Selama perjalanan pulang June hanya termenung memandang jalan dari balik kaca mobil. Diluar sedang turun hujan, apakah langit juga ikut bersedih untuknya? June tersenyum pahit memandang rintik hujan yang sepertinya enggan untuk berhenti.
"Bun kamu kok liat ke arah luar terus, kamu mau main hujanan?"
Pertanyaan Juki mengusik lamunannya. June tersenyum mengingat saat dulu ia seringkali main hujanan bersama Juki, kekanakan memang, tapi itu adalah kesenangan June yang sederhana.
"aku nggak mau ambil resiko pingsan di jalan cuma karena main hujanan Juk, aku sadar kondisi aku udah nggak sesehat dulu" ucapnya getir membuat Juki rada menyesal telah menanyakan hal itu.
Juki hanya berniat mengalihkan perhatian June dari ucapan dokter Erna, Juki tahu istrinya masih kepikiran soal kondisi kesehatannya. Juki memutar kemudinya, membuat June terperanjat.
"kita mau kemana Juk?"
"ke tempat yang bisa bikin kamu seneng"
"nggak kita harus pulang sekarang juga, kasian anak-anak kalo ditinggal lama-lama"
"nggak apa-apa persediaan ASI kamu masih banyak kan di kulkas?"
"i...iyah sih tapi kan,"
"udah tenang aja, mereka itu anak-anak pintar. Mereka pasti ngerti kalo orang tuanya butuh waktu berduaan" katanya sambil mengerling genit.
"cihh, dasar Mr pemaksa" June terkekeh melihat kelakuan suaminya.
Selagi aku masih bisa liat kamu tersenyum, akan aku buat kamu tersenyum sebanyak mungkin Bun.
___oOo___
Juki memakirkan mobilnya di samping gedung yang tidak asing lagi bagi mereka. Gerimis masih membasahi jalanan ibukota. Membuat suasana menjadi lebih sepi, karena orang yang berlalu lalang memilih untuk berteduh di tempat-tempat yang terlindungi hujan.
Berbeda dengan Juki yang seolah menantang hujan, dia turun dari mobilnya tanpa menggunakan payung. Ia berjalan mengitari mobilnya, lalu membukakan pintu mobil untuk istrinya.
"ayo turun"
"Juk kita ngapain sih kesini?"
"hanya mengenang masa lalu, ayo cepetan! nanti ujannya keburu reda"
June hanya mematuhi titah suaminya, ia pun turun dan merelakan tubuhnya tersiram rintik hujan. Juki menautkan jari-jari tangannya ke sela-sela jemari istrinya. Memasukan genggaman mereka ke saku jaketnya. June memandang heran ke arah suaminya menuntut penjelasan.
"kamu pernah bilang sama aku, kalo hujan itu romantis. Jadi hari ini mari kita habiskan waktu dengan berjalan berdua seperti ini dibawah rintik hujan, romantis bukan" Juki tersenyum manis membuat June luluh dan tidak bisa membantah.
Mereka jalan bersisian menghiraukan tatapan orang-orang yang menatap aneh ke arah mereka. June sangat bahagia dengan apa yang Juki lakukan. Ingatannya kembali ke masa-masa indah dulu, saat mereka masih terlibat Friendzone.
Setiap tembok dan pohon yang ia lewati seolah tengah menceritakan kembali kisah mereka disini. Di kota tua ini, di depan gedung Musem Fatahilah, June dan Juki pernah tertawa bersama di bawah rintik hujan. Rasanya sangat menyenangkan saat itu.
"mau nyewa sepeda?" tanya Juki kepada istrinya
"emmm, boleh juga"
Juki menyewa sepeda ontel dari seorang kakek tua, lengkap dengan topi khas Noni-Noni Belanda. June memakai topi itu dan duduk menyamping di boncengan sepeda. Ia memeluk pinggang Juki erat dan mengayunkan kakinya ke udara tanda ia sangat bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love (eunkook)
Fanfiction(Privat acak) so follow me before read Sequel halte busway i'am in love gimana ceritanya jungkook dan eunha versi indonesia itu hidup satu rumah sebagai pasangan suami istri? penasaran? kuy baca langsung aja Jangan lupa vote sama comentnya ya