Dua Puluh Dua - Memancing Keributan

282 16 0
                                    

Bertengkar di tengah laut merupakan pengalaman baru bagi deka dan nona. Sepanjang perjalanan menuju pulau tujuan, mereka tidak ada hentinya mendebatkan sesuatu yang mereka lihat. Mulai dari mengapa air laut asin, mengapa burung punya sayap, mengapa air laut tidak tumpah kalau bumi bulat.

Kapal yang ditumpangi mereka melaju dengan lembut. Suara mesin kapal beradu padu dengan suara desiran angin, kicauan burung liar, ombak yang menabrak perahu dan teriakan nona yangbseperti orang gila.

"Woy berisik, loe kira nih kapal punya nenek moyang loe." Bentak seorang pria berjenggot, berkumis, berjambang dan berkepala botak.

"Woy kudet loe bang, ini emang kapal punya nenek moyang gue kali. Lautnya juga laut nenek moyang gue." Jawab nona dengan nada mengejek.

"Berani loe bocah." Teriak pria tersebut naik pitam.

"Lah siapa bilang gue takut. Botak."

Kata terakhir yang diucapkan nona membuat yang punya fisik meledak emosinya. Pria itu bahkan hampir menyambangi tempat duduk nona kalau saja tidak dilerai dan ditahan oleh penumpang lainnya. Bukannya takut, nona justru berdiri hendak menantang pria itu lagi. Namun raut khawatir pada wajah deka membuat nona membatalkan aksinya.

"Loe jangan mulai-mulai non, mau loe di lempar dari kapal?" Ucap deka memperingatkan.

"Ya kalau di lempar tinggal berenang."

"Enteng banget loe kalau ngomong."

"Lagian di mana beratnya?"

"Tau ah."

🛵🛵🛵

"Eh cumi, gendong dong." Rengek nona saat kakinya baru saja menjejak pelabuhan kecil di pinggir pantai.

"Loe kan punya kaki."

"Iya, tapi gue dehidrasi. Panas banget deka." Nona bergelayutan pada lengan kokoh deka, berharap pemiliknya mau berubah pikiran.

"Emang siapa yg ngajak? Tanggung sendiri lah." Deka melepaskan tangan nona dengan paksa untuk berjalan meninggalkan nona.

Sejak kapan nona butuh izin untuk melakukan sesuatu?

Nona mengejar deka dan langsung naik ke punggungnya. Deka yang tidak siap menerima berat tubuh nona ikut terpelanting ke belakang, namun tidak sampai membuatnya jatuh terjungkal. Kali ini deka merasa kehidupannya sebagai kacung nona benar-benar telah kembali seutuhnya. Mau tidak mau deka tetap harus menggendongnya, tidak ada yang bisa di lakukan karena nona sudah anteng di gendongan deka.

"Bang geli bang." Teriak nona tepat di samping telinga deka. Ia sedang menggoda tukang es selendang mayang yang sedang berkeliling.

"Buset, kalau mau teriak liat-liat dong loe. Kuping gue budeg lama-lama." Keluh deka sambil melepaskan satu tangannya untuk menggosok telinganya yang pengang karena teriakan nona.

"Dek cabut dek, abangnya nyamperin." Nona memukul punggung deka agar menyuruhnya agar memghindari tukang selendang mayang yang sedang terponggoh-ponggoh menghampiri mereka.

"Loe jangan banyak gerak, nanti jatoh."

"Yaudah makannya cepet, kabur."

Tidak ada yang bisa di lakukan deka selain menuruti permintaan gila dari nona. Ini bukan pertama kalinya nona mempermainkan orang yang sedang berjualan, tapi ini pertama kalinya setelah mereka lulus SMA.

"Non tunggu non." Teriak penjual selendang mayang tersebut sambil terus mengejar nona dan deka.

"Dek ko dia tau nama gue?" Tanya nona terkejut.

Nona Vs Deka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang