Lima - Panggilan keramat

390 27 0
                                    

"Aahhh... deka ko gue belum di telpon." Rengek nona yang kini berbaring di atas tubuh deka yang tidur telungkup. Tidak ada jawaban apapun, karena yang di ajak bicara masih berkelana dalam dunia mimpinya.

"Udah tiga hari dek." Ucap nona yang masih belum mendapat respon apapun dari deka. "Minta di guyur nih kecoa." Gumam nona yang sudah mulai jengkel.

Nona bangkit dari tubuh deka untuk mengambil gelas yang masih setengah terisi di samping nakas. Lalu beberapa detik kemudian, nona menyiramkannya pada wajah deka dengan perlahan.

"Banjir, ban..." ucapan deka menggantung saat menyadari siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan nona, hanya dia yang tiga hari ini membangunkan deka dengan cara yang sama yaitu menyiramnya.

Sebelumnya nona hanya bisa mencubit, berteriak dan menggelitiki deka untuk membangunkannya, namun itu tetap tidak mengganggu tidur deka. Tapi sejak kejadian mamahnya menyiram deka di depan nona malam itu, nona jadi melakukan yang sama setiap kali ia ingin membangunkan deka.

"Deka gue belum dapet telpon dari perusahaan." Ucap deka mengulang rengekannya.

"Njir, loe rusuh banget sih non. Tiga hari loe ganggu tidur gue." Kesal deka

Selama tiga hari menunggu telpon dari perusahaan, nona selalu membangunkan deka jam enam pagi hanya untuk mendengar rengekannya. Setelah ia puas merengek, nona akan pulang kerumahnya untuk tidur lagi.

"Abis gue belum di telpon." Nona dan deka berbicara bersamaan. Pasalnya deka sudah sangat hafal apa yang akan dikatakan nona, tentu saja karena dua hari kemarin ia juga melakukan hal yang sama pada deka.

"Lah kan gue juga belum."

"Aahh.. kemaren gue udah bikin masalah sama bosnya. Menurut loe gue bakalan di terima?" Tanya nona serius. Ini pertanyaan pertama yang berbeda dari dua hari sebelumnya.

"Gue yakin loe pasti di terima." Jawab deka yakin.

"Yang bener loe?" Nona setengah tidak percaya dengan yang deka katakan.

"Iya, jadi OB."

"Alah, kelaut aja loe deka." Nona mulai frustasi. Dia tdak mungkin kalah dari deka.

"Sabar ya non, loe siapin diri aja jadi pacar gue." Deka mengelus kepala nona yang tertunduk lesu.

"HAahhh.. mimpi aja loe."

"Udah mandi loe?"

"Belum."

"Bagus, kita jalan sekarang." Deka menarik lengan nona dengan antusias.

🛵🛵🛵

"Makan nona." Pinta deka.

"Ko gue belom di telpon juga ya?" Nona kembali membahas masalah telpon. Sepanjang hari dan sepanjang perjalanan menuju mall, nona hanya membahas itu.

"Tungguin aja." Deka menanggapinya dengan malas.

"Tapi katanya tiga hari, ini udah tiga hari deka."

"Loe abisin dulu makan loe."

"Ga mau ah, kaga nafsu gue."

Mendengar jawaban nona, deka bergeser keamping nona.

"Makan." Kali ini suara itu bukan meminta, tapi memerintah.

Melihat deka berubah dingin membuat nona menurut. Tapi sungguh ia sangat tidak berselera.

"Udah jam segini, filmnya bentar lagi mulai." Nona masih berusaha melarikan diri dari acara makannya.

Melihat nona terus mengalihkan perhatiannya membuat deka pasrah, ia tidak akan dan tidak ingin memaksan nona untuk menuruti keinginannya. Kalau nona benar menolak, berarti ia memang tidak ingin.

Nona Vs Deka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang