"maaf Juk, tapi sepertinya June tidak bisa melakukan operasi dalam waktu dekat ini"
"APA?" teriak mereka kompak.
Satu kalimat dari dokter Erna meruntuhkan mental June saat itu juga. Genggamannya ditangan Juki mengerat, June nggak kuasa nahan airmatanya.
Kabar buruk apalagi ini, sumpah June nggak sanggup dengernya. Disaat dia yakin buat dioperasi tapi kenapa sekarang dokter bilang dia nggak bisa dioperasi.
Sebenarnya ada apa dengan tubuhnya? June jadi makin bingung harus bagaimana menghadapi semua ini. kalo bukan karena Juki ada disampingnya, mungkin June udah nyerah dari dulu dan membiarkan semuanya berjalan sesuai kehendak Tuhan.
"loh kenapa nggak bisa dok? Emang apa yang salah sama kondisi June" protes Juki
June masih sibuk seka airmatanya, mencoba buat tetap tegar menghadapi semua kenyataan ini. Juki terus genggam tangan istrinya kuat, coba buat yakinin June kalo dia nggak sendirian.
"kalian nggak usah khawatir, June nggak bisa melakukan operasi bukan karena ada yang salah sama kondisi fisiknya, tapi...." dokter Erna menggantung kalimatnya
Dia memandang sebentar ke arah June dan Juki, membuat sepasang suami istri itu merasa semakin cemas dan khawatir.
"June nggak bisa dioperasi karena sekarang June sedang hamil"
"HAH?" baik June maupun Juki benar-benar terkejut dengan pernyataan dokter Erna barusan
"apa dok? June hamil?" tanya Juki memastikan
Sedangkan June lagi sibuk mengumpulkan kesadarannya, memastikan bahwa kupingnya baik-baik aja, dan apa yang di dengernya barusan bukanlah kesalahan.
"Iyah sepertinya begitu, untuk lebih jelasnya lagi sebaiknya kalian periksakan lebih lanjut ke dokter kandungan. Supaya lebih pasti"
"Ja...jadi saya beneran hamil dok?" tanya June nggak percaya
"menurut pemeriksaan saya sepertinya begitu, selamat ya Jun sebentar lagi kamu bakal jadi ibu, dan kamu Juk selamat karena kamu bakal jadi Ayah. Saya turut berbahagia untuk kalian"
June nutup mulutnya nggak percaya, ingin sekali berteriak sekeras-kerasnya kalo saat ini dia merasa sangat bahagia. Hatinya bersorak gembira mendengar kabar bahwa dirahimnya kini tengah tumbuh seorang janin.
"Juk aku hamil" June menatap suaminya dengan mata berbinar.
"i..iyah" jawab Juki kikuk, dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa.
Dalam hatinya Juki merasa bahagia, namun saat ini rasa khawatir lebih mendominasi dirinya.
"Kalo June hamil berarti operasinya harus ditunda begitu dok?" tanya Juki penasaran
"yah memang seharusnya seperti itu kan. wanita yang sedang hamil tidak boleh melakukan pengobatan kanker, karena itu bisa berbahaya buat janin yang ada dalam kandungannya"
"lalu kapan operasi itu bisa dilanjutkan?"
"mungkin setelah bayinya lahir"
"berarti kita harus nunggu sembilan bulan lagi? apa nggak kelamaan, terus gimana sama kankernya dok, apa nggak berbahaya buat June dan janinnya?" Juki makin panik
"Juk, kamu nggak usah khawatir, sel kankernya masih stuck ditempat belum menyebar ke organ penting lainnya. Sembilan bulan memang bukan waktu yang cepat, kita doakan saja semoga kanker itu nggak menyebar dengan cepat. sekarang kamu fokus aja sama kesehatan istri dan calon anak kamu. itu lebih penting Juk" jelas dokter Erna
Juki hanya mematung mencerna situasi saat ini. Dirinya diliputi oleh kebingungan luar biasa. Disaat June sudah setuju dioperasi tapi Tuhan berkata lain, dia justru memberikan hadiah terbaik yang sejak dulu June inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love (eunkook)
Fanfiction(Privat acak) so follow me before read Sequel halte busway i'am in love gimana ceritanya jungkook dan eunha versi indonesia itu hidup satu rumah sebagai pasangan suami istri? penasaran? kuy baca langsung aja Jangan lupa vote sama comentnya ya