Seseorang yang tidak pernah ada di pikiran Ben akan muncul di rumah Sonya, kini malah sedang duduk manis menghadapnya. Demas juga cukup terkejut karena melihatnya.
Mendadak suasana menjadi terasa tidak bersahabat. Ingin membuka suara namun takut malah makin memperburuk.
"Kamu ngapain disini?"
"Bukannya Ben yang harus tanya kaya gitu? Ayah ngapain disini?"
Sonya dan Reuben juga baru mengetahui bahwa kedua orang ini adalah Ayah dan anak. Selama berhubungan, Demas tidak pernah membahas soal kehidupan pribadinya, yang diketahui hanya istri yang sudah meninggal.
Ah, Sonya memang pernah bertanya apakah Demas memiliki anak atau tidak. Itu pun hanya dijawab dengan kata 'punya' setelahnya pembicaraan berbelok ke arah lain.
"Jadi pacar Mama ini, Ayahnya Ben?" Reuben masih harus memahami situasi ini.
Sonya pun jadi terlihat tidak mengerti. "Pacar? Maksud kamu pacar apaan sih?"
Mendengar itu Reuben dan Ben saling menatap. Sepertinya ada kesalahpahaman yang terjadi disini.
Karena mimik muka Sonya juga memancarkan kebingungan dari perkataan yang dimaksud Reuben.
"Om Demas ini, Ayahnya Ben, pacar Mama, kan?" Reuben harus menekankan kalimatnya.
"Demas? Pacar Mama?" Sonya malah tertawa terbahak. "Orang dia ini sahabat SMA kok."
Reuben mengerjap dengan mulutnya yang terbuka lebar. Ben pun masih harus mencerna kejadian yang tiba-tiba ini. Semuanya mendadak sulit dimengerti.
"Tapi Mama bilang punya pacar? Mama bilang ada orang spesial yang dateng kesini."
"Ya orang spesial bukan berarti pacar, kan? Lagian selama ini itu asumsi kamu. Mama gak pernah bilang punya pacar."
"Tapi Mama gak ngebantah? Mama juga bilang lagi deket sama orang dan lagi berhubungan."
Sonya mengetuk dagunya. "Emang kita deket, Mama dan Papa sahabatan sama Demas dan Bundanya Aji. Tapi berhubung orang ini sibuknya minta ampun kita sempet putus komunikasi dan baru sekarang lagi berhubungan."
Demas yang mendengar semua pembicaraan itu baru mengerti. "Kamu ngira Om pacarnya Mama kamu? Gak mungkinlah Om mau sama cewek langka kaya dia, lebih enak dijadiin temen."
"Tapi Mama gak ngelak waktu saya bilang kalo Om itu pacarnya." Reuben masih merasa heran dengan semuanya.
"Dari dulu sih emang dia pengen jadi pacar Om, tapi gak kesampean. Akhirnya malah jadian sama Papa kamu."
Sonya memukul pundaknya. "Gak usah sok ganteng lo, mending laki gue kemana-manalah. Cowok berandalan kaya lo ini sih bisa bikin gue pusing tujuh keliling kalo dijadiin suami."
Perbincangan yang kemudian jadi perdebatan kecil itu malah jadi terlihat sama persis dengan Ben dan Reuben jika sedang bertengkar.
"Berandalan, Ayah berandalan?" Kali ini Ben baru membuka mulutnya.
"Jangan salah, Aji. Sekarang sih keliatan kalem, dulu waktu SMA kepala sekolah aja mau ditimpuk bola sama dia."
Merasa kejadiannya hampir sama dengan yang dialaminya, Ben meneguk ludah dan melirik ke Reuben yang memasang wajah suram.
"Terus ya, dia pernah berantem sama Bunda kamu, Ji. Sampe sempet ditampar di kantin. Waktu itu tukang nasi uduk sampe kewalahan misahin mereka."
Lagi-lagi kejadian itu seperti terulang lagi pada dirinya dan Reuben. Kenapa semua keonaran yang diperbuat Ayahnya bisa sama?

KAMU SEDANG MEMBACA
Sawala [1]
Teen FictionMereka hanya sekedar dua murid sekolah biasa. Pelajar yang sedang menempuh nikmatnya masa muda. Kesenangan serta kebebasan dalam mengekspresikan diri. Berlari belum tentu arah, karena tujuan hidup masih dalam bayang samar. Namun sepercik gelombang...