Hari honeymoon untuk pasangan baru telah tiba, keduanya kini sedang mengikuti proses check-in sekaligus pengecekan barang di bandara, lalu segera menuju gate 2 atas perintah dari pegawai maskapai tersebut. Cukup cepat memang, sebab keduanya baru sampai di bandara 20 menit sebelum keberangkatan dan itu karena Jihoon yang terlambat bangun.
Sebelum benar-benar berlalu dari tempat, Jinyoung maupun Jihoon melambaikan tangan mereka kearah orang tua masing-masing yang ikut mengantar keduanya.
"Pulangnya nanti bertiga ya" seru Baekhyun kencang, hal itu mampu membuat Jihoon tersenyum kikuk, dengan begitu ia menarik pergelangan kiri Jinyoung paksa. Kini keduanya berjalan beriringan dengan sebuah boarding pass yang berada di tangan masing-masing..
"Nanti disana kita jalan sendirian" ucap Jinyoung, lalu ia semakin memperlebar langkahnya, bak sengaja mendahului pemuda itu.
"Siapa juga yang mau jalan sama lo!" seolah tak mau kalah, Jihoon berjalan cepat hampir berlari, berusaha meninggalkan Jinyoung di belakangnya.
***
Beberapa jam telah berlalu, pesawat yang mengantarkan mereka itu telah landing. Akhirnya kedua pemuda itu menginjakkan tungkai milik masing-masing di bandara Suvarnabhumi, Bangkok. Disini, di negara tropis itu mereka akan menghabiskan liburannya.
Sehabis mengambil barang, Jinyoung dan Jihoon melangkah keluar dari pintu kedatangannya penumpang, manik milik Jinyoung tengah menangkap seseorang yang berusia tak jauh dari ayahnya datang menghampiri mereka.
"Halo saya Kim Jongin, pegawainya Pak Sehun. Beliau minta saya buat jemput sekaligus mengantarkan kalian ke hotel" ucapnya sopan, lalu yang lebih muda mengangguk cepat dan mengikuti orang itu dari belakang. Mereka di giring keluar dari bandara dan berujung masuk ke dalam mobilnya.
Selama di perjalanan, Jinyoung berbincang dengan teman ayahnya itu, ternyata ia seorang pegawai yang di tugaskan Sehun untuk bekerja di perusahaannya yang ada di Bangkok.
Memakan waktu satu jam lebih, sampailah mereka di depan hotel berbintang empat tersebut.
"Ntar kamar masing-masing" bisik Jinyoung kepada Jihoon tepat di telinga kanannya.
Jongin hanya mengantarkan mereka sampai di lobby. Lalu, dirinya berpamitan pulang. Setelahnya Jinyoung memposisikan dirinya berdiri berhadapan dengan pegawai wanita tersebut dengan meja sebagai penghalang.
"I want a room that had been reversed by Oh Luhan" ujar Jinyoung lancar. Kemudian pegawainya mengecek kamar pesanan Luhan di sistem, lalu ia mengambil kunci berbentuk kartu itu dan memberikannya ke Jinyoung. "Thank you"
Proses check-in kamar telah selesai, Jihoon masih tidak tau kalau hanya ada satu kamar, ia terus mengikuti Jinyoung dari belakang dengan koper yang di seret ikut dengannya.
Jinyoung memencet tombol elevator dan tak harus menunggu lama, pintu itu terbuka otomatis. Dirinya masuk ke dalam, namun ia buru-buru mencegah Jihoon yang akan ikut masuk.
"Karna kamarnya cuma satu, yang cepet sampe di lantai 5 itu yang dapet" ujarnya lalu segera memencet tombol menutup pintu, meninggal Jihoon yang cengok di buatnya, dengan terpaksa pemuda manis itu menggunakkan elevator lain.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di lantai 5, Jihoon segera mencari sosok yang menyebalkan itu dan disana dia, berdiri dengan sebuah senyuman jahil ditambah mengoyang-goyangkan kunci itu kearahnya, lalu Jihoon menuntun tungkai pendeknya mendekati Jinyoung dengan air muka tak sedap.
"Lo curang!!" ia mengerucutkan bibirnya kesal, menyilangkan kedua lengannya di depan dada. Kemudian terdengar kekehan kecil dari mulut Jinyoung.
"Gue bercanda. Kita main gunting kertas batu aja " hal itu mengundang semangat dari Jihoon langsung saja ia mengangguk cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The worst wedding
FanfictionFANBOOK INI SUDAH DI CETAK [on private] Perjodohan dan menikah di usia muda, bagaikan mimpi buruk di siang hari oleh Jinyoung dan Jihoon terlebih mereka mempunyai kekasih masing-masing. Namun siapa sangka ada sesuatu yang terjadi antara keduanya? [f...