Epilog

830 41 2
                                    

"Sudah berapa lama kamu di atambua?" Tanya deka tepat di samping telinga nona. Aroma rosemary menyeruak menusuk indra penciuman deka, wangi itu berasal dari rambut nona yang tertabrak angin.

Momen seperti inilah yang selalu dikhayalkan keduanya selama lima tahun. Memeluk nona dari belakang. Ya, nona dan deka sedang bercengkrama di atas kuda yang ditaklukan deka. Sebenarnya tidak benar-benar di taklukan karena kuda tersebut memang sudah kenal dengan deka. Bisa dibilang, kuda itu sahabat deka sejak bertugas menjaga perbatasan di atambua. Atau kalian boleh menganggapnya pengganti shiro.

Sesuai dengan konsekuensi, nona harus bersedia menjadi kekasih deka. Dan saat ini mereka sudah resmi.

"Satu tahun, kamu?" Nona menjawab dan bertanya dalam satu kalimatnya.

Nona dan deka begitu menikmati setiap detik momen kebersamaan mereka kali ini. Kuda yang berjalan pelan, seolah ikut merekam setiap detik damba kerinduan yang mereka coba luapkan.

"Enam bulan."

"Selama itu dan kita belum pernah bertemu?" Tanya nona tidak percaya.

"Aku lebih banyak menghabiskan waktu di perbatasan. Aku hanya sesekali ke desa hanya jika di perintahkan. Jika dari awal aku tau kamu berada di sini, tentu kita akan lebih awal bertemu." Sesal deka. Sedangkan nona menganggukan kepalanya tanda mengerti. Saat ini nona jauh lebih anggun dan berbicara jika diperlukan. Mencoba memberi contoh yang baik karena sekarang dia seorang guru yang prilakunya akan ditiru sang murid.

Menghabiskan waktu dalam kesendirian memang hobi terpendam setelah kepergian nona. Dimanapun dan kapanpun, deka hanya menghabiskan waktu luangnya untuk menebak apa yang sedang nona lakukan di waktu bersamaan. Dulu deka sempat berpikir jika nona akan mudah menemukan pengganti dirinya. Bagaimana tidak, dulu deka berpikir nona kuliah di luar negri. Tentu saja tidak akan sulit menemukan ratusan pria yang jauh lebih baik dari dirinya.

"Tapi mengapa semua orang bilang kalau kamu kuliah di luar negri?"

"Karena aku yang memintanya. Aku memang sempat mendaftar beasiswa kuliah ke barcelona, terlebih damila berjanji akan menjagaku. Tapi sepertinya nilaiku tidak cukup untuk seleksi beasiswa. Apa lagi waktu ujian itu kamu menelponku lebih dari lima puluh kali. Aku juga berpikir, kamu tau lah, kesulitan dalam berbahasa. Terus aku memilih mengasingkan diri ke surabaya. Karena yang terpikir olehku saat itu hanyalah mencari cara agar menjauh dari kamu. Tapi sebulan setelah pergi, aku justru menyesal meninggalkan kehidupan lamaku." Kalimat terakhir dari cerita panjang yang disingkatnya membuat deka terkekeh geli.

"Jadi bersyukurlah kamu karena masih di beri keberuntungan." Kalimat deka terdengar ambigu.

"Maksud kamu?" Tanya nona tak mengerti.

Deka mengambil nafas sebelum mengeluarkan suaranya. Ia membenamkan kepalanya di cekuk leher nona dan menghirup aroma yang dirindukannya selama lima tahun itu. Ia memeluk tubuh nona lebih erat dari sebelumnya.

"Bayangkan jika aku tidak jadi seorang tentara. Misalnya aku jadi pengusaha, pasti banyak wanita yang ngejar-ngejar aku terus minta di jadiin istri. Mereka akan menjebakku dengan segala cara agar menjadikanku kekasihnya. Apa lagi dengan wajah ku yang ganteng dan tubuh atletis ini. Siapa yang akan menolak pesonaku." Gurau deka. Rasanya suasana di antara mereka mulai mencair.

"Kalau sampai itu terjadi, berarti kamu yang rugi." Ujar nona mengelus wajah deka yang sudah ditumbuhi sedikit bulu.

"Kamu benar."

"Tapi mengapa kamu memilih profesi berbahaya seperti ini?" Sebenarnya hal itu yang ingin nona tanyakan sejak awal. Dulu deka bahkan tidak pernah menyebut tentang tentara atau semacamnya. Manusia memang cepat berubah.

"Karena jika sampai aku tidak bisa menemukan kamu, aku bisa meluncur ke medan perang dan mengajukan diri untuk di tembak mati." Entah itu gurauan atau sungguhan, yang pasti nona tidak suka mendengarnya. Ia tidak rela jika harus dipisahkan untuk yang kedua kali. Terlebih jika itu untuk selamanya.

"Ga lucu." Ketus nona tidak suka.

"Iya, aku tau yang lucu itu cuma kamu."

Sejak kapan deka belajar gombal? Apa benar yang dikatakannya kalau ia belum pernah menjalin hubungan dengan wanita lain selama mereka berpisah? Lalu mengapa ia terdengar menjadi pandai merayu? Tentu saja deka belajar merayu bayangan nona.

"Apaan sih." Ucap nona salah tingkah. Ia tidak biasa di gombali oleh deka.

"Nona." Panggil deka dengan nada lembut.

"Hmm."

Tanpa persetujuan terlebih dahulu, deka memakaikan sebuah cincin di jari manis nona. Ia mencium nona dan membisikan sebuah pertanyaan yang deka sudah siapkan dari hampir lima tahun yang lalu.

"Will you marry me?"

🛵🛵🛵

See you to my next story
Thank you very much
😊😙😊

Nona Vs Deka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang