Prolog🔆

145 12 0
                                    

Unknown:
'12.49 Lab Ipa. Jangan ajak siapapun!'

Ia kembali membaca pesan yang ditampilkan oleh layar ponsel semenjak sepuluh menit yang lalu. Sudah berulang kali ia membaca pesan itu dan berharap bahwa pesan tersebut salah kirim. Atau lebih tepatnya tidak pernah terkirim.

"Mia, jajan yuk! Gue laper nih."

Mia mengangkat kepalanya dan menatap gadis yang sudah berteman dengannya kurang lebih enam tahun yang lalu.

Gadis berambut merah gelap tersebut menggeleng kecil, "Gue mau dikelas aja, Bi." tolaknya halus.

"Ah, lo mah. Biasanya juga mau gue ajak. Yaudah ya, gue kekantin dulu. Bye, Mimi." Bianca pamit dan segera meninggalkan Mia. Kemudian berbelok menuju kantin yang berada disebalah kanan kelas mereka.

Mia menatap kepergian Bianca dengan tatapan kesedihan. Ia takut sekali kehilangan Bianca. Bianca adalah orang yang sangat ia sayangi. Mia pernah berpikir kalau Bianca lebih penting. Dari orangtuanya sekalipun.

12.32

Tujuh belas menit lagi. Tarik nafas buang.

Istirahat kedua baru saja dimulai. Dan seperti biasanya, kantin tidak akan seramai istirahat pertama. Biasanya, mereka akan menghabiskan waktu didalam kelas atau dilapangan basket indoor. Dan sialnya untuk Mia, OSIS sedang mengadakan pertandingan basket antar kelas. Dimulai dari dua hari yang lalu.

Para anak laki-laki dan anak perempuan disekolah sangat menyukai yang namnaya pertandingan basket. Baik laki-laki yang karena ada temannya didialam pertandingan itu atau memang karena mereka menyukai basket. Atau juga bagi perempuan yang hadir dalam pertandingan karena adanya laki-laki tampan yang ada disitu.

Mia tak menyukai pertandingan. Apapun itu jensinya. Gadis itu menyukai ketenangan bukan hiruk piruk yang sangat menganggu ketenangan telinga.

12.40

Waktunya sebentar lagi. Ia harus segera bersiap untuk menunjukkan kepada orang itu bahwa ia kuat. Ia tidak lemah. Ia bisa melindungi dirinya sendiri dan tak membutuhkan orang lain dalam melindungi dirinya.

Suara Bianca menyadarkannya. Entah sudah berapa lama ia melamun seperti ini. "Ah, Bianca. " Ternyata itu adalah Bianca.

Bianca duduk dihadapan Mia seperti sedia kala sebelum Ia pergi ke kantin tadi. "Kau melamun, eh? Tumben sekali. " ejek Bianca kepada Mia yang terlihat menerawang kedepan lagi.

Bianca mengikuti arah pandang Mia dan melihat bahwa itu adalah penghapus papan tulis yang jatuh kelantai. Para sisiwa tidak berminat mengambilnya dari lantai.

Perlahan kesadaran Mia kembali masuk kedalam tubuhnya sedetik sebelum Bianca siap melayangkan pukulan kekepala Mia. Gadis keturunan Amerika Latin itu kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan kelas, setelah sebelumnya ia pamit kepada Bianca, yang menimbulkan kebingungan.

Mia menggenggam erat ponselnya yang berada ditangan kanannya saat ini. Dirinya akan selalu seperti ini ketika sedang gugup atau ketakutan. Ia akan menggenggam sesuatu yang dapat digenggam tangannya.

Perlahan-lahan langkahnya mulai mendekati lapangan indoor sekolahnya itu. Bahkan dari luar ruangan pun terdengar betapa bisingnya didalam ruangan besar itu. Tak dipungkiri, lapangan basket indoor juga memiliki banyak fungsi didalamnya.

Tiba-tiba dirinya merasakan menginjak sesuatu yang lengket dan basah. Mia mengerang jijik sesaat setelah ia mengangkat kakinya dari 'sesuatu' yang lengket itu.

Gadis itu manatap cairan berwarna merah yang sudah ia injak itu. Ia tak menyangka bahwa ia dapat melihat darah disekitar lapangan indoor itu. Mia menyadari bahwa ada banyak darah bercecer dimana-mana. Bahkan dimading sekolah yang dibatasi oleh kaca!

Mia melangkah mundur serta menutup mulut dan hidungnya. Darah tersebut membuat lingkungan sekitarnya tercium bau yang sangat amis. Gadis itu merasa bahwa lorong yang ia pijak saat ini tidak ada orang sama sekali. Bahkan ia mengira tidak ada kehidupan disekitarnya!

Bianca. Itu adalah Bianca.

Mia melihat sahabat terbaiknya itu sedang bersama orang berjubah hitam yang tidak ia kenal. Dan Mia menyebut orang itu Unknown.

Tangan Mia bergetar hebat tatkala ia melihat Bianca bergelantungan pada pembatas besi yang dibuat oleh Kepala sekolah mereka. Dan posisi Bianca saat itu adalah perut yang ditahan oleh pembatas besi dengan tangan dan kaki bergelantungan diudara.

Walaupun mulut si Unknown itu tertutup oleh masker hitam tapi Mia dapat merasakan si Unknown itu tersenyum padanya. Dan pada detik selanjutnya, tubuh Bianca melayang di udara.

"Mia. Mi, Mia. MIA BANGUN UDAH PAGI!"

Kesadaran gadis itu kembali masuk kedalam tubuhnya yang terbaring diatas ranjang berseprai pink itu.

Mia menatap langit-langit kamarnya yang juga dicat pink. Mia terlihat kosong. Ia tidak mempercayai apa yang baru saja terjadi. Mimpi itu nampak seperti nyata.

"Mia, bangun lo Mia. Udah ditunggu Fa sama Mo itu diruang makan. " Kia menatap adiknya yang menatap kosong langit kamarnya dan mengikuti arah pandang adiknya itu.

"Mi lo ngapain? Cepet bangun lo, nanti lo telat lagi kayak kemarin. "
Kia segera beranjak dari kamar Mia dan berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Tapi tetap saja, Mia tidak bergerak sedikit pun. Bahkan sesenti saja.

*Chuck*

Gadis itu mengikat ekor kuda rambut merah gelapnya dan membiarkannya menjuntai kebelakang. Mia menekan kunci mobil otomatis yang berada ditangannya kirinya dengan tangan kanan yang membenarkan dasi silangnya.

Mia memasuki mobil yang sudah ia miliki setahun terakhir ini. Ia memasukkan kunci mobilnya dan memulai mengendarai mobilnya.

Mobil berwarna pink cerah tersebut dijalankan dengan. Gadis itu bersenandung kecil menikmati udara pagi yang dihirupnya. Ia membuka kaca mobil dan mulai bernyanyi lagu yang akhir-akhir ini ia dengar.

Dan sebelum Ia mencapai kalimat terakhir dalam lagunya, mobil yang dikendarai Mia terdorong oleh sebuah mobil hitam yang berada di belakang mobilnya.

Mobil pink itu kemudian terlempar sekitar dua ratus meter. Mobil itu menabrak pohon besar yang berada dekat dengan salah satu rumah warga.

Yang Mia rasakan saat ini adalah. Sakit yang amat sangat.

*Chuck*

****

Sulit dijelaskan dengan kata-kata...
 


*Part akan diupdate beberapa hari lagi.

2018-02-04










 


No Drama (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang