Chapter 24 • 3D2N

2.5K 465 246
                                    

Jinyoung melangkahkan kaki kanannya duluan, beranjak keluar dari bus dan berdiri tegak di samping pintu. Ia meminta semua orang untuk turun dan pergi bersamanya. Namun, sebelum benar-benar berlalu. Ia sempat berterima kasih kepada sang supir telah mengantar mereka di tempat tersebut.

Selepasnya, Jinyoung berjalan di belakang, mengawasi rombongannya agar tidak ketinggalan atau kesasar. Sebab mereka sekarang berada di sebuah hutan.

“Kak Jinyoung!” Sahut seseorang dari depan. Jinyoung mendongak dan mengangkat kedua alisnya. Ia menangkap Seonho tengah berjalan mendekati.

“Kenapa? Ada yang ketinggalan?” Tanya Jinyoung, matanya mengikuti tubuh Seonho yang sudah berada disampingnya.

“Iya, punyaku ketinggalan” Balas Seonho cepat.

“Seriusan? Kenapa gak cek tadi. Aku telfon dulu supirnya bia—” dirasakan Seonho telah merangkul lengan kirinya. Pemuda itu menatapnya dengan mata berbinar.

“Maksudnya, punya ku yang ini yang ketinggalan hehe” potong Seonho, ia menyengir lucu.

Jinyoung mendengus lega. Ternyata adik angkatannya itu hanya bercanda. Bagi Jinyoung, semua barang maupun orang yang ikut kegiatan ini adalah tanggung jawab jawabnya, karena itulah ia sempat panik sedikit barusan.

Kedua kaki mereka berjalan berdampingan dengan langkah kecil, lalu Jinyoung menoleh ke samping. “Kamu jalan sama yang lain aja di depan” Sarannya untuk Seonho. Tapi, yang lebih muda menggelengkan kepala cepat dan menipiskan bibirnya.

“Aku mau nemenin kakak disini” Jinyoung tersenyum tipis sebentar. Membiarkan Seonho dengan maunya. Toh, tidak masalah jika pemuda itu menemaninya dibelakang. Lagipula Jinyoung butuh seseorang yang bisa diajak berbincang. Ingin hati memanggil dan menyuruh Samuel agar berjalan bersamanya, namun wakil ketua BEM itu telah ditugaskan untuk menggiring rombongan dari depan.

***

Jihoon berpergian bersama Guanlin, bahkan ia mengajak pemuda itu untuk menemaninya ke Mall. Bermaksud untuk mengeluarkan semua beban dan stress yang ia alami akhir-akhir. Kini keduanya berjalan beriringan pergi ke suatu café yang berada di dalam gedung besar itu.

Yang lebih tua duduk di salah satu kursi berwarna hitam diikuti Guanlin di depannya.

“Kak..” Jihoon menoleh seraya jarinya mengetik pesan untuk sang suami.

“Kak Jihoon ternyata manis banget ya kalo di lihat dari deket gini” lanjut Guanlin. Ia mengirim senyuman khasnya kepada Jihoon dan menompang dagu di telapak tangan.

Jihoon terkekeh pelan mendengar hal tersebut. “Makasih hehe..” Balas Jihoon santai. Tak terhitung lagi dirinya mendapatkan pujian seperti tersebut, terlebih dari mulut Jinyoung. Kini tiba-tiba Jihoon teringat dengan suaminya. Belum sehari penuh ia sudah rindu dengan pemuda berkepala kecil itu.

Guanlin mengarahkan kedua matanya di meja dan kembali menatap Jihoon dalam.

“Saking manisnya, aku pengen ngemilikin kamu kak” sambung Guanlin dan mampu membuat Jihoon membelakakan kedua matanya.

***

Setelah memasang beberapa tenda yang akan menjadi rumah kecil sekaligus tempat beristirahat mereka di hutan ini. Jinyoung menyuruh para mahasiswa untuk berkumpul dan berdiri di depannya.

“Kalian tau kan tujuan kami mengajak kalian semua ke sini? Senior yang berada di depan kalian sekarang akan menjadi orang-orang yang berbeda untuk tiga hari kedepan. Jadi disini gak ada yang namanya teman atau pacar, semua sama yaitu senior dan junior. Paham?” Jelas Jinyoung dengan suara lantang dan tegas, matanya melihat ke semua wajah bak mengamati para adik angkatannya tersebut.

The worst weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang