NYATA
"Hujan Han. " Ruben menarik tangannya yang tadi ia gunakan untuk menadah air hujan.
Gadis itu juga mengulurkan tangannya menadah air hujan yang lewat dari atap rumah. Ia pikir diskusi hari ini akan berlangsung cepat dan langsung pada intinya, tapi hal tadi hanya menjadi angin lalu ketika Tiara menarik Jodi untuk memasak dan mereka berdua yang dipaksa makan malam bersama.
Kata Tiara, ia bosan makan bertiga terus bersama Louis dan Ruben--yang lebih sering diam saat makan. Dan papa nya Ruben pulang seminggu sekali yang setelah itu langsung kembali ke tempat kerjanya.
Sial dia jadi rindu mamanya!
Mamanya yang sering pulang malam sambil membawa banyak makanan dan kadang jarang pulang ke rumah karena mengurus ini-itu dari kantornya.
Hani melirik sekilas Ruben yang sedang berjalan ke arah Jodi yang tengah mengenakan jaketnya. Ia buru-buru mengalihkan perhatiannya ketika Jodi mendadak menoleh sekilas kearah nya.
Huh kenapa dirinya ini?!
Hani melirik lagi ke dua orang laki-laki itu dan menemukan wajah Jodi yang mengerut dengan tangan kiri Ruben di pundak laki-laki itu. Entah apa yang mereka bicarakan itu, tapi sepertinya pembicaraan yang cukup membuat laki-laki galak itu berwajah semakin galak.
Wajah galak itu masih bersarang disana yang setelah itu Ruben memutar tubuhnya dan memanggilnya untuk datang ke sana. Hani menekan setiap langkahnya untuk memperlambat waktu yang kian lama terasa semakin cepat berlalu.
"Lo pulang dianter Jodi ya Han. " Ruben kembali menepuk pundak Jodi.
Hani mengerutkan keningnya. "Gue bisa pulang sendiri kok Ben. Cuma hujan ringan aja kok. "
Dan setelah itu terdengar bunyi petir menggelegar yang membuat Tiara menjerit kaget.
Hani tertawa sumbang. "Gue bisa nunggu sampai hujannya reda Ben. "
Jodi memutar bola mata malas. Ia sangat tidak menyukai penolakan penolakan palsu yang pada kenyataannya ia sangat berharap untuk hal yang ditolaknya itu. Benar-benar membuat kesal!
"Udah lo bareng gue aja. "
Hani membulatkan matanya dan siap mengeluarkan ucapan seperti 'tidak perlu' atau 'aku bisa sendiri. '
"Gak usah nolak. Ini udah mau gelap, lo ikut gue. "
"Udah Han lo bareng Jodi aja. Hemat ongkos. " cengir Ruben
Petir kembali menggelegar membuat Hani berjengit kaget. "Tuh Han, bareng Jo aja. " ujar Ruben.
Hani hanya tersenyum simpul ke arah Ruben yang setelah itu ia berjalan mendekati Jodi dan motor bebek nya. Gadis itu menatap sebentar kendaraan beroda dua milik Jodi itu dengan takut-takut.
Dulu, saat JHS ia pernah belajar naik sepeda milik adiknya Min Hye di depan rumahnya. Awalnya semua baik-baik saja sebelum Min Hye berteriak dari balik punggung nya kalau ada batu besar didepannya. Hani merutuki Min Hye dalam hati karena keterlambatan nya memperingatinya. Sejak itu dirinya mulai anti dengan kendaraan beroda dua dan lebih memilih naik mobil. Ia benar-benar takut jatuh.
"Makanya pegang erat-erat. "
Apa katanya?
"Lo bilang lo takut jatuh kan?" Dia dengar? "Makanya pegang gue erat-erat, soalnya kita harus ngebut. "
Ngebut? Apa itu ngebut?
"Hati-hati ya Jod, Han." Ruben melambaikan tangannya.
Kenapa perasaannya tidak enak?
KAMU SEDANG MEMBACA
No Drama (SELESAI)
Mystery / ThrillerFerbuari, 2018 "Gue cuma punya waktu yang sangat-sangat sibuk dalam keseharian gue. Jadi biar nggak kelamaan dan ngehabisin waktu berharga gue, lo gue beri waktu 3 detik untuk memberi alasan kenapa lo pingin banget ngobrol sama gue." "Satu..." "Dua...