Delapan Belas - Perang Dingin

280 23 0
                                    

Semakin hari nona semakin terlihat cantik. Namun bagi deka itu membuat semuanya berbeda dan membuat jaraknya dengan nona semakin terasa jauh. Deka tidak suka nona merubah penampilannya hanya untuk mendekati demi, terlebih kecantikan nona sudah melewati batas maksimal bagi nona.

Pletakkkk

"Apaan sih loe childish banget." Kesal nona saat mendapati pelaku yang melempar kerikil ke kepalanya adalah deka.

"Loe yg childish. Ngerubah penampilan, niru-niru orang cuma buat ngegaet cowok." Tuduh deka.

"Loe ga berhak nilai hidup gue." Emosi nona sudah tak terbendung lagi.

Nona tidak terima saat deka selalu menyudutkannya hanya untuk membela shelly. Padahal nona sendiri tidak pernah melakukan apapun yang merugikan shelly. Jangankab untuk meniru gaya pakaiannya, dari style saja sudah berbeda. Yang sama dari mereka hanyalah sama-sama lebih terlihat feminim. Kalau cantik, jauh lebih cantik nona.

"Gue berhak, gue sahabat loe. Gue ga mau loe niru2 gaya shelly..."

"Oohh... jadi loe marah terus ngebentak-bentak gue sekasar itu karena loe mikir gue niru gaya calon pacar loe itu?" Nada suara nona terdengar dingin namun menyimpan amarah yang tak terkira.

"Lah emang loe niru kan?"

"Gue gak niru gaya dia yang kaya tante girang." Cemooh nona pada shelly. Iya, cara berpakaian shelly memang menunjukan usianya yang lumayan jauh di atas nona dan deka.

"Nona loe keterlaluan."

"Apa loe? Loe gak suka selera loe gue ejek? Sana loe, ganggu mood gue." Usir nona sebelum ia melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Ia membanting pintu gerbang dengan sangat keras hingga getarannya masih tersisa hingga beberapa detik setelahnya.

Deka tau ia sudah membuat nona benar-benar marah. Tapi deka lebih tidak suka jika menyadari kalau nona berubah cantik untuk demi.

🛵🛵🛵

Deka merasa telah benar-benar jauh dengan nona. Seperti hari ini, ia hanya bisa memandang nona sedang di jemput oleh demi. Ia merindukan kebersamaan mereka yang dulu. Saat nona datang pagi-pagi buta dan melakukan segala cara untuk membangunkan deka. Ia merindukan momen saat ia memiting kepala nona dan menerima sumpah serapah dari nona. Ia merindukan nona mengeluh karena kesal dengan shiro yang selalu mogok di waktu terpentingnya. Ia merindukan saat nona menggodanya dengan boxer hadiah yang diberikannya. Iya, deka merindukan setiap detik kebersamaannya dengan nona.

Sekarang nona terlihat lebih sering menghabiskan waktunya bersama demi. Pulang-pergi bersama demi, saat istirahat bersama demi. Saat pulang kerja, nona sibuk dengan lembaran berkas yang sama sekali tidak diketahuinya.

Diam-diam deka selalu memerhatikan nona. Mengintipnya saat serius mengetik sesuatu pada laptopnya, atau sesekali menyelinap masuk saat nona tengah tertidur pulas. Sejam atau dua jam deka selalu melakukan kegiatan yang sama setiap harinya.

Nona memang masih menjawab pertanyaan deka kalau sesekali ia bertanya, namun tidak dengan candaan nyeleneh dari nona, namun tidak ada kehangatan pada setiap kalimat kasarnya. Untuk pertama kalinya deka merasa sebegitu kehilangan nona.

Deka menghela nafas beratnya, lalu menghembuskannya dengan kasar saat melihat mobil demi melaju membawa wanita yang dicintainya itu. Dengan perasaan yang tidak karuan, deka mengikuti mereka dari belakang dan tidak membiarkan sedikitpun mobil itu lepas dari pandangannya.

Dulu deka tidak pernah merasa setakut ini saat nona dekat dengan seorang pria. Dulu ia yakin walaupun banyak cowok yg mengelilingi nona tapi tidak akan mampu merebut dan mengalihkan perhatian serta kebersamaannya dengan nona. Tapi perlakuan pria nona yang dulu berbeda, tidak semanis perlakuan demi saat ini.

🛵🛵🛵

Plakkkkk...

"Main gaplok aja loe." Protes geboy pada tindak kekerasan yang dilakukan oleh nona pada kepalanya.

"Liat si amao ga loe bang?" Tanya nona sambil menelisik ke seluruh divisi tersebut.

"Tumben nanyain amao, biasanya nanyain deka."

"Deka mah kelaut."

Kalimat nona barusan berbanding seratus delapan puluh derajat dengan hatinya. Nona memang sengaja datang ke divisi itu untuk melihat deka yang sepagian ini belun di temuinya.

"Deka sama nurma belum dateng." Geboy tau nona berbohong, makannya ia memberi jawaban yang tersembunyi dari kalimatnya tersebut. "Btw loe kesambet bidadari dari mana, makin cantik aja." Puji geboy saat melihat setiap harinya nona bertambah cantik dan modis.

"Loe aja yangg harusnya pake kacamata, gue emang cantik dari dulu kelez." Ucap nona menyombongkan diri.

"Haha iya kali ya, cantik tapi kaya laki." Cibir geboy kemudian.

"Laki yang penting mandiri, mandi sendiri." Canda nona.

"Iya lah, udah bangkotan masih mau di mandiin emang?"

"Kalau yang mandiin tom cruise gue gak nolak bang. Haha.."

"Dia yang sial tujuh turunan kalau sampe itu terjadi." Guyonan dari geboy membuat nona merasa kembali ke dirinya yang dulu.

"Kalau jadi laki jangan jujur-jujur banget naoa bang. Tapi gue tanya nih ya. Seandainya loe belum punya istri terus gue suka sama loe, loe mau sama gue?" Tanya nona dengan gurauan plus gombalan recehnya.

"Mau lah. Kaga nolak gue." Nona tertawa membahana saat mendengar jawaban geboy. Ternyata dirinya masih bisa laku.

"Dasar murahan." Komentar deka membuat tawa bahagia nona berubah menjadi tawa seseorang yang sedang terluka.

"Loe ngomong apa barusan?" Tanya nona dingin menusuk hingga jantung deka. Perasaan takut mulai menghantui hati dan pikirannya.

Itu kata paling kejam yang pernah ditujukan deka untuk dirinya. Perasaan rindu terhadap deka menguap begitu saja, tergantikan dengan amarah yang sudah tidak dapat di bendungnya lagi.

"Loe budeg?"

Deka menyesal mengatakan kalimat terkutuk itu untuk nona. Tapi mulut dan pikirannya tidak sejalan. Ia justru membuat ledakan amarah nona semakin meluas.

"Anjing loe deka." Teriak nona berkaca-kaca.

🛵🛵🛵

Nona benar-benar bukan sekedar marah, tapi ia kecewa dan menjauh dari deka. Sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama damila. Melukan berbagai macam kegiatan yang belum pernah dilakukannya sebagai seorang wanita.

Sedangkan deka sendiri terlalu angkuh untuk meminta maaf dan mengakui kesahalahannya. Perang dingin pun pecah.

Nona benar-benar tidak menganggap kehadiran deka. Bertemu, menghindar. Ditanya menghindar. Dilarang, menghindar. Dibaikin, menghindar. Dan itu membuat deka benar-benar frustasi. Nona bukan tipe wanita pendendam. Semarah apapun, ia akan dengan mudah memaafkan kesalahan deka bahkan cuma di pancing dengan oreo. Namun tidak kali ini, segala cara yang biasa ia lakukan untuk membuat nona luluh sudah dilakukannya. Namun nona tetap tidak ingun bicara dengan deka.

🛵🛵🛵

TBC...

Nona Vs Deka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang