S

325 25 2
                                    

JUST TRUTH OR DARE

Patah hati itu sederhana
Sesederhana kamu berpaling dari aku."

🎹🎹

Altan

Sesaat gue lupa sama buku yang gue baca tadi saking fokusnya nonton botol yang berputar-putar gak kunjung berhenti. Juga, kabar jantung gue yang gak baik buat di dengar. Dag dig dug ea gitu.

Gue lihat wajah mereka satu persatu yang ternyata tegang semua, tapi enggak buat Liuna, dia terus nunduk setelah kita tatap-tatapan sebentar. Gue yakin, dia ketakutan sekarang. Tapi mau gimana lagi, menurut psikiater Liuna dulu, cara pendekatan dengan akar masalah itu ampuh.

Dan gue, akar masalahnya.

“Arys!" pacar Nolan mendadak bersorak, gue kaget.

Gue lihat, Arys kesel.

Truth or dare?"

Dari tebakan sih, Arys pilih dare soalnya dia laki-laki bukan aki-aki.

Truth."

Perkiraan gue salah. Males deh, mending gue lanjut baca aja. Biar nunggu hasil.

Got you, jujur lo ada gak perasaan sama sohib gue? Yera?"

Telinga gue yang alhamdulillah masih mendengar jadi merasa ternganggu, akhirnya gue membatalkan niat dan fokus ke permainan gak jelas ini lagi.

ㅇㅇㅇ

Titik pertama pemberhentian botol yang berada di atas meja menuju pada Arys, dia mendesah. Pantas saja tadi dia memiliki firasat buruk, ternyata ini.

Got you," ucap Zia senang,jujur lo ada gak perasaan sama sohib gue? Yera?"

“Gak ada."

“Parah!" sahut Eron.

Nolan sok dramatis dengan menekan dadanya dan ekspresi yang menjiwai.

"Udahkan? Gue puter nih," ucap Arys tidak ingin berlama-lama, dia ingin Eron yang selanjutnya.

Tangan Arys mahir, sebotol plastik itu berputar cepat sampai tidak tahu kapan akan berhenti. Beberapa detik kemudian, botol itu mulai memelan dan menuju pada ...,

“Gue ...?" Zia panik sendiri, ini seperti pembalasan dendam Arys.

“Cie ... ada apa nih?" ucap Eron.

Sebotol plastik itu melayang ke udara dan nyaris saja mengenai Eron bila dia tidak menangkap semahir pemain basket, tapi Eron memanglah salah satu pemain tim basket sekolah.

“Sans aja bro," balas Eron sambil meletakkan botol itu kembali.

“Nah! Sekarang gue, truth or dare?" ucap Arys.

Dare." Zia begitu santai, seolah tidak ada yang perlu ditakutkan.

Arys tersenyum puas, “Goyang di depan Bu Adil, pas Bu Adil ada di tengah lapangan."

“Gila lo!" sahut Nolan yang tidak terima.

“Oke, gue terima." Zia tak takut sama sekali, ya, walaupun ia sedikit terkejut tadi. Dan Arys harus kecewa, karena ternyata Zia tidak takut.

“Jangan lupa video juga!" tambah Arys dengan senyuman.

Lalu giliran Zia yang memutar botolnya. Sebelah tangannya pun mulai memutar botol itu dengan kuat agar cepat dan menegangkan. Seperti keinginan Zia, botol itu lama berputar-putar.

Perlahan-lahan akhirnya berhenti juga. Tutup botol itu mengarah pada Altan. Zia ternyum senang, ya, ini akan menyenangkan.

Altan menghela napas.

“Altan, truth or dare?" tanya Zia seraya menaikkan sebelah alisnya.

Dare." Altan yang berani.

Zia tersenyum lebih lebar, “Lo harus pacaran sama Liuna selama ...,"

Altan terdiam.

Liuna terkejut dalam tundukan kepalanya, ia tidak percaya akan seperti ini. Tapi bila ia tidak ikut, maka ia akan sendirian.

“Satu setengah bulan."

“Woah!" Eron terpukau, Zia sadis.

Arys tidak percaya.

Nolan bertepuk tangan gembira karena akhirnya Altan tidak menjomlo.

“Gue keberatan," ucap Altan tegas.

“Kalau gitu, hubungan tanpa status, tapi ya kalian ngertilah gimana, jangan jauh-jauhan kayak gini," ucap Zia lalu beralih pada Liuna. “Gimana? Liuna bisa, kan?"

Liuna yang jantungnya sudah berdebar tidak karuan dan keringat mengucur di keningnya, perlahan-lahan mengangguk, “I...iya."

Altan berdecak, dia tahu Liuna tidak mau.

“Nah, sip, yuk mulai lagi!"

Tapi tiba-tiba tubuh Liuna ambruk di atas permadani. Yera yang menyadarinya pun berteriak kaget, ketiga pemuda itu juga, sekaligus Altan yang paling khawatir di antara yang lain dan langsung bangkit untuk mengecek gadis itu.

“LIUNA!"

Altan menyingkirkan helaian rambut Liuna, “Liuna ...!"

“Mending bawa ke UKS, Tan!" sahut Zia.

Altan mengangguk dalam rasa panik, dia pun mengangkat tubuh Liuna. Membawanya menuju ruang kesehatan sekolah. Detik-detik seperti ini membuat Altan merasa mati, lagi-lagi ini salahnya.

ㅇㅇㅇ

Liuna

Aku membuka kedua mataku, terang, aku sudah terbaring di atas ranjang. Ini pasti UKS sekolah. Siapa yang membawaku ke sini? Aduh, aku pasti merepotkan mereka.

“Liuna! Akhirnya lo sadar!" itu Zia, dia sepertinya khawatir.

“Ma...maaf, aku merepotkan kalian, seharusnya aku gak ikut ...."

“Gak pa-pa, lo gak ngerepotin kok," ucapnya, “oh iya, lo kenapa bisa pingsan? Lo gak mau pasangan sama Altan, ya? Kalau gak mau sih gak pa-pa bisa gue ganti."

Aku berpikir keras, jika aku menolak itu sama saja gak adil. Aku sudah terlibat, seharusnya bertanggung jawab, “Enggak, aku mau."

“Serius?"

Aku tersenyum, “Iya."

Mungkin ini sudah saatnya aku melenyapkan fobia ini. Tantangan ini bisa membantu dan juga, aku harus menarik kata-kataku. Aku membutuhkan Altan untuk sembuh, mungkin.

_________________________

Haiiii ...! 😁
Arys on mulmed! Gimana chapt. ini? Beri jejak bintang boleeh :) kritik juga saran bisa.

Thank y'all :)

Regards,
ㅡwritherthor

Altan PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang