Bagian 6

4K 260 2
                                    

"Ini tehnya Om Bos.. Eh, Tuan." Ucap Alesha dengan nada yang dipaksakan untuk sopan. Setelah sebelumnya telah melakukan briefing bersama dengan Radit dan Gina, Radit menyarankan kepada Alesha untuk mengetes apa yang sudah dipelajarinya langsung dihadapan Gilang.

Gilang tidak menanggapi ucapan Alesha dan hanya fokus dengan ponsel dihadapannya. Alesha mencebik kesal, namun saat Gilang menoleh kepadanya, ia langsung memasang senyum manis dengan mata yang dikedip-kedipkan.

"Om Bos.. Maksudnya, Tuan.. Ini tehnya dicoba dulu, mumpung masih hangat, soalnya baru keluar dari oven." Jelas Alesha sambil menggeser gelas teh tersebut agar lebih dekat kehadapan Gilang. Gilang menatap aneh Alesha, sejak kapan ada orang yang membuat teh menggunakan oven?

Alesha harap-harap cemas saat Gilang mulai meraih gelas teh tersebut. Pasalnya, ini adalah pertama kalinya ia membuat teh, apalagi untuk orang lain. Sebelah tangannya memegang sebuah nampan, lalu sebelahnya lagi meremas ujung rok selututnya. Hari ini Alesha mengenakan seragam maid yang dikenakan oleh hampir seluruh perempuan dirumah itu. Alesha merasa tidak nyaman menggunakan pakaian tersebut. Sungguh, ia masih memiliki cita-cita yang setidaknya lebih tinggi dari seorang pembantu.

Byuurr....
Gilang menyemburkan cairan yang baru saja hendak masuk ditenggorokannya. Belum sampai ditenggorokan, rasa asin sudah menjalar di seluruh lidahnya. Melihat hal itu, mata Alesha langsung membulat, tamatlah riwayatnya kali ini.

"Kamu mau mengerjai saya?!" bentak Gilang sambil menghentakkan gelas teh yang ada digenggamannya dengan kasar.

"Nggak! Nggak kok, aku nggak mau ngerjain Om Bos. Sumpah deh!" Alesha menggelengkan kepalanya dengan cepat dengan ekspresi rada takut.

"Lalu? Apa maksudnya ini?!" Tanya Gilang menunjuk gelas yang ada dihadapannya.

"Itu... Hm.. Kan gini nih Om Bos, didapur tuh, wadah-wadah bumbu makanan tuh gak ada tulisannya.. Jadi aku bingung deh, yang mana garam, sama yang mana gula..." jelas Alesha dengan intonasi yang kian menurun. Gilang menghembuskan nafasnya kasar, rasanya ia ingin mengembalikan Alesha ke sekolah dasar.

Tok tok.......

Alesha dan Gilang menoleh kearah pintu, mereka sedang menanti sosok yang akan muncul dari pintu yang mulai terbuka secara perlahan dengan wajah penasaran. Dari balik pintu, muncul sosok wanita yang terlihat dewasa. Penampilan wanita tersebut sangat elegan bagi Alesha, wajahnya cantik, baju yang dikenakannya terlihat sangat mewah yang membuat Alesha gengsi jika berada disamping wanita tersebut.

"Sayang...." Panggil wanita tersebut dengan manja sambil berlari pelan. Nampaknya ia kesulitan berlari karena high heels yang digunakannya hampir mencapai tujuh senti.

Alesha menatap heran wanita tersebut dan Gilang secara bergantian dengan wajah bingung. Ia mencoba menebak hubungan antara dua orang dewasa dihadapannya itu. Saat ini, wanita tersebut sedang bergelayut manja dilengan Gilang. Jadi, Alesha menyimpulkan bahwa wanita tersebut adalah kekasih Gilang. Alesha berdecak kagum, Gilang yang tampan serta wanita yang cantik dan elegan, sungguh pasangan yang serasi, pikir Alesha. Ekspresi kagum Alesha berubah menjadi ekspresi yang prihatin ketika mengingat kelakuan Gilang yang telah diceritakan oleh Gina. Apakah wanita yang disamping Gilang tahu? Jika wanita tersebut tidak tahu, Alesha hanya dapat berbelasungkawa dalam hati untuk wanita tersebut.

"Sampai kapan kamu akan berdiri disitu?" Lamunan Alesha terpecah saat mendengar suara berat milik Gilang. Ia baru menyadari bahwa Gilang dan wanita disamping Gilang kini tengah menatapnya datar. Alesha cengengesan merasa tidak enak sambil menggaruk pelipisnya.

"Hehehee... Baik Bos, saya ke dapur dulu." Alesha langsung melesat pergi dari ruangan tersebut tanpa menunggu jawaban dari Gilang. Wanita yang sejak tadi menatap Alesha dengan aneh kini menatap Gilang seolah menunggu pernyataan tentang Alesha, karena ini pertama kalinya ia melihat Alesha dirumah Gilang.

"Siapa dia?" tanya wanita tersebut.

"Pembantu baru." jawab Gilang singkat dan padat.

"Sepertinya dia masih muda.." ucap wanita tersebut dengan nada memancing yang membuat Gilang mendengus kesal.

"Sudahlah Meta... dia cuma pembantu, dan juga bukan urusan kamu." ucap Gilang dengan nada kesal.

"Kamu kok kayak gak suka aku disini sih? Aku kan udah jauh-jauh kesini buat nemuin kamu.." ucap Meta dengan nada sedikit merajuk. Tapi Gilang seolah tidak peduli dengan hal itu.

"Memangnya aku nyuruh kamu? Nggak kan? Jadi kamu jangan ganggu aku, aku banyak urusan." Meta berdecak sebal mendengar pengusiran Gilang. Sedangkan Gilang hanya fokus pada kertas yang baru saja diambilnya tanpa memedulikan keberadaan Meta.

Alesha menghembuskan nafasnya panjang sambil meletakkan nampan yang sejak tadi dipegangnya dimeja dapur. Ia kemudian duduk dikursi kecil yang ada disana, lalu membaringkan kepalanya dengan posisi miring dimeja dapur tersebut. Alesha mengerutkan dahinya tampak sedikit berpikir. Ia harus pergi dari rumah ini, masa depannya tentu bukan dirumah ini sampai ia mati. Ia masih punya keluarga, teman, dan cita-cita yang lebih tinggi dari seorang pembantu. Tapi ia harus memikirkan rencana kaburnya ini matang-matang, dan hal itu tentu tidak memakan waktu yang sedikit. Ia harus lebih bersabar dan memilih mengalah untuk tinggal ditempat ini untuk sementara.

"Oy!!" Alesha langsung menegapkan badannya karena terkejut dengan suara seseorang yang mencoba mengagetkannya dari belakang. Alesha memutar kepalanya dan mendapati Radit yang sedang tersenyum lebar kepadanya.

"Gimana?" tanya Radit sambil menarik sebuah kursi kecil dan meletakkannya disamping Alesha untuk ia duduki.

"Apanya?" tanya Alesha seolah tidak tahu maksud pertanyaan Radit. Padahal ia tahu jika Radit sedang menanyakan hasil uji coba kerjanya yang barusan ia lakukan.

"Cara kamu dihadapan Gilang.. Lancar gak? Kamu gak buat dia marah atau kesal kan?" selidik Radit seolah membaca ekspresi wajah Alesha yang menurutnya agak mencurigakan.

"nggak kok.. Bos gak marah, hmm.." Radit mengangkat sebelah alisnya menunggu kelanjutan bicara Alesha yang sedang memainkan kukunya seperti anak kecil yang sedang tertangkap basah.

"Cuma... Marah dikit doang, Heheheheheee..." kekeh Alesha sambil menggaruk tengkuknya. Radit menghembuskan nafasnya lelah, padahal ia dan Gina sudah bersusah payah mengajari Alesha untuk sopan. Bahkan ia juga sudah memberitahu hal-hal yang tidak disukai Gilang sampai mengajarinya memasak makanan yang mungkin akan diminta oleh Gilang suatu saat.

"Kok bisa?"

"Soalnya aku bikin tehnya pake garam.. Aku kan gak tau mana garam, mana gula kalo gak ada tulisan ditempatnya. Hehehee..." Jelas Alesha dengan nada pelan. Radit melotot tidak percaya, bagaimana bisa seorang anak SMA belum bisa membedakan antara gula dan garam? Sedangkan Alesha hanya senyum-senyum tidak jelas melihat respon Radit.

"Tapi Kak, cewek tadi yang masuk keruangan Bos itu..." Alesha menggantung pertanyaannya. Ia merasa tidak enak bertanya pada Radit, ini sama saja ia sedang mencampuri urusan orang lain. Padahal ia sering mengomeli Bi Endah yang suka ngerumpi dengan tetangga yang sedang membicarakan orang lain, katanya tidak usah ikut campur urusan orang. Nyatanya, kini dirinya yang sedang memicu kegiatan ngerumpi ala emak-emak dengan Radit.

"Dia Meta, dulu dia suka ngikutin Gilang kemanapun Gilang pergi. Dia itu seperti perangko." Jawab Radit tanpa menunggu kelanjutan bicara Alesha. Alesha hanya menganggukan kepalanya berulang kali tanda mengerti.

"mereka pacaran?"tanya Alesha lagi dengan suara yang sengaja dikecilkan. Radit sedikit berpikir sebelum menjawab pertanyaan Alesha.

"Bisa dibilang begitu..." jawab Radit sambil mengetuk dagunya berulang kali menggunakan jari telunjuk. Alesha mengangguk paham untuk yang kedua kalinya.

"Udah?" tanya Radit memastikan bahwa tidak ada pertanyaan lain yang akan Alesha tanyakan. Alesha mengangguk semangat sambil tersenyum sebagai jawaban.

Prison And You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang