"Astaga, baru juga seminggu kerja. Rasanya berat badan gue merosot." Keluh nona sesaat setelah masuk ke dalam kamar deka. Ia melemparkan dirinya ke kasur empuk kepunyaan deka.
Hari ini tepat seminggu nona dan deka bekerja. Sebenarnya pekerjaan mereka tidaklah sesulit yang pernah mereka bayangkan, tapi mendapat atasan yang super duper menyebalkan tak jarang membuat mereka bekerja dua kali.
"Loe belum tau kerjaan gue gimana, sumpah si keramat nganggep gue kaya jongosnya." Deka mengeluhkan hal yang sama dengan nona. Dia ikut merebahkan tubuhnya di samping nona.
"Lah kan emang iya."
Mendengar jawaban nona membuat deka geram, ia memiting kepala nona dengan hati-hati agar tidak benar-benar melukainya. Sudah seminggu mereka tidak melakukan hal itu, semua tidak lain karena mereka kelelahan sehabis bekerja.
"Deka sakit." Bukan akting, nona benar kesakitan hingga deka melepaskannya tanpa diminta. "Loe ga tau apa gue juga di kasih kerjaan double terus sama si bos. Kalau udah sebulan gue mau resign. Titik."
"Serah loe."
Mendengar deka nampak tidak bersemangat menjawab pertanyaannya membuat nona merajuk manja. Ia kesal jika deka mengabaikannya. Hanya nona yang boleh mengabaikan deka seperti itu.
Nona menimpa setengah tubuh deka dengan setengah tubuhnya. Mendapat undangan positif dari nona, deka membalasnya dengan mengunci kedua tangan nona. Tidak kehabisan cara, nona membenturkan kepala mereka. Membuat deka mengaduh kesakitan.
Sudah seminggu deka melihat nona tertawa menggelegar seperti sekarang. Momen seperti itulah yang menjadi energi tersendiri bagi keduanya. Selama bekerja, mereka seperti lupa cara untuk bahagia. Tersenyumpun hanya formalitas belaka. Ada tanggung jawab yang menuntut mereka untuk bersikap dewasa.
"Mandi gih, basah loe keringetan." Seru deka saat melihat keringat mengalir di dahi nona. Deka mengelap keringat nona menggunakan tanga kosong.
"Loe aja dulu." Nona justru balik menginstruksi deka.
"Loe kan cewek."
"Apa hubungannya sama jenis kelamin?" Tanya nona heran.
"Ladies first."
Plakkkkk... nona memukul kepala deka dengan keras. Deka nampak tidak kesakitan, hanya gerakan kecil untuk menyeka titik-titik keringat di dahinya.
"Loe udah PDKT sama pak demi?" Tanya deka.
"Belum, ga punya nyali gue."
"Udah nyerah aja kalau gitu. Dari pada malu."
"Enak aja. Emang loe udah PDKT-in bu shelly?"
"Males gue." Jawaban deka membuat nona tersenyum dalam diam.
"Dia kan cantik." Pancing nona. Ia ingin mengetahui perasaan deka sesungguhnya.
"Loe kaya belom tau gue aja, fans gue di SMA banyak yg jauh lebih cantik dari dia. Tapi buktinya ga ada yang bisa bikin gue tertarik. Apa kita ganti taruhannya aja non? Non..."
Krokkkk... krokkk
Nona tertidur. Tanpa mandi, tanpa cuci muka, tanpa cuci kaki dan tanpa sikat gigi.
"Udah molor aja loe. Pasti capek banget di kerjain bos ya?" Deka membersihkan keringat yang masih tersisa di wajah nona. Kemudian deka mengabil remote AC, menurunkan suhunya sebelum membenarkan posisi tidur nona dan menyelimutinya.
"Nona, deka, makan dul.." ucapan arin terpotong kala menyaksikan kedua anaknya terlelap dan salkng memeluk erat.
"Mana nona rin?" Tanya ina dari balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Vs Deka ✔
RomanceBagaimana jika seorang sahabat yang sudah bersama sejak lahir, tiba-tiba mengajakmu pacaran? TK, SD, SMP, SMA mereka selalu berada di tempat yang sama dan mungkin itu pula yang membuat mereka saling jatuh cinta. Yaaaa, setidaknya salah satu dari mer...