Tiga Puluh Lima - Say Hai to Atambua

591 28 1
                                    

"Bu guru ayo cepetan, bapak gubernurnya udah dateng." Teriak seorang anak laki-laki di depan rumah sederhana bercat hijau.

Anak kecil berusia sembilan tahun tersebut terlihat tergesa-gesa, dan kalau bisa ia ingin mendobrak pintu di hadapannya saat ini juga. Tapi apa daya, kekuatan seorang bocah SD hanyalah berteriak dengan suara cemprengnya.

"Kamu ini cerewet sekali mathius, mengalahkan mamah ibu di rumah. Pak gubernur juga tidak akan membatalkan acaranya meski ibu tidak datang." Wanita dengan pin up dress sederhana, serta rambut yang di gelung di atas keluar dari balik pintu yang tadi ingin di dobrak mathius. "Bagaimana penampilan ibu? Sudah cantik?" Tanya bu guru sambil merapihkan baju di bagian bahunya.

"Ibu selalu cantik setiap hari." Puji mathius dengan nada geram.

"Kamu memang murid favorit ibu, kamu tau kenapa? Karena kamu siswa yang selalu jujur." Wanita itu mengacak rambut rambut mathius dengan gemas. Ia tau kalau mathius sudah tidak sabar untuk mengajaknya menemui gubernur yang sangat jarang datang ke daerah ini, daerah perbatasan indonesia dengan timor timur, yaitu atambua.

Mathius menarik tangan yang sedang mengacak rambutnya dan menyeret sang pemilik untuk mengikutinya.

"Bu guru nona, bisa lebih cepat tidak jalannya? Kalau tidak nanti kita tidak bisa melihat pak gubernur." Oceh mathius. Ia seperti orang dewasa yang istrinya sedang melahirkan, sedang nona bertugas sebagai dokternya. Terkadang mathius berjalan duluan, dan terkadang ia balik menarik nona agar mengikuti langkahnya.

"Mamang kamu mau bilang apa pada pak gubernur?" Nona menggoda mathius dengan menghentikan langkahnya.

"Kenapa berhenti bu guru? Ibu lihat, desa kita ini sudah sepi karena semua orang sudah berkumpul di alun-alun." Kesal mathius, ia kembali menggert nona untuk mengikuti langkahnya.

"Kamu belum menjawab pertanyaan ibu."

"Mau bilang sama pak gubernur, biar mengirimkan lebih banyak bu guru cantik seperti bu guru nona." Ucapan mathius membuat senyuman nona mengembang.

Di atambua memang sangat jarang dijumpai guru yang secantik nona. Tidak, maksudnya bukan itu. Di sana jarang di temui guru, baik itu yang baru maupun yang sudah berpengalaman. Nona sendiri sudah berada di atambua, awalnya ia hanya berniat menjadi relawan untuk beberapa waktu. Hitung-hitung mencari ide untuk bahan skripsinya, ya nona memang mengambil kuliah jurusan pendidikan di salah satu universitas di surabaya. Namun nona merasa nyaman berada di atambua dan memutuskan untuk tinggal lebih lama. Ia bahkan sampai harus mengambil cuti kuliah untuk bisa mengajar lebih lama di sini.

Nona dan mathius sampai di alun-alun atambua. Di dalam acara pembukaan atambua adventure, sudah berkumpul seluruh lapisan masyarakat yang sangat antusias untuk menyaksikan berbagai pertunjukan tari-tarian dan seluluh kebudayaan khas daerah atambua.

"Bu guru sudah datang?" Sapa salah seorang ibu dari salah satu anak muridnya.

"Iya mama, mama keliatan cantik sekali memakai baju adat seperti itu." Puji nona tulus.

"Ini baju khas atambua, kalau bu guru mau saya bisa buatkan. Kalau bu guru yang pakai pasti jauh lebih cantik."

"Terima kasih mama."

"Bu guru, kalau sudah besar saya akan menjadi anggota TNI yang bisa jaga perbatasan atambua, seperti bapak yang di sana." Pandangan nona ia arahkan untuk mengikuti arah yang di tunjuk nona.

Ada satu hal yang begitu mengejutkan nona. Seketika ia membeku saat melihat paras deka yang tampan terlintas di jarak mata memandang. Deka memakai seragam hijau loreng, seragam yang sama persis yang digunakan anggota TNI lainnya. Ia terlihat lebih gagah dan berwibawa saat memakai seragam itu. Wajahnya bertambah dewasa, tentu saja semakin menambah kadar ketampanannya.

Nona Vs Deka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang