Tujuh Belas - Saling Serang

282 21 0
                                    

"Pak kok ganteng ga punya pacar sih?" Nona bertanya dengan volume suara yang sedikit ditingkatkan.

Jangan salah paham, nona bukan maksud menggoda seseorang yang sudah memiliki calon istri seperti yang selama ini nona tau. Saat ia belajar make up dengan damila, ia tau kalau demi tidak memiliki siapapun yang disukainya. Dan itu memberi angin segar bagi nona.

"Haha.. kamu ga lagi ngerayu saya kan?"

"Ngga gitu juga, aneh aja. Bapak kan kaya, ganteng masa ga ada yang mau. Kan mustahil." Nona bertanya pada demi, namun matanya memandang deka. Melihat bagaimana reaksi orang yang beberapa terakhir ini bersikap dingin padanya.

"Yaudah kamu aja yang jadi pacar saya." Kalimat yang dianggap gurauan oleh nona berhasil membuatnya ternganga tidak percaya. Nona tidak menyangka demi bisa bergurau seperti itu di situasi setepat ini.

"Ehem..." deka berdehem, membuat nona melirik ke arahnya lagi.

"Makan yang banyak shell." Ucap deka sambil menyenodorkan pesanan makan deka.

"Nanti aku gendut." Keluh shelly khawatir akan kondisi berat tubuhnya.

"Walaupun gendut, aku yakin kamu tetap CANTIK kok." Deka menekankan kata cantik dan melirik nona yang terlihat kesal karena ulahnya. Dan itu sukses membuat senyum evil pada wajah deka.

"Nanti kalau aku gendut ga akan ada yang suka lagi. Saya kan belum punya pacar, apa lagi orang bilang aku galak." Rengek shelly yang ingin langsung minta di cakar oleh nona.

"Kalau gitu saya bisa jadi pacar kamu." Kali ini deka mengucapkannya dengan lantang hingga beberapa orang yang masih di kantin menatap penuh tanda tanya ke arah mereka.

"Kamu apaan sih." Ucap shelly malu-malu.

"Uhuk uhuk uhuk." Nona terbatuk melihat tingkah sok imut nan menyebalkan shelly.

"Minum nona." Demi memberikan gelas berisi minuman milik nona.

"Makasih pak."

"Kamu makan, apa perlu saya suapin." Demi menawarkan diri saat melihat makanan di piring nona belum terjamah sedikitpun.

"Haha kalau bapak ga keberatan." Nona mengucapkannya dengan gigi mengancing erat sambil memandang tajam ke arah deka yang juga menatapnya.

"Nihh aaaa.." demi menyuapkan sesendok nasi dan lauk ke mulut nona.

"Cih." Decih deka.

"Shell kamu makan yang banyak." Deka tidak ingin kalah dari nona, ia ikut menyuapi shelly dengan perasaan emosi yang memuncak.

Geboy dan nurma yang melihat tingkah ajaib mereka menggeleng prihatin. Mereka tau kalau nona dan deka saling jatuh cinta. Hanya saja gengsi yang besar menjadi penghalang keduanya.

🛵🛵🛵

Keesokan harinya

"Amao loe duduk sini aja." Nona menarik tangan nurma agar duduk di sampingnya.

"Nggak, loe duduk sama gue nur." Kali ini deka yang menarik tangan nurma agar duduk di sampingnya.

Nona menarik tangan kanan nurma, sedangkan deka menarik tangan kirinya. Mereka sama-sama tidak ingin mengalah untuk melepaskan nurma. Bagi mereka ini adalah persaingan penting untuk membuktikan siapa yang akan menang.

"Apaan sih loe, biasanya juga loe ga perduli sama si amao." Sinis nona saat berusaha melepaskan tangan deka dari lengan nurma.

"Loe liat kan nur, dia aja ga ngehargain nama loe." Deka semakin erat mencengkram tangan nurma hingga membuat sang empunya tangan meringis kesakitan.

"Loe sendiri emang pernah ngehargain kehadiran dia?" Sindir nona mengingat deka seperti tidak pernah menganggap nurma ada. Contohnya saja deka hanya akan menjawab hmm, iya, tidak pada seluruh pertanyaan nurma. Itu yang di maksud tidak menghargai bagi nona.

"Mau loe apa sih?" Deka mulai naik darah.

"Loe yang maunya apa?" Tanya nona tak kalah sewot.

"Gue mau nurma duduk bareng gue." Jawab deka dengan menarik nurma dengan paksa.

"Amao sama gue." Kali ini nona yang menariknya dengan keras.

"Stopp." Dengan kekuatan penuh, nurma berhasil melepaskan genggaman kedua orang yang sedang memerebutkannya itu. "Gue ga mau duduk sama kalian berdua. Kalian sama-sama egois. Loe, gue ga suka loe ganti nama gue seenak jidat loe. Dan loe, gue ga suka loe ga nganggep kehadiran gue. Jadi jangan jadiin gue senjata perang kalian." Tegas nurma dan memilih meninggalkan kantin. Ia sudah tidak berselera, terlebih karena rasa nyeri pada kedua pergelangan tangannya.

🛵🛵🛵

"Ayo naik." Tawar deka saat melihat nona sedang terlihat menunggu sesuatu.

"Gue ada urusan sama pak demi." Jawab nona acuh.

"Yaudah, gue ngajak shelly aja." Ucapan deka membuat nona kembali naik darah.

Nona kira deka akan memaksanya untuk tetap pulang bersama. Nyatanya ia tidak ingin kalah dan memilih untuk mengajak shelly yang jelas-jelas membawa mobil. Kalau deka memaksa sebenarnya nona akan membatalkan janjinya dengan damila.

🛵🛵🛵

"Eehh loe lagi PDKT sama abang gue?" Damila bertanya dengan sangat antusias. Bukan tanpa alasan, dia baru saja melihat demi memandangi foto candied nona pada ponsel kakanya tersebut.

"Loe ngarep banget gue jadi kakak ipar loe ya?" Pertanyaan damila sama sekali tidak ditanggapi serius oleh nona.

"Haha.. jijik gue."

"Kita mau kemana?" Tanya nona saat damila sudah mengajaknya keliling mal selama hampir dua jam. Sesuatu yang sebelumya mustahil mau dilakukan seorang nona.

"Salon."

"Salon? Kagak." Tolak nona keras.

"Katanya loe mau berubah cantik."

"Iya sih." Wajah nona nampak gamang.

"Gajian loe bentar lagi kan?" Damila seolah menebak kegundagan nona.

"Jangan bilang loe mau minta jatah? Loe maruk amat. Emak, bapak sama abang loe kan kaya."

"Gila otak loe negatif doang isinya." Cibir damila menimpali guyonan nona.

"Terus?"

"Beli baju yg feminim buat pesta, kerja, sama sehari-sehari."

"Ntar gaji gue abis." Nona melangkahkan kakinya mundur.

"Loe mau jelek terus?" Pertanyaan damila menghentikan langkah mundur nona.

"Nggak."

"Yaudah ayo." Tarik damila lebih antusias dari sebelumnya.

Ayolah, sebelumnya tidak ada yang pernah bisa mengatur dan memaksa nona melakukan apapun. Tapi saat mengenal damila, otaknya seolah terpasung dengan kalimat-kalimat yang diberikan damila. Jadi kalau kalimat damila berkata a, ia akan mengucapkan a walaupun dengan berat hatinya.

🛵🛵🛵

TBC...

Nona Vs Deka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang