin gue diluar perusahaan? Emang gue kerjanya dijalanan apa?" gumam Gilang lalu kembali berjalan dan memasuki restoran.

"Hai.." sapa Gilang dari jauh pada seorang wanita yang sedang duduk sendiri didalam restoran tersebut. Wanita tersebut tersenyum lalu membalas sapaan Gilang.

"Udah lama? Sory, kerjaan gue tadi numpuk." Ucap Gilang setelah sampai ke meja wanita tersebut lalu duduk dihadapannya.

"Nggak kok. Tiap hari kerjaan lo emang numpuk kali.." jawab wanita tersebut dengan santai.

"Mau pesan apa Fel?" Wanita tersebut bernama Fely. Sepertinya Feli sudah sering menemani dan bertemu Gilang.

"Sial! Cewek itu lagi!" umpat seseorang yang sejak tadi mengikuti Gilang dengan hoodie hitamnya. Orang tersebut kemudian meninggalkan restoran itu setelah sebelumnya menendang dinding yang ada disampingnya dan membuatnya berjalan sedikit terpincang-pincang.

Setelah selesai makan siang, Gilang memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia memasuki ruangannya dan mendapati Meta yang sedang duduk di sofa yang ada diruangan tersebut.

"Ngapain lagi kamu kesini?" tanya Gilang yang langsung duduk dikursi kerjanya tanpa menghiraukan kehadiran Meta.

"Kamu ketemu sama cewek itu lagi?" Meta terlihat tidak suka dengan wanita yang barusan Gilang temui. Ralat, Meta tidak suka pada setiap wanita yang Gilang temui.

"Kamu nggak punya hak untuk tau kehidupan pribadi aku."

"Gilang!" bentak Meta yang sudah tidak tahan lagi.

"Aku sudah bilang, kita hanya sekedar sahabat. Kamu nggak berhak ngurusin hidup aku. Kalo kamu gini terus, aku bisa aja nggak nganggep kamu sahabat lagi." Meta memdengus lalu meninggalkan ruangan Gilang dengan langkah yang sengaja dihentakkan. ia juga membanting pintu diruangan Gilang. Gilang hanya menggelengkan kepalanya, ia lalu mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Urus keberangkatan saya minggu depan." ucapnya pada seseorang diseberang telepon.

"oh, dan juga pecat saja para karyawan malas itu hari ini. Saya tidak mau membayar mahal orang-orang yang tidak memberi perkembangan pada perusahaan." setelah mengucapkan hal tersebut, Gilang langsung menutup teleponnya dan memerhatikan wajah Alesha yang menjadi wallpapernya.

"Tunggu aku.." gumamnya sambil tersenyum.

***

Walaupun bukan di ibukota, jalanan di kota ini juga cukup bisa dibilang macetnya tidak jauh beda dengan Jakarta.

"Nggak di Jakarta, nggak disini... Sama aja macetnya.." gumam Gilang sambil menatap jalanan yang dipenuhi suara klakson yang saling bersahut-sahutan.

"Gerimis lagi..." Gilang menatap langit yang hitam pekat tanpa bintang. Bintang-bintang tersebut sedang bersembunyi dibalik mendung.

Setelah beberapa lama terdiam dalam kemacetan, Gilang akhirnya dapat melajukan mobilnya dan melanjutkan perjalanannya untuk pulang kerumah.

Ditengah perjalanan, ia mendapati seseorang yang berjalan sedirian dengan menggunakan hoodie hitam untuk melindungi kepalanya dari gerimis.

"Itu dia si mata-mata." gumam Gilang. Ia sudah sangat hapal dengan gaya dan postur tubuh orang yang mengintainya tadi siang. Bukan hanya tadi siang, orang itu sudah terlalu sering mengintai Gilang sampai ia sendiri sudah lupa sejak kapan.

"Gue harus tau dia dari perusahaan mana. Kalo gue tau, gue nggak bakal pernah kerjasama dengan perusahaan itu." Gilang kemudian memberhentikan mobilnya dan mengikuti orang tersebut dengan berjalan kaki. Orang tersebut singgah disebuah minimarket, ia membeli sebuah mie cup dan sebotol minuman bersoda. Sebelum keluar, ia menyeduh mienya terlebih dahulu dengan air panas yang tersedia disana. Gilang kembali mengikuti orang tersebut saat orang tersebut keluar dari minimarket.

Setelah beberapa menit berjalan, Orang tersebut berhenti dan duduk disebuah bangku beton yang tidak jauh dari pinggir jalan. Orang tersebut duduk bersila kemudian menyantap makanan yang ia beli barusan.

"Kena lo." gumam Gilang. Ia kemudian mendekati orang tersebut dengan langkah pelan. Setelah berada tepat dibelakang orang itu, Gilang mendekatkan tangannya pada hoodie orang tersebut hendak membukanya dan melihat wajahnya.

Dengan gerakan cepat, Gilang menarik hoodie orang tersebut. Orang tersebut terkejut dan berbalik. Saking terkejutnya, orang tersebut menyemburkan mie yang belum sepenuhnya masuk kemulutnya ke baju Gilang. Ia melongo saat Gilang berada dihadapannya dan menangkap basah dirinya yang telah menguntit Gilang selama beberapa bulang terakhir ini.

Prison And You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang