Dua Belas - Terusik

221 21 0
                                    

"Pagi pak keram..."

Brakkkkk

Pak keramat membanting pintu ruangannya dengan sangat keras. Membuat beberapa orang mengelus dadanya akibat serangan mendadak pada jantung mereka.

"Gila galak amat, emang gue salah apa?"

"Loe masih nanya salah loe apa? Dia kesel waktu loe bilang jijik sama dia di sesi wawancara non, apa lagi setelah loe ngerjain dia dengan selotip maut dan kue spongebob loe itu." Terang nurma.

"Astagfirullah, pendendam juga tuh bos."

"Tau, loe juga sih terlalu jail." Balas nurma menanggapi gumaman nona.

Apa yang dilakukan nona pada pak keramat belum seberapa jika di bandingkan dengan nasib deka. Acara april mop nona berakhir epic di rumah deka. Ia terkena kejahilan nona yang paling parah. Bayangkan saja, ada tiga puluh orang yang datang kerumahnya dengan alasan undangan BBQ padahal seiris dagingpun deka tidak memilikinya.

Walaupun acara berjalan lancar karena nona yang sudah mempersiapkan kebutuhan mereka, tetap saja itu membuat jantung deka serasa akan copot.

"Eh amao, panggilin si deka deh." Celetuk nona asal. Entah mengapa saat melihat nurma, nona selalu teringat amao, si buaya yang menelan uang satu juta dolar.

"Udah gue bilang nama gue nurma, bukan amao." Koreksi nurma.

"Sama aja, muka loe kan cina cina gitu, amao kan nama cina. Jadi cocok." (Ama badan loe) lanjut nona di dalam hati. Tubuh gempal nurma mengingatkan nona pada amao. Bukannya niat mencela, tapi pikiran itu terlintas begitu saja.

"Deka ada nona tuh." Teriak nurma masih setengah kesal.

"Hmmm."

Plakkkkkkkk

"Apaan sih loe? Main gaplok aja." Deka memegang belakang kepalanya yang di pukul oleh nona.

"Gue tunggu di loby."

🛵🛵🛵

"Pagi deka." Sapa seorang wanita cantik yang berpapasan dengan nona dan deka di loby.

"Hmmmm."

"Cepetan kacung gue." Perintah nona sambil menarik lengan kemeja deka.

Nona mengajak deka untuk berbicara serius. Semalaman penuh nona memikirkan tentang taruhan mereka dan jika dipikirkan mereka tidak harus melakukan taruhan itu. Jika hubungan mereka memang harus meningkat pada hubungan asmara, mereka hanya perlu menjalaninya.

"Apaan sih loe? Ntar si keramat ngamuk kalau tau gue ga ada di tempat."

"Gue mau nanya buat yang terakhir kali, loe yakin mau lanjutin taruhan kita?"

Kali ini nona bertanya dengan sangat serius. Ia berharap deka berkata sebaliknya. Nona berharap deka mau menyerah dan berhenti mendekati shelly.

"Yakin." Tegas deka.

"Tapi si bos udah punya pacar dan loe juga ga harus deketin bu shelly kan." Nona berusaha menggoyahkan pikiran deka untuk tidak melanjutkan taruhan itu. Nona hanya ingin hubungan mereka berjalan seperti hubungan pasangan lainnya, ia ingin deka berusaha menggapai hati nona dengan cara yang manis. Bukan dengan cara yang akan menjauhkan mereka seperti sskarang ini.

"Pagi deka." Sapa seseorang dari balik punggung nona.

"Pagi bu shelly." Hati nona merasa terusik. Sebelumnya deka hanya menjawab sapaan siapapun dengan kata 'iya' atau 'hmmm' dan mendengar deka menyapa bu shelly dengan lembut membuat sesuatu di hatinya bergejolak.

"Ikut saya." Perintah bu shelly.

"Baik bu."

"Dek..." nona menahan deka agar tidak pergi. Namun untuk pertama kalinya, deka melepaskan genggaman tangan nona untuk pergi dengan wanita lain. Baru kemarin dia bilang malas mendekati bu shelly, dan kini ia sudah terlihat akrab.

"Gue duluan."

🛵🛵🛵

"Pagi pak bos." Sapa nona pada pak rahardjo.

"Hmmm." Pak rahardjo menanggapinya dengan malas.

"Kusut amat pak, kaya baju rombeng aja." Celetuk nona.

"Kamu ngatain saya? Ini juga gara-gara kamu ngaku selingkuhan saya sama putri saya. Kamu juga pasang wallpaper kamu di laptop saya, anak saya melihatnya dan salah paham. Mau saya pecat kamu?" Ini ancaman kedua pak rahardjo kepada nona.

Sekedar informasi, pak rahardjo juga korban april mop nona.

"Ey ey ey... bapak harus ingat bapak ngak berhak...."

"Iya iya, udah sana pergi." Potong pak rahardjo membuat ucapan nona menggantung tak terselesaikan.

"Saya juga nggak mau lama-lama pak, nih saya cuma mau ngasih jadwal meeting bapak hari ini."

"Oh iya. Kamu temenin saya buat meeting lusa. Saya butuh kamu bawa koper dan berkas penting lainnya. Kamu jangan malu-maluin saya, jangan berlaga kamu, ini klien penting. Jangan pake celana." Tegas pak rahardjo.

"Buset dah."

"Apa?"

"Oh enggak pak." Nona berkilah.

🛵🛵🛵

"Kemana sih si kacung, ga tau udah sore apa." Nona melirik jam pada ponselnya menunjukan pukul 17:13.

Deka tidak pernah telat, justru ia yang paling terburu-buru jika sudah pulang.

Clung... Suara notifikasi ponsel nona.

Kacung Gue
Loe pulang duluan aja, naik taxi aja. Gue yang bayar. Gue ada urusan bentar sama bu shelly.

Lagi-lagi deka bertindak diluar kebiasaannya. Kemarin deka membiarkan nona menunggu lama, hari ini ia meminta nona pulang sendiri. Nona menghela nafas pasrah dan memilih untuk pulang naik ojek online yang kemarin aplikasinya sudah terunduh.

"Nona." Panggilan seseorang membuyarkan lamunan nona.

"Demi."

"Mau pulang? Ayo gue antar." Tawar demi.

"Loe ga lagi alih profesi jadi supir taxi online kan?" Tanya nona dengan sedikit bergurau.

"Emang gue ada tampang buat jadi supir?"

"Semua orang punya tampang jadi supir."

"Ayo naik."

Dengan senang hati nona menerima tawaran dari demi. Namun baru saja keluar gerbang kantor, mobil demi mogok tiba-tiba. Hal itu mengharuskan demi mengantar nona menggunakan taxi, benar-benar taxi.

Bersamaan dengan dibukakannya pintu taxi oleh demi untuk nona, ia melihat deka sedang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan demi padanya. Membukakan pintu untuk seorang wanita? Deka bahkan belum pernah melakukan hal itu untuknya.

"Nona, ayo masuk." Ajakan dari demi membuat nona terpaksa tersenyum kecut. Namun nona tetap menuruti instruksi demi untuk masuk ke dalam taxi.

Nona terbayang bagaimana deka memperlakukan shelly tadi. Nona berusaha menepis perasaan aneh di hatinya, deka tidak akan mungkin meninggalkan nona untuk wanita lain. Sekeras apapun nona berusaha menetralkan perasaannya, lagi-lagi ingatan itu mengusiknya.

🛵🛵🛵

TBC...

Nona Vs Deka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang