Bagian 25

3.4K 232 4
                                    

Seperti yang telah dijanjikan, hari ini Alesha dan Dimas akan menonton film bersama. Walaupun dirinya sedang bersama Dimas, namun pikirannya selalu tertuju pada Gilang. Alesha terus memikirkan perkataan Meta dan Dimas, dan berpikir apakah sesalah itu hubungan mereka?

Dimas terus menceritakan berbagai hal pada Alesha, namun Alesha sama sekali tidak menanggapi hal tersebut. Dimas mulai tersadar jika sejak tadi Alesha tidak menanggapinya, Alesha ada disampingnya tapi tidak dengan pikirannya, dan juga.... Hatinya. Namun Dimas tidak akan menyerah, ia akan terus membiasakan Alesha dengan keberadaannya, kemudian Alesha akan memberikan hatinya kepadanya.

"Al..." Dimas memegang kedua bahu Alesha kemudian memutar Alesha agar berhadapan dengannya. Alesha hanya menatap mata Dimas menunggu hal yang akan dikatakan Dimas.

"Al, gue tau kalo pikiran lo lagi nggak disini, dan itu cukup buat gue sedikit kecewa..." Alesha menunduk sambil mengatakan maaf dengan nada pelan.

"Tapi gue ngerti kok, lo bisa jadiin gue pelampiasan. Gue rela, dan gue bakal nahan kecewa. Gue bakal nunggu sampai nanti rasa pelampiasan lo, berubah jadi rasa istimewa ke gue..." Walaupun sebelumnya Dimas sudah memberikan gambaran perasaanya pada Alesha, tapi tetap saja Alesha masih sedikit terkejut. Dimas baru saja mengatakan bahwa dirinya akan menunggu Alesha. Tapi entah mengapa perasaan Alesha tidak sesenang dulu saat Dimas hanya tersenyum singkat kepadanya. Ia juga bingung, padahal Dimas barusan sedang menyatakan perasaannya secara tidak langsung.

"Dim... Gue.."

"Udah, nggak usah dibahas. Lo mau kemana? Kita kesana aja yuk.." Ajak Dimas yang sepertinya tidak ingin melanjutkan pokok pembahasan.

Baru saja hendak kembali melangkah, namun mereka menghentikan langkah mereka kembali saat dua orang berhenti tidak jauh dari mereka. Dua orang tersebut telah menyaksikan apa yang dilakukan Dimas dan Alesha sejak tadi.

Alesha terpaku menatap wajah dingin Gilang yang sedang menatapnya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya kepada wanita disamping Gilang. Ekspresi wanita tersebut terlihat sedikit mengejek. Entah kenapa hati Alesha sedikit sakit, bukan... Sakitnya terasa banyak, sangat banyak. Meta kemudian melingkarkan tangannya pada lengan Gilang yang membuat hati Alesha semakin tidak karuan.

"Kalau hanya perasaan sementara, kalau hanya perasaan anak remaja yang suka berubah-ubah, kenapa bisa sesakit ini?" batin Alesha.

"Maafin gue Al..." Ucap Dimas dalam hati setelah melihat perubahan ekspresi Alesha. Ia sedikit tidak tega, namun ia melakukan hal ini karena ia tidak ingin perasaan Alesha tertuju kepada yang lain. Ia ingin perasaan Alesha seperti dulu, hanya kepadanya. Selama ini Dimas memang tahu perasaan Alesha, tetapi ia hanya berpura-pura tidak tahu agar suasana tidak terasa canggung bagi Alesha dan dirinya saat sedang bersama. Tetapi sepertinya yang ia lakukan itu salah, perasaan Alesha kini telah beralih, dan ia akan melakukan apa saja untuk mengembalikan perasaan Alesha.

Gilang menatap Alesha dengan hati yang sedikit terluka melihat lelaki remaja yang berada disamping Alesha.

"Apa itu pacarnya?" batin Gilang setelah melihat Dimas yang tengah memegang sebelah tangan Alesha. Ditambah Adegan yang baru saja ia saksikan. Gilang semakin yakin dengan kesimpulan bahwa perasaan Alesha hanya sebatas perasaan anak remaja yang akan jatuh cinta jika melihat lelaki tampan, Remaja yang langsung tergila-gila setiap melihat lelaki yang lewat dengan wajah yang diatas rata-rata.

Gilang kemudian melanjutkan jalannya tanpa berkata apa-apa dengan ekspresi yang tidak berasa. Sedangkan Meta tersenyum senang, sepertinya Gilang benar-benar telah termakan dengan omongannya.

Dimas dan Alesha ikut melangkahkan kaki mereka dan berjalan lurus tanpa mengatakan apa-apa. Keempat orang tersebut berjalan dengan arah yang berlawanan dan jarak mereka semakin dekat untuk saling melewati. Tidak ada yang saling menatap atau bertegur sapa, mereka saling melewati seperti orang asing yang tidak pernah saling kenal. Alesha hanya dapat menghirup aroma Gilang yang lewat disampingnya. Begitupun Gilang, ia sangat ingin berhenti saat disamping Alesha dan menatap matanya lalu memaksa Alesha untuk kembali kesisinya. Namun ia tidak mungkin melakukan hal tersebut.

***

Ujian semester akan dimulai dua hari lagi. Tidak lama lagi Alesha akan menginjakkan kaki ke jenjang terakhir pendidikan SMA. Setelah pertemuan tanpa kata dengan Gilang saat itu, ia tidak pernah lagi bertemu Gilang atau mendengar kabarnya. Hal tersebut membuat hati Alesha menjadi lumutan dan banyak sarang laba-labanya. Ia tidak seperti Alesha yang dulu lagi, ia lebih pendiam dengan pikiran yang selalu tidak berada pada tempatnya. Ia selalu berpikir bahwa keadaan Gilang saat ini pasti baik-baik saja bersama dengan wanita impian para lelaki, Meta.

Ditempat lain, Gilang sedang duduk sendiri sambil memperhatikan tiket pesawat ditangannya. Ia sangat bimbang dalam mengambil keputusan ini, ia akan pergi. Ia kemudian terpikir akan Alesha, setiap hari ia selalu merindukan gadis kecilnya tersebut. Ia selalu mengikuti Alesha tanpa Alesha sadari untuk mengurangi rasa rindunya. Hatinya sedikit sakit setiap melihat ekspresi Alesha yang sedikit datar, murung, dan tidak bersemangat. Ia kemudian kembali menatap tiket tersebut, waktu tiket tersebut tepat hari ini, pukul tujuh malam.

"Cepat dewasa Alesha. Saat kamu dewasa nanti, aku akan kembali dan mempertanyakan perasaan kamu. Dan apapun perasaanmu, aku akan tetap datang dan memelukmu." Gilang kemudian beranjak dan terlihat menarik sebuah koper hendak memasukkannya kedalam mobil.

Alesha terlihat sedang berdiri didepan gerbang sambil memegang erat tali tasnya. Hari ini perasaan aneh menghampirinya, ia sangat merindukan seseorang didalam hatinya. Ia seperti sudah tidak dapat menahan perasaanya tersebut. Ia kemudian mengambil ponselnya disaku seragamnya dan menekan tombol on/off. Ia tidak langsung memainkannya, melainkan memperhatikan ponsel tersebut. Itu ponsel kesayangannya yang dihancurkan Gilang, tetapi itu juga hadiah dari Gilang. Senyumnya mengembang kecil dibibirnya, bahkan hanya dengan melihat ponsel tersebut hatinya sedikit menghangat.

Setelah beberapa kali menggeser kesana kemari ponselnya, ia kemudian menempelkan ponsel tersebut ditelinganya.

"Halo..?" sapa Alesha.

***

Alesha beberapa kali mengecek jam pada ponselnya. Ia terlihat sedang menunggu seseorang sambil duduk diujung kafe sendirian.

Alesha sedikit tersenyum saat melihat seseorang yang sejak tadi ditunggunya memasuki kafe sambil tersenyum dan melambai kepadanya.

"Kak Radit, duduk dulu kak.." Radit menurut sambil tersenyum.

"Ada apa?" tanya Radit to the point setelah ia duduk dikursi tepat dihadapan Alesha. Ia sedikit menyempatkan waktunya karena mendapat telepon dari Alesha yang mengajaknya untuk bertemu sebentar.

"kita pesan minum dulu." Alesha sepertinya tidak ingin langsung mengutarakan tujuannya bertemu Radit.

Setelah hampir setengah jam disana, mereka hanya mengobrol ringan. Alesha masih ragu untuk mengutarakan maksud sebenarnya dalam mengajak Radit bertemu.

"Jadi, kamu nggak ngajak aku ketemuan hanya untuk ngobrol biasa kan?" Alesha sedikit meneguk salivanya.

"Gini Kak..."

"Aku.. Mau nanyain keadaan Bos Gilang." Alesha menunduk setelah mengatakan tujuannya. Radit seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia sedikit bimbang. Tapi ia tidak ingin melihat Alesha seperti ini, ia harus mengatakan sebenarnya.

"Alesha...." Radit akhirnya mengatakan hal tersebut. Ia juga ingin melihat Alesha bahagia walaupun tidak memilikinya.

Radit mengikuti Alesha yang berlari didepannya. Radit telah menjelaskan bahwa Gilang akan tinggal beberapa tahun diluar kota untuk membangun perusahaan baru dan mengembangkannya. Alesha sedikit syok saat Radit mengatakan bahwa Gilang akan berangkat hari ini pada pukul tujuh, Alesha terus menatap jam tangannya yang menunjukkan bahwa 20 menit lagi jarum jam akan tepat pada pukul tujuh.

***



Prison And You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang