Jihoon terbangun dari tidurnya secara tiba-tiba akibat perutnya yang keroncongan seakan meminta sang empu mengisinya, padahal saat ini hari masih sangat pagi. Lalu Jihoon menengok ke samping, menangkap Jinyoung sedang tidur tanpa atasan.
Lalu dirinya beranjak keluar kamar, mencoba mencari sesuatu sebagai penjanggal lapar. Di apartement mereka belum terlalu banyak bahan makanan yang boleh di masak, jadi Jihoon memutuskan untuk menggoreng telur saja.
Sebelum memasak, ia mencuci wajahnya terlebih dahulu di wastafel lalu memakai celemek dan mengambil dua butir telur di kulkas.
Ini kali pertamanya ia turun di dapur seorang diri, selama ini ia tak pernah memasak, semua yang di rumahnya di kerjakan oleh PRT. Alhasil, Jihoon memasak telur tersebut mengikuti instingnya.
Sekarang, penggorengan itu sudah panas, kemudian ia menuangkan minyak sedikit dan menuangkan isi cangkang telur di atasnya. Karna ini pengalaman pertamanya, Jihoon tak tahu bagaimana mengetahui telur itu sudah matang jadi ia menunggu beberapa menit sampai akhirnya tercium bau gosong..
"AAAAAAAAHHH" teriaknya sembari membuang sepatula itu, maniknya menangkap api yang cukup besar disana ditambah keadaan telurnya semakin menghitam. Langsung saja ia berlari menuju kamar dan membangunkan Jinyoung yang masih terlelap.
"Jinyoung!!" teriaknya sekali lagi, ia mengguncangkan tubuh itu, sedangkan Jinyoung sudah tersadar sedikit, bukannya bangun ia malah menimpah wajahnya sendiri dengan bantal.
"Jinyoung bantuinnnn" pintah Jihoon, bahkan dari kamar juga bisa tercium bau gosong itu. Mau tak mau, Jihoon mencubit lengan Jinyoung keras sampai sang empu meringis kesakitan.
"Apaan sih masih pagi udah berisik" protes pemuda itu, ia menatap Jihoon kesal.
"Itu apinya.." mendengar hal itu, Jinyoung membelakkan kedua matanya, beranjak dari ranjang dan segera pergi ke arah dapur di ikuti Jihoon dari belakang.
Sampainya ditempat itu, Jinyoung mendengus kesal, ternyata hanya sebuah telur yang gosong akibat api yang terlalu besar. Lalu ia menarik pergelangan Jihoon dan segera mematikan apinya.
"Lo kenapa pagi-pagi udah masak?" Tanyanya lalu menatap Jihoon tajam.
"Gue laper" kedua manik Jihoon menjadi teduh menatap pemuda yang dihadapannya. Kemudian Jinyoung mengacak rambutnya kasar..
"Kalo gak tau masak gausah soksokan masuk ke dapur, kalo nih tempat ke bakar karna lo gimana?" Jihoon mengerucutkan bibirnya ke bawah. "Bunda gimana sih malah nyuruh gue nikah sama orang yang gak tau masak" gerutunya, lalu ia mencoba membersihkan penggorengan tersebut dengan membuang telurnya di tempat sampah.
Lalu Jihoon mengambil telur lain dan mulai mengocoknya perlahan dengan mood yang tidak enak pagi ini. Jinyoung melihat itu, lalu ia memberhentikan tangan Jihoon.
"Mau masak lagi? Gausah! Makan mulu kerjaan lo, masih pagi banget juga udah laper. Tekor dah gue lama-lama" tiba-tiba Jihoon menghempaskan genggamnya Jinyoung dan melepaskan celemeknya kemudian melempar pakaian itu di lantai.
"Woi mau kemana lo" Pemuda manis itu segera mengurung diri di kamar, ia kesal dengan Jinyoung, ini seratus persen bukan salahnya, ini salah perutnya yang selalu tidak tahu diri untuk di isi di jam-jam yang tak menentu.
Jihoon berbaring di ranjang sembari memukul-mukul bantal, meluapkan kesalnya. Perlahan air matanya lolos meluncur dari kedua ujung tersebut.
"Mama.. Jihoon laperrrr ma." rasa lapar nya kini sungguh tak bisa di toleransi, sehingga semua emosi terkumpul menjadi satu, sampai menghasilkan benda cair itu.
Tak lama Jinyoung membuka pintu kamar, menghampiri Jihoon, langsung saja si manis mengusap air matanya dan mengkontrol raut wajahnya.
"Nih makan" ujar Jinyoung sembari membawa nampan dan memposisikan dirinya duduk di tepi ranjang, namun hal tersebut tak membuat Jihoon goyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The worst wedding
Fiksi PenggemarFANBOOK INI SUDAH DI CETAK [on private] Perjodohan dan menikah di usia muda, bagaikan mimpi buruk di siang hari oleh Jinyoung dan Jihoon terlebih mereka mempunyai kekasih masing-masing. Namun siapa sangka ada sesuatu yang terjadi antara keduanya? [f...