Chuck: 5🔆

18 3 0
                                    

TEPUK BAHUNYA.

"Waktu itu, waktu coklat itu masih diatas meja gue, lo baca note yang ada disitu gak? " tanya Hani sambil menatap serius kedua bola mata Dian.

*Chuck*

"Untuk kedua kalinya gue beri tahu lo Hani, gue gak baca note itu dan coklatnya langsung gue masukkan kr laci lo. " erang Dian kesal

Erangan Dian membuat Hani meringis dalam hati. Sebenarnya ia tidak enak menanyakan hal yang sudah lewat, tapi bagaimana lagi ia harus menyusun setiap rangkaian puzzlenya.

Setiap hipotesis yang muncul dikepalanya bisa saja menjadi kunci dari kejadian-kejadian yang muncul akhir-akhir ini.

Gadis Korea itu berdecak kesal kepada dirinya sendiri. Walaupun ia tahu Dian adalah gadis periang dan selalu bersinar setiap harinya, tapi tentu saja itu tak memungkiri bahwa Dian membenci hal-hal bersifat mengulang. Terlalu merepotkan kata Dian.

Menghela nafas dan menidurkan kepalanya membuat rasa malas merayap disekujur tubuh Hani. Hani memandangi jendela kaca kelasnya dengan pandangan datar.

Rasa hangat kemudian menyentuh kedua matanya yang berasal dari kaca jendela kelas. Hani menikmati setiap belaian-belaian sinar matahari yang entah kenapa membuat pandangannya kabur.

Yang Hani rasakan saat ini perasaan kantuk yang menyerang. Gadis Korea itu tidak mendengar lagi apa yang diajarkan oleh sang guru. Yang gadis tahu, ia sudah dialam lain.

*Chuck*

Kedua kelopak mata itu perlahan-lahan mengerjap selama beberapa saat.

Kedua bola mata hitam tersebut berusaha menyesuaikan sinar matahari yang masuk. Hani mengusap-ngusap pipinya yang sedikit kasar dan berbau aneh. Hani  meringis pelan karena disaat teman-temannya sedang tumben tumbennya berusaha fokus akan materi didepan, dirinya malahan asik-asikan tidur.

Bahkan sampai mengeluarkan iler.

Mulutnya terkadang memang sangat sulit untuk di ajak kerja sama dengan otaknya. Bahkan terkadang Hani mengucapkan kata-kata yang tak perlu dan tak pantas diucapkan oleh perempuan.

Contohnya; saat itu Hani sedang dalam pelayanannya di gereja. Apesnya, ia mendapat teguran plus Firman-Firman Tuhan yang turut menyertai teguran itu ketika dirinya mengumpat tentang mikrofon gereja yang jatuh dan menimpa kakinya.

Tapi itu benar-benar sakit. Ia bersumpah!

Ugh, dirinya melantur lagi.

Hani menegakkan tubuhnya dan menyesuaikan posisi duduknya senyaman mungkin. Gadis itu menatap kearah papan tulis yang sudah dipenuhi dengan beragam macam kata dan kalimat disertai rumus-rumus yang mendampingi.

Matanya mulai menjelajahi setiap barisan demi barisan yang sudah tertulis sedari tadi. Hani melirik teman bangkunya yang terlihat sangat fokus dan tenang.

Hani mengakui bahwa Dian adalah sosok perempuan yang memiliki konsentrasi akut tingkat tinggi. Jika kau berniat bertanya atau sekedar mengobrol dengan Dian tapi pada saat ia sedang fokus, sebaiknya urungkan saja karena lebih baik jangan menganggunya daripada mendapat masalah.

No Drama (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang