[D]

7.5K 604 81
                                    

Begitu selesai beresin dapur, gue diajak ngobrol-ngobrol sama Sheila di kamarnya. Dia cerita soal Guanlin yang hampir setiap jam keluar-masuk ruang BK, bolos, balapan liar, clubbing, dan banyak lagi kejelekan-kejelekan yang disandangnya.

Hufh... gue aja bingung, ngedidik dia kayak gimana lagi. Pake cara papa dia malah ngelunjak, pake cara gue makin ngelunjak. Punya adek gini amat, Ya Tuhan!








"Oh iya Shel, kemaren pas aku nginep 'kan ada Bi Imah, dimana dia? Kok gak keliatan?" Tanya gue.

"Bibi udah gak kerja lagi disini, Mbak. Makannya Bang Lay cari gantinya." Jawab Sheila sambil membolak-balikan buku paketnya.

Posisinya tuh dia duduk ditempat belajarnya, gue duduk disofa deket meja belajarnya.

"Bang Lay?" Gue mengernyit heran.

"Abang, Mbak."  Jawabnya.

"Tapi namanya 'kanㅡ"

Sheila terkekeh melihat muka gue. "Iya, namaya jauh dari kata Lay  'kan? Itu panggilan aku dari kecil, Mbak." Jelasnya.

Gue cuma ber-oh ria. Tiba-tiba muncul dibenak gueㅡ

"A-abang kamu emang gitu ya, Shel? Dingin, cuek, irit omong terus nyebelin?" Tanya gue lirih dikata terakhir.

"Hah? Ngeselin gimana, Mbak?" Sheila memandangi gue aneh.

"I-itu... tadikan mbak ketemu sama Guanlin didepan, nah papasan sama bos. Dia baru pulang dari kantor, terus didalam mobil dia natap Mbak horor." Gue ngeleha nafas gue.

"Terus Mbak dipanggil keruang kerjanya yang dirumah, terus mbak diintrogasi disana. Dia bilang gini 'Kamu kalo mau pacaran bisa diluar aja 'kan? Jangan bawa pacar kamu kerumah saya!' gitu. Terus Mbak jelasin deh ke dia, malah Mbak yang disalahin." Jelas gue panjang lebar ke Sheila yang daritadi nahan ketawa kegnya.

"Kamu denger 'kan, Shel?" Gue memastikan.

WAHAHAHAHA...

Tawanya menggelegar dipenjuru kamarnya, gue cuma bingung dan ngeliatin dia aneh.

"Kenapa sih?" Gue mulai heran dan ngeri sama dia. Takut-takut kena sawan.

Sheila akhirnya berdehem untuk menetralkan suaranya dan menyeka rambutnya kebelakang telinga. "Aneh sih mbak, perasaan ART yang dulu-dulu gak pernah digituin sama Bang Lay. Atau jangan-jangan Bang Lay nakㅡ"

Ceklek!

Pintu kamar Sheila terbuka dan tampaklah bos gue. Gue pun segera berdiri dan berpamitan pada Sheila.

Mata gue dan bos bertemu namun hanya sepersekian detik karena gue memutus kontak kita dan sedikit membungkukkan badan ke bos gue. Dia menatap gue sekilas dan pergi nyamperin Sheila.

Hufh😥 kaku banget punya bos, kedipin dikit lumer lu! Eh🙊 apaan sih Tha! Sadar posisi!




☕☕☕☕☕

TING TONG! TING TONG!

Suara bel ditekan dengan gak elitnya, segera gue meninggalkan setrikaan dan mencabutnya, demi membukakan pintu. Entah siapa yang bertamu dijam istirahat seperti ini.

21.30

Gue melirik sebentar jam ponsel gue. Udah larut ternyata dan pekerjaan gue belum selesai.

Segera gue membuka pintu dan tampaklah tiga makhluk tampan nan berkarisma didepan gue. Ahhㅡgue kudu kuat iman😥

"Ma-maaf cari siapa?" Tanya gue ketiga makhluk didepan gue ini. Mereka malah mesem-mesem gak faedah.

PERSONAL ASSISTANT 💢 ZYX ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang