Sepuluh - Geboy Senior

294 21 0
                                    

"Non menurut loe bagus gak?" Tanya nurma seraya menunjukan ponselnya kepada nona.

Nurma sedang melihat online shop khusus fashion branded. Ia menunjukan gambar kacamata jenis frame tortoise shell eyeglasses yang bingkainya mirip corak tempurung kura-kura bermerk dior. Frame kacamata corak tortoise shell ini memberikan kesan softer di wajah sehingga cocok jika dipadukan dengan formal look seperti pergi ke kantor.

"Bagus." Jawab nona sekenanya. Pasalnya ia tidak terlalu paham dan mengerti soal kaca mata. Tapi dilihat dari bentuk, warna dan designnya itu bukan barang sembarangan.

"Gue mau beli ah." Ucap nurma antusias.

Nona hampir menganga dibuatnya. Ia tidak menyangka nurma akan berniat membeli kacamata yang dibandrol dengan harga hampir dua bulan gaji mereka itu. Tidak masalah kalau itu benda yang berguna, tapi ini kacamata. Hanya kacamata. Bahkan mata nurmapun masih normal, lebih normal dari mata nona.

"Ngapain beli kacamata, emang nyangkut di hidung loe?" Celetuk nona dengan sedikit kesan menghakimi hidung nurma yang memang minimalis.

"Nona mah..." nurma merajuk manja. Sepertinya nurma sudah hilang mood. karena setelah nurma mengejeknya, ia langsung mncampakan ponselnya di atas meja kantin.

"Loe mah pantesnya pake kacamata kuda." Tambah nona menyempurnakan ejekannya.

Dari arah pintu masuk kantin, nona melihat deka datang dengan tampang wajah yang di tekuk berlapis-lapis. Tidak ketinggalan seorang laki-laki yang sama muramnya dengan wajah deka mengekor di belakangnya.

"Napa loe?" Tanya nona saat deka sudah mengambil posisi duduk di hadapannya.

"Abis kena semprot bu shelly." Jawab laki-laki yang tadi mengekor deka. Jawaban itu juga mengalihkan pandangan deka, nona dan nurma secara bersamaan. Mereka sadar kalau nona melemperkan pertanyaannya untuk deka, tapi malah lelaki itu yang menjawab seolah tau segala hal.

"Siapa dek?" Tanya nona penasaran. Soalnya ia baru pertama kali melihat lelaki tersebut.

"Geboy, senior loe loe pada." Jawab lelaki yang namanya geboy itu. Lagi-lagi geboy menjawab pertanyaan yang bukan ditujukan untuknya.

"Geboy mujaer?" Canda nona. Bukan tanggapan positif, nona malah dapat tatapan membunuh dari geboy. "Muka lu juga asem amat, dimarahin juga?"

"Iya, sama bini gue." Jawab geboy lesu.

"Yahh.. loe udah punya bini bang? Tadian mau gue gaet." Goda nona.

"Emang gue rambutan."

Nona sudah tidak berminat bergurau saat makanan yang ditunggunya dari tadi mendarat di atas meja. Ia melirik deka yang masih memasang wajah dungunya. Nona mengambil sesendok nasi, tanpa lauk apapun dan mengarahkannya tepat di depan bibir deka.

"Udah jangan stres stres, mendingan loe makan sekalian bayarin makan gue." Rayu nona.

"Udah gue duga." Komentar deka sebelum menyuap nasi tersebut.

"Amao loe makan rumput?" Tanya nona saat melihat makanan nurma bernuansa tropis, hijau semua.

"Ayam bakarnya non." Pinta deka.

"Ini salad nona, bukan rumput. Dan nama gue nurma bukan amao." Nurma mengoreksi semua kesalahan nona.

"Sama aja, emang kenyang makan begituan?"

Nona bukannya makan, ia justru lebih banyak bertanya. Makanannya sudah beralih dan dikuasai oleh deka yang sudah menghabisan hampir setengah porsinya.

"Nggak sih, gue mau diet."

"Iris kuping gue, besok juga loe bakalan kaya pengemis ga ketemu makanan seminggu." Ucap nona tanpa keraguan.

Nona Vs Deka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang