Dua Puluh Enam - What's Wrong?

260 22 0
                                    

"Thank's." Ucap nona saat deka membukakan botol minuman untuknya. Nona tersenyum manja dan deka membalasnya dengan mengelus rambut nona.

Entah mengapa sejak perbincangannya dengan demi kemarin, nona benar-benar terlihat lebih manis di hadapan deka. Nona benar-benar terlihat seperti wanita pada umumnya. Seperti tadi, nona mengucapkan terima kasih pada hal kecil yang dilakukan deka. Kalau dulu, jangan harap kata itu keluar dari mulut nona. Kalau deka melakukan kebaikan yang membanyu nona, ia selalu bilang 'gue gak nyuruh kok'.

"Aaahh.. deka so sweet, gentle man banget." Puji nurma yang merasa iri pada perhatian kecil deka.

"Napa loe mau juga? Nih gue bukain." Geboy membukakan sebotol minuman untuk nurma. Bukannya senang, nurma justru menatap sinis ke arah geboy. Mana bisa ia melakukan itu saat istrinya di rumah mengurus rumah tangga.

"Naluri pembantu mah ga bisa bohong." Celetuk nona.

"Haha.. nona kalau nomong dikit aja nyelekit." Komentar nurma yang tertawa terbahak-bahak.

"Anjrit pilih kasih banget loe pada. Giliran deka yang ngelakuin di bilang sweet, giliran gue dibilang pembantu. Mentang-mentang si deka ganteng." Gerutu geboy.

"Udah syukurin aja bang. Tampang pas-pasan juga kan udah punya bini." Nona kembali menanggapi gerutuan geboy dengan gurauannya.

"Gue kira penampilan berubah, omongan loe berubah. Penampilan loe gak matching sama omongan. Gue saranin, mendingan loe botakin kepala terus beli obat penumbuh kumis. Cocok sama loe."

"Mau kepala dia botak, mau dia tumbuh kumis, gue sih yakin nona akan tetap cantik." Ucap deka memandang penuh isyarat ke arah nona.

"Sarap si deka." Celetuk geboy.

"Yaiyalah bang, mau gimanapun bentuknya gue akan tetap nerima dia apa adanya. Gue kan gak bisa hidup tanpa nona." Deka menambahkan sederet kata-kata alaynya.

"Aaahh.. deka yang unyu, so sweet. Gue juga ga bisa hidup tanpa loe ada di samping gue. Gemes gue, sini gue cium." Kalimat nona jauh lebih alay dari ucapan deka. Ia memerhatikan wajah geboy dan nurma secara bergantian.

"Oke gue mulai jijik sih." Ujar nurma yang menunjukan ekspresi anehnya.

"Sama, pengen muntah gue dengernya." Kali ini geboy yang mencemooh kelebayan nona dan deka.

"Gila, berasa nontonin penganten baru." Nona menggebrak meja saat melihat nona dan deka sengaja suap-suapan di depannya.

"Kemaren aja ngamuk-ngamuk, sekarang suap-suapan."

"Aaa dek." Perintah nona agar deka membuka mulutnya.

"Pindah nur." Geboy dan nurma sepakat untuk berpindah tempat duduk. Berjaga-jaga agar mereka tidak benar-benar muntah di kantin.

"Berhasil." Nona dan deka hampir saja melakukan hi five kalau saja tangan nona tidak meleset ke dahi deka.

Nona dan deka menghabisan waktu istirahatnya dengan bedebat kecil dengan deka. Perdebatan yang menjadi manis jika dilakukan oleh mereka. Bermanis-manis manja memang bukan gaya mereka, karena manisnya hubungan mereka punya jalan tersendiri. Jalan berbeda yang terasa sempurna.

Ditengah pembicaraan mereka, nona teringat tentang niatnya mendeklarasikan untuk menyudahi taruhan mereka. Sebenarnya nona takut kalau deka menolak sarannya dan membuat hatinya kecewa lagi. Tapi nona memilih memberanikan dirinya karena ia paham kalau ia tidak akan pernah tau sebelum mencobanya.

"Deka." Panggil nona dengan raut wajah yang sedikit tegang.

"Apa?"

"Loe beneran sayang sama gue?"

Pertanyaan nona mengalihkan perhatian deka dari ponsel yang baru diperiksanya. Memang ada notif dari shelly yang sedang menunggunya di loby untuk membahas pekerjaan. Tapi itu tak cukup untuk menandingi rasa penasarannya pada maksud dari pertanyaan yang baru saja dilontarkan nona.

"Emang loe belom yakin setelah semua yg terjadi kemarin?"

Deka sadar, belum ada ikatan apapun di antara mereka. Itu semua karena deka harus menyelesaikan taruhan mereka terlebih dahulu. Sesuai kesepakata, deka baru bisa mendapatkan nona jika memenangi taruhan tersebut. Deka ingin membuktikan kalau deka seorang pria yang memegang teguh ucapannya.

"Terus kenapa loe ngajakin taruhan gila kaya gini?"

"Abisnya waktu gue bilang mau jadi pacar loe, loe keliatan ga suka sama gue. Jadi gue pikir loe ga akan nerima gue kecuali gue tantang. Loe kan orangnya gengsian. Jadi gue buat taruhan itu biar bisa dapetin loe apapun caranya." Penjelasan deka dirasa masuk akal oleh nona. Karena memang seperti itulah sifatnya.

"Sekarang kan loe udah tau gue juga sayang sama loe, jadi bisa kan kita udahin ini semua?"

Nona meminta deka dengan seluruh kesungguhannya. Ia tidak ingin semua yang dikatakan demi menjadi momok menakutkan yang terlanjur menjadi kenyataan. Nona bahkan memegang tangan deka dengan penuh kelembutan, berharap ia ikut luluh pada ketulusannya.

"Nggak bisa non, kita udah hampir selesai. Lagian loe bilang loe gak suka cowok yang kalah segalanya dari loe. Dan sekarang gue mau buktiin sama loe kalau gue juga bisa menangin sesuatu dari loe."

"Ga ada yang harus loe buktiin lagi dek, loe udah menangin segalanya dari gue. Loe udah menangin hati gue, jadi gimanapun loe, gue sayang sama loe. Itu lebih dari cukup buat jadi alasan kita memulai hubungan yang kita mau." Nona semakin erat mencengkram tangan deka. Ia takut ini sebuah tanda perpisahan mereka.

"Tapi gue juga harus buktiin sama diri gue sendiri kalau gue pantes buat loe. Semua yang loe omongin itu bener, gue ga pernah menangin apapun dari loe, jadi gue mohon kasih gue kesempatan buat buktiin kalau gue layak buat loe."

Pernyataan deka membuat nona terenyu. Nona memang memenangkan apapun dari pertaruhannya dengan deka, tapi dia juga bukan tidak sadar kalau deka lah yang selalu mengalah untuknya. Nona tau itu, bahkan sangat mengetahuinya. Kemenangan itu tidak ada artinya tanpa kerelaan deka yang membuatnya selalu merasa disayangi dan dilindungi oleh deka.

Perdebatan mereka kali ini membuat nona harus memutar otaknya agar deka mau menhikuti sarannya.

"Kehadiran loe lebih dari cukup buat gue."

"Gue mohon non, tinggal selangkah lagi. Gue janji bakalan udahin semuanya sehari setelah gue dapetin dia." Deka memohon dengan wajah penuh keyakinan, mencoba meminta kepercayaan pada nona yang disayanginya.

"Kalau gitu loe bukan cuma nyakitin dia, tapi gue juga dek." Nona melepaskan genggaman mereka.

"Loe tau gue cuma sayang sama loe, bukan shelly. Jadi loe bisa tenang, gue ga akan nyakitin dia atau pun loe."

"Gimana caranya?"

"Loe tenang aja, gue janji ga lebih dari seminggu." Janji deka kembali menggenggam tangan nona untuk meyakinkannya.

Namun belum ada setengah kepercayaan itu muncul, suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian mereka. Dan yang lebih membuat hati nona nyesek adalah saat ia tau jika shelly yang memanggil, kemudian deka cepat-cepat melepaskan genggamannya.

"Deka." Panggil shelly lagi. Ia mendekat ke arah nona dan deka.

"Iya shell."

"WA gue di read doang, yu ikut gue." Ajak shelly menarik lengan deka.

"Gue pergi ya non." Pamit deka.

Nona memegang tangan deka agar tidak pergi, namun deka melepaskannya seolah tak pernah ada apapun di antara mereka.

Siapa yang tidak terluka jika mendapati seseorang yang kamu cintai, yang katanya juga mencintaimu ternyata lebih memilih menghabiskan waktunya bersama wanita lain. Akankah kalian mempercayainya? Kepercayaan yang belum sepenuhnya terkumpul harus kembali ke titik nol.

🛵🛵🛵

Clung...

Kacung Gue
Non gue menang, shelly nerima cinta gue.

Di detik itu pula, nona meleburkan air mata kekecewaannya. Menangis dalam diam.

🛵🛵🛵

TBC...

Nona Vs Deka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang