Dua - Penguntit Kesayangan

563 29 0
                                    

Deka bangun terlebih dahulu dan melihat nona ngiler di dadanya. Bukannya jijik, deka justru tertawa dan merasa tingkah nona itu lucu serta menggemaskan. Karena hanya pada saat tidurlah nona bisa terlihat kalem dan anggun. Kalau lagi sadarkan diri, jangankan berbicara, diam saja menyebalkan bagi deka.

Deka mengelus dan merapihkan rambut nona yang super kusut dan super berantakan. Memandang wajah nona sedekat ini membuat deka merasa jantungnya bermasalah. Nona yang cantik berkulit putih walaupun tidak seputih deka, rambut yang lurus panjang, mata yang berbinar, bulu mata yang panjang, hidung yang mancung namun mungil dan bibir tipisnya adalah keindahan di mata deka.

Walaupun mereka bersama sejak lahir, tapi deka baru menyadari perasaannya saat masuk SMA. Saat itu deka baru saja selesai olahraga, kemudian nona memberikannya sebotol cola. Nona bahkan sudah menyediakan es di dalam gelasnya yang diberikannya bersamaan dengan colanya. Dengan senang hati dan tanpa curiga, deka membuka tutup botol itu, meneguknya sedikit. Kemudian sisanya ia tuangkan kedalam gelas berisi es batu yang diberikan nona.

Ternyata gelas itu berisi permen mentos yang akan menimbulkan reaksi ledakan jika bercampur dengan cola. Padahal nona juga ikut basah karena kejahilannya sendiri, tapi ia tertawa lebih keras dan lebih riang dari biasanya. Bukannya marah, deka justru merasa nona terlihat cantik untuk pertama kalinya.

Merasakan ada pergerakan dari nona, deka pura-pura tidur. Nona begitu terkejut melihat iler di baju deka. Untuk menghindari rasa malu karena takut di ejek ia membuka baju deka dengan paksa dan sangat hati-hati.

Dia tidak akan bangun kan, tidak mungkin lah. Dia kan kalau tidur kaya bangke. Batin nona berperang untuk meyakinkan apa yang akan dia lakukan sudah tepat.

Deka yang memang sudah dalam keadaan sadar merasa terganggu dengan sentuhan tangan nona pada kulitnya. Ia merasa tergelitik pada gerakan nona yang tidak seberapa, tapi deka tatap seorang pria dan nona adalah wanita. Walaupun wanita jadi-jadian, tubuh deka meremang.

"Ngapain loe buka-buka baju gue? Mau mesum ya loe." Sentak deka saat ia sudah tidak bisa menahan diri saat nona terus menyentuhnya.

"Najis."

"Terus mau ngapain?"

"Nggak." Nona memutuskan untuk tidak buka suara, berharap deka juga tidak menyadarinya.

"Mesum." Cibir deka.

"Enak aja."

"Terus apa?"

"Gue ngiler di baju loe." Jujur nona. Iya, dia merasa lebih baik jujur dari pada dituduh mesum.

"Bagus, ngiler aja sebanyak yang loe mau." Ucap deka saat melihat karya nona pada baju di bagian dadanya.

"Kesambet dedemit mana loe?" Tanya nona tak percaya. Pasalnya, dalam keadaan normal deka akan mengamuk.

"Gue cuma lagi seneng, karena loe ngiler gue jadi ga harus berurusan sama mesin cuci selama seminggu."

"Maksud?"

"Loe lupa perjanjian kita?" Deka malah bertanya saat di tanya nona.

"Perjanjian?"

"Jangan pura-paura pikun loe." Cibir deka.

Nona masih bingung dengan yang dikatakan deka, otaknya berputar namun tetap tidak bisa menemukan maksudnya. Ia justru menemukan ingatan penting lainnyam

"Shit, kita kesiangan dodol."

"Kesiangan?" Kini deka yang nampak kebongungan.

"Wawancara kerja." Dua kata itu menjelaskan bahwa mereka ada wawancara penting di perusahaan besar seperti PT. Global Develovment.

"Shit." Deka langsung bangkit dan menuju kamar mandi yang terletak tak jauh di samping kanan tempat tidurnya.

"Dek gue duluan mandi." Nona merengek sambil menarik lengan deka penuh drama.

"Kaga."

"Dekaaaaa." Rengekan nona bertambah dua kali lipat.

"Loe kan punya rumah. Mandi aja di rumah loe."

"Oh iya."

🛵🛵🛵

"Loe kiloin aja nih si shiro, lumayan buat jajan cimol." Ketus nona saat ia sudah merasa lelah memdorong shiro, vespa bobrok milik deka yang menemani mereka sejak pertama masuk sekolah SMP.

"Udah nebeng 6 tahun sama si shiro dan loe masih nyela dia? Ga tau diri." Cibir deka.

"Yaelah vespa butut begini juga, nyusahin doang."

"Awas loe minta di anter pake si shiro lagi."

"Gimana caranya nganter gue, sekarang aja mogok. Wawancara kita gimana cumi?" Keluh nona. Meskipun ia mengeluh karena peluh yang bercucuran di sekujur tubuhnya, ia tetap tidak melepaskan tangannya dari belakang shiro.

"Tinggal cari perusahaan lain, gampang."

"Gampang pale loe, ngelamar di situ nggak gampang. Gue harus mohon-mohon sama si seto dulu. Loe apa? Tinggal ngintilin gue doang."

"Ah bawel loe, yang penting si shiro nyala dulu. Baru kita bisa ke sana. Loe berdoa aja biar kita peserta terakhir yang di wawancara, siapa tau masih ada waktu."

"Loe urus aja sendiri, gue mau naik busway aja." Nona benar-benar lelah, ia berhenti mendorong shiro.

"Emang loe punya e-ticket?" Deka ikut berhenti mendorong.

"Nggak. Yaudah gue naik kopaja." Putus nona saat ia menyadari ia sangat malas antri untuk mengurus e-ticket.

"Kalau ketemu orang mesum kaya dulu." Deka mengingatkan peristiwa saat SMA. Saat itu nona trauma naik kopaja karena ia melihat seorang wanita sedang dilecehkan.

"Gue naik angkot." Nona menjawabnya dengan ragu.

"Yakin loe tahan?"

"Dasar loe kunyuk. Kenapa gak loe kasih aja nih si shiro ke pengemis, terus loe beli motor ninja ke, matik, bebek yang penting jangan shiro. Gue yakin uang tabungan loe lebih dari cukup buat beli tiga motor. Jadi kan gue ga harus naik si shiro yang suka ngadat di waktu yang gak tepat kaya gini. Dasar manusia pelit, dalit, koret, bin mitik loe." Hardik nona meluapkan semua kekesalannya.

"Udah nyerocosnya?"

"Udah."

"Cepetan dorong."

Tidak ada pilihan lain untuk nona selain mendorong vespa itu lagi. Karena jika nona memaksa pergi dari deka, ia hanya akan berakhir dengan jalan kaki.

🛵🛵🛵

TBC...

Nona Vs Deka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang