Bibi dan Sean berada diruangan dimana ia dirawat. Alat bantu nafas, infus dan alat bantu jantung terpasang di tubuhnya. Mata Naraya terbuka sayu tak berdaya mengarah depan. Wajahnya pucat dan suhu tubuhnya sangat dingin.
" bibi, aku akan menunggu diluar." Kata Sean memecah keheningan.
" ah...tidak Sean tunggu disini sebentar...bibi akan keruangan administrasi..bibi harap kamu mau menemaninya dulu....bolehkan ?." ujar bibi sasaki memohon..Sean tidak mampu menolak permohonan itu, ia pun menyetujuinya.
" baiklah bibi..." ujar Sean tersenyum tipis.
Bibi Sasaki meninggalkan mereka berdua, ketika Bibi sudah jauh...perlahan tangan Naraya bergerak, kemudian mengangkat tangan kanannya untuk melepaskan masker bantu nafas. Melihat itu Sean bergegas mencegahnya.
" apa yang kamu lakukan Naraya ?."
Tangan Naraya berhasil melepaskannya, kemudian ia berbicara.
" i....inilah yang akan terjadi jika aku....masih bersama dengan mereka...matii secara perlahan.....terus terusan melihat keluarganya khawatir..., aku juga tidak ingin hidup seperti ini...., aku ingin hidup normal...namun...hal ini tak bisa terbantahkan kalau aku faktanya sudah mati...." Ucap Naraya pelan.
Sean hanya bisa menatap iba padanya, ia tak tahu harus berkata apa lagi, pikirannya kosong dan ia hanya menatap wajah pucatnya.
Tiba tiba Naraya ingat akan janjinya bahwa ia akan pergi bersama Yamazaki, Naraya bangun dari baringannyaa, melihat itu Sean tidak tinggal diam, ia mencoba menghentikannya.
" Tunggu Naraya !, kamu mau kemana ?." tanya Sean.
" ......aku ingat kalau aku ada janji dengan orang itu....!, aku harus segera bersiap !." ujar Naraya.
" apa maksudmu pergi dengan Yamazaki dengan kondisi seperti ini ?, jangan bercanda Naraya.."
" tapi aku berhutang padanya bagaimana pun jugaa !." tegas Naraya.
"hutang ?,...lalu..bagaimana dengan ku ?...., aku selalu menolong mu dan membantumu !, itu artinya kamu juga berhutang kepadaku !. Apa dia meminta bayaran dengan cara seperti ini ?." kata Sean membalas perkataannya dengan tegas sambil memegang bahu Naraya yang tengah berdiri.
" ka...kamu..?." ucapnya pelan.
" baiklah aku pun akan menuntut balasan dari mu !., kamu.......harus berkata jujur pada bibi mau pun Sano jika kamu akan pergi dengan Ayahnya, dan kamu jangan pergi kemana pun sebelum kamu pulih !." Naraya terdiam ketika Sean berkata demikian. Ia pun berkata lagi
" Sean...sebenarnya...ada apa dengan mu ?,mengapa sampai sejauh ini kamu..memperlakukanku ?." ujar pelan Naraya.
Kata kata itu langsung mengenai hatinyaa.., raut wajahnya menjadi gugup, Sean berusaha untuk menutupi ke gugupan itu. Naraya berkata dengan nada pelan lagi.
" Sean...aku tidak tahu apa maksudmu melakukan itu. Aku sudah mengatakan semuanya kepadamu, siapa aku...dan mengapa aku disini..., aku...hanya ingin hidup tenang dan normal sepertimu..., aku terkadang iri dengan semua yang kalian lakukan..., aku menjauh ...bukan karena tidak nyaman. Aku menjauh karena aku tahu ...kalau aku hanya lah orang lain, dan bukanlah Naraya yang kalian kenal." ucap Naraya dengan wajah yang sedih dan mata yang berkaca kaca.
" Na-Naraya?." panggil Sean pelan.
" aku iri kepada Naraya..., memiliki teman yang tulus padanya, mempunyai keluarga...dan kehidupan yang tidak ada pertumpahan darah disekelilingnya ..., sementara aku...., aku hanya seorang gadis yang tidak tahu wajah orang tuanya !, hidup di tengah tengah kekacauan dan di khianati oleh teman yang sangat ia percaya....." Naraya menangis setelah mengatakan isi hatinya yang dalam. Ternyata itu lah yang ia rasakan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empity Space
General FictionDalam dimensi yang berbeda, gadis berusia 17 tahun masuk dalam kelompok Perampok yang meresahkan pemerintah, namun suatu ketika ia dikhianati oleh semua anggota perampoknya sendiri, ia dibunuh dengan cara diracuni. rohnya terbelenggu dalam kebencian...