Twty Sv

268 17 4
                                    

YOU AREN'T HIM


Setelah Liuna dan Zia berhasil masuk, Eron dan yang lainnya berhenti mengusik ketenangan sekuriti yang begitu serius. Mereka pergi bersembunyi ke tempat awal, tempat di mana kendaraan mereka terparkir rapi.

“Semoga mereka berhasil," ujar Eron seraya tersenyum puas.

“Amiin," jawab Nolan.

Mendadak keheningan menghampiri suasana di antara mereka. Sebenarnya, Arys sedang berpikir bagaimana caranya mengungkapkan rahasia Altan. Dia amat ragu, tapi rahasia itu sangatlah biadab.

“Guys ...," panggil Arys terdengar lirih.

Why, bro?" tanya Nolan, sedang Eron hanya menatap wajah Arys.

“Sebenernya gue ... gue tau apa yang Altan lakukan di dalam," ungkap Arys dengan kepala tertunduk.

Saat ini, Eron yang paling menahan diri agar tidak memukul sahabat sendiri. Berbagai pemikiran muncul di benaknya. Mereka sudah merencanakan sejauh ini hingga harus terlihat bodoh di depan para sekuriti.

Tiba-tiba, Nolan tertawa seoalah dipaksakan, “Haha ... Haha, sumpah gue pengin mukul lo, Rys."

Eron melirik Nolan yang menengahi mereka. Ya, Eron kira, otak Nolan hanya dipenuhi oleh lelucon. Ternyata, dia juga bisa kesal. “Apa yang bakal Altan lakukan?"

Suara dingin Eron membuat Arys sadar bila temannya itu sedang menahan amarah. “Altan bakal bius ayahnya."

Seketika Eron berdiri dan berkata, “Kenapa lo gak bilang dari awal, Rys?!"

“Bacot lo pada," tukas Nolan yang langsung bergerak menjauhi mereka.

ㅇㅇㅇ

Mulanya Altan sibuk mengatur bidikannya, dan entah bagaimana bisa itu terarah pada sosok gadis yang tampak kebingungan, malahan mengagetkan diri Altan. Gadis itu Liuna, ya, Liuna yang ada dalam bidikan tembak Altan. Membuatnya geram dan turun menuju gadis itu.

Di sinilah Altan, berdiri tegap di hadapan Liuna dengan pelita bercahaya temaram di atas mereka, sedang Zia menilik Altan dari balik punggung Liuna.

“Kenapa kalian bisa di sini?" tanya Altan terdengar begitu dingin. Tatapannya yang terlihat begitu tajam tertuju pada Liuna.

“Tan, kalau lo ada apa-apa, cerita sama kita," ujar Zia di sisi Liuna.

“Bokap gue nikah lagi, udah, kan? Kalian bisa pergi sekarang."

Tahu-tahu muncul suara yang membuat ketiganya menoleh ke asal suara. “Jadi kalian yang ganggu kita," ucap Prakash yang sepertinya mulai emosi.

Untuk berhati-hati, Zia hendak maju menjadi tameng Liuna. Namun ternyata, Altan menamengi Liuna lebih dulu. “Kash, biar gue yang urus ini."

Mendadak, Prakash bertindak lebih, menarik kerah baju Altan. “Lo tau, kan, rencana kita udah gagal."

Liuna tetap menunduk. Tangannya mulai gemetaran. Ia juga berusaha tidak mendengar suara penyebab ketakutannya ini, tapi nyatanya tidak bisa. Prakash mengembalikan rasa takut terbesar Liuna. Jantungnya merenyut lebih dari biasanya, memicu kesesakan dalam respirasinya.

“Rencana kita gagal, gara-gara dia!" teriak Prakash begitu kalap. Dia benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya. “Gue gak bakal biarin dia lolos gitu aja. Lo, minggir sekarang."

Altan PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang