"ahh, lelahnya"
June membanting diri ke kasur, mencari kenyamanan diatas empuknya ranjang kamar tidur hotel.
Badannya terasa sangat pegal karena seharian shopping, padahal kerjaannya hanya menunjuk ini dan itu, sedangkan Juki dengan senang hati membawakan semua belanjaan istrinya.
Sungguh suami idaman para wanita.
Itulah satu dari seribu alasan mengapa June merasa dirinya adalah wanita paling beruntung di dunia. Mungkin kalian sudah bosan mendengar pengakuan June tentang bagaimana ia merasa bersyukur menjadi istri Juki. Laki-laki nyaris sempurna, yang ia temui di Halte Busway.
June merentangkan tangannya, meraih guling yang berada di sampingnya. Memeluk erat guling itu seraya memejamkan mata. Juki yang melihat tingkah istrinya, segera mewanti-wanti dengan tenang.
"Bun jangan tidur, katanya mau ke Namsan Tower?" peringatan Juki tak pelak membuat June membuka matanya. Ia justru semakin memeluk gulingnya erat.
"iyah, ini nggak tidur kok, Cuma mau istirahat sebentar aja" jawabnya sambil menguap lebar
Juki terkekeh melihat tingkah laku istrinya yang mirip koala. Juki berani bertaruh, jika sudah di posisi begitu, maka dalam waktu lima menit, June siap masuk ke alam mimpinya.
Juki memilih untuk duduk di pinggir ranjang, menatap wajah istrinya dalam diam. Menyusuri lekuk wajah tenang itu, dengan perasaan tak menentu.
Entahlah akhir-akhir ini Juki merasa khawatir saat June tertidur. Ia takut saat mata itu tertutup dan tidak terbuka esok harinya. Jika ia bisa meminta, Juki ingin istrinya selalu dalam keadaan terjaga.
Bersama melewati hari sambil tertawa dan bercanda, tanpa ada jeda untuk tidur. Juki akan dengan senang hati membuka matanya sepanjang hari demi menemani istrinya.
Bisa melihat senyum dan tawa June, adalah salah satu alasannya untuk tetap hidup. Egois memang, namun hanya itu cara untuk memastikan june baik-baik saja.
Juki semakin tenggelam pada lamunannya, tanpa ia sadari koala besar di hadapannya, sepertinya sudah mulai memasuki alam mimpi.
Saat dengkuran halus itu sampai ke telinga Juki, barulah ia tersadar. Senyum mengembang dari bibir indahnya, di belainya rambut June sayang.
Dengan sabar dan telaten, Juki menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah istrinya. Menyelipkannya ke belakang telinga, jangan sampai anak rambut itu menghalangi nafas bidadarinya.
Jika diperhatikan dengan seksama, wajah itu semakin hari semakin menirus, membuat hati Juki teriris pedih.
"aku kangen pipi chuby kamu" gumamnya pelan seraya membelai lembut pipi June
"tidur yang nyenyak ya sayang" Juki mengecup kening istrinya penuh perasaan, seperti tengah menyalurkan semua rasa yang tersimpan di hatinya.
___oOo___
Suara dering handphone benar-benar mengganggu pendengaran June. dengan malas tangannya meraba-raba kasur, mencari benda pipih berbentuk persegi panjang.
Akhirnya jari-jari lentiknya berhasil meraih benda itu, tangannya secara otomatis menggeser icon answer dan menempelkan benda itu ke telinganya.
"eunghh halo" lenguhan kecil keluar dari mulut mungil June
"udah bangun?" tanya seseorang di seberang telepon
"hmmm, hoaaaammmm" gumam June seraya menguap lebar
"bangun koala, katanya mau dinner di Namsan Tower"
June mengerjap pelan, mencoba mencerna kalimat dari lawan bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love (eunkook)
أدب الهواة(Privat acak) so follow me before read Sequel halte busway i'am in love gimana ceritanya jungkook dan eunha versi indonesia itu hidup satu rumah sebagai pasangan suami istri? penasaran? kuy baca langsung aja Jangan lupa vote sama comentnya ya