TEROR ORANG ASING
Hani mengangkat tangannya, melambai kepada Jodi yang semakin jauh-menjauhi apartemennya. Gadis itu melihat sekitar yang tatapannya berhenti pada satu kendaraan beroda empat yang terlihat mewah dan mengkilap dibawah guyuran hujan.Bukannya meremehkan atau apa, tapi sejak dulu, saat ia baru pertama kali datang ke apartemennya ia menyadari kalau rata-rata penghuninya adalah orang-orang yang tidak terlalu kaya. Walaupun tidak dipungkiri kalau ada beberapa diantaranya yang menengah keatas, tapi Hani yakin kalau mobil mewah itu bukanlah milik salah satu penghuni di apartemennya.
Hani menekan tombol pada lift sambil beberapa kali menguap menahan kantuk. Pintu lift terbuka dan dengan terpaksa Hani menyeret langkahnya untuk masuk kedalam lift itu.
"Aku benar-benar lelah. " ujar Hani yang malah membuat dirinya semakin lelah. Tangannya bergerak menekan satu angka pada tombol-tombol itu.
Lift benar-benar terasa berjalan sangat lambat. Tak seperti biasanya. Bahkan jarum jam saja rasanya seperti tidak berpindah tempat dari tadi.
Pintu lift terbuka, menampilkan lorong apartemennya yang pada sisinya terdapat enam kamar beserta penerangan yang cukup menerangi lorong itu. Hani merogoh kartu kunci kamar apartemennya disisi kiri tasnya sambil menguap beberapa kali.
Langkah gadis itu berhenti tepat beberapa langkah sebelum mencapai pintu apartemennya. Disana, pintu apartemen yang seharusnya masih tertutup rapat dan juga terkunci kini didepan matanya sendiri pintu itu separuh terbuka tanpa adanya kunci atau apapun itu.
Kakinya melangkah gemetar mendekati pintu yang terbuka setengah itu. Hani tidak pernah berpikir kalau apartemennya akan dimasuki maling seperti ini. Jika ia menggedor-gedor pintu Datsna dengan keras sekalipun, pasti tidak akan ada tanggapan dari si empunya. Datsna sering pulang larut malam.
Sedangkan keempat tetangga lainnya, mereka semua sibuk dengan urusan masing-masing. Dirinya saja tidak pernah bertemu dengan orang yang tinggal tepat disebelah apartemennya itu.
Suara alunan musik jazz terdengar dari dalam apartemennya dengan lembut. Hani mengambil sapu yang sengaja ia letakkan didepannya dan dijadikannya sapu bergagang panjang itu senjatanya untuk melawan orang yang tidak tahu sopan santun keluar-masuk kedalam apartemennya.
Alunan musik itu semakin terdengar keras dan lembut secara bersamaan. Garis bibir yang awalnya membentuk garis itu mulai sedikit melengkung bersammaan pegangan sapunya yang mengendor.
"Hani~sshi."
Bulu kuduknya serentak berdiri mendengar suara berat nan ia benci itu masuk kedalam telinganya. Tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa dia sebab dari kehadirannya saja sudah menimbulkan benci dan kemuakan.
"Apa yang anda lakukan disini? "
Orang itu melangkah maju-mendekati Hani yang sudah siap dengan sapunya. "Aku benar-benar rindu Kang Hani. "
"Aku tidak pernah rindu pada anda. " tukas Hani cepat.
Orang itu berjalan melewati Hani yang kemudian ia lakukan adalah menatap Hani dengan rindu. Air mata sudah menggenang di sana dan siap diluncurkan kapan pun.
"Tapi papa rindu Hani. "
'Papa?'
"Papa ku sudah lama meninggal, jangan pernah mengada-ngada. " sungguh rasanya ia ingin menonjok wajahnya sendiri saat ini. "Karena aku tidak pernah suka mempunyai hubungan dengan orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Drama (SELESAI)
Mystery / ThrillerFerbuari, 2018 "Gue cuma punya waktu yang sangat-sangat sibuk dalam keseharian gue. Jadi biar nggak kelamaan dan ngehabisin waktu berharga gue, lo gue beri waktu 3 detik untuk memberi alasan kenapa lo pingin banget ngobrol sama gue." "Satu..." "Dua...