Sxt

212 18 6
                                    

THE SAFEST PLACE

"Percaya pada orang yang telah menyakitimu itu hal yang mustahil, tapi akan luar biasa bila kau memberinya kesempatan kedua. "

ㅡ Altan Phobia

🌾🌾🌾

🎶 Henry - It's You 🎶

Awalnya, Liuna takut Altan berubah seperti Kasa lagi. Tapi setelah dia menelepon semalam, membuat Liuna semakin yakin, Altan yang sekarang bukanlah Altan yang dulu. Mungkinkah Liuna tidak takut lagi padanya?

Beberapa pasang mata menatap Liuna ketika dirinya sudah menginjakkan kaki di sekolah ini, ada juga yang menatapnya sambil berbisik. Mungkin itu karena gaya potongan rambut baru Liuna, dipotong jadi pendek sebahu.

Liuna semakin menunduk karena tatapan mereka. Dan tanpa sadar membuatnya hampir menubruk tubuh tinggi seorang siswa, sehingga ia mundur beberapa langkah.

"Ma...maaf!" Liuna tetap menunduk.

"Tetep cantik kayak biasanya."

Liuna merasa familier dengan suara itu, ia pun mendongak, "Altan," gumamnya lalu menunduk lagi. Entah kenapa ia malu, tapi apa Altan ingat?

"Kenapa?"

Ah, ternyata benar hipotesis Liuna. Altan tidak mendengar ketika ia mengatakan 'aku rindu juga'. Sampai tiap bilik jantungnya menebarkan rasa kecewa, untuk pertama kalinya karena Altan.

"Gak apa, bentar lagi bel bunyi, mending Altan balik sana."

"Gue masih betah di sini."

"Oh ya udah, kalau gitu aku ke kelas, ya." ketika Liuna hendak melangkah pergi, Altan mendadak menghadang langkahnya sembari merentangkan kedua tangan. "Gue betah karena ada lo, mana mungkin gue hobi berduaan ama tembok dan kawan-kawan."

Seharusnya Liuna tertawa, senang, atau sejenis itu, bukannya mengerjap-ngerjapkan mata kebingungan. "Bentar lagi masuk, Altan."

Altan menghela napasnya sembari mengusap wajah dengan sebelah telapak tangannya. Manik matanya beralih fokus pada Liuna, "Oke, karena lo gini, gue bakal bilang tiga kata terakhir."

"Apa?"

"Ai laf yu."

Tepat setelah rentetan kata itu terucap, Altan kabur dengan kecepatan cahaya melebihi awan Kinton milik Goku. Dan lagi-lagi, Liuna harus berpikir keras mengenai huruf-huruf yang Altan ucapkan.

ㅇㅇㅇ

Tinggal beberapa menit lagi bel istirahat akan berbunyi. Tapi itu adalah ancaman bagi beberapa teman sekelas Altan yang belum menorehkan setitik tinta pada kertasnya, apalagi Altan yang memasang mode budek ketika fokus pada lembar ujian, membuat teman-temannya semakin panik. Biasanya Altan selesai cepat, sehingga lembar ujiannya bisa dioper.

Sekarang ujian Matematika, dan soal Matematika, Altan selalu menghitungnya dengan cermat, tidak boleh ada kekeliruan. Karena baginya, ujian adalah wujud nyata dari kepahaman Altan pada materi yang diajarkan sebelumnya.

Triing!

Bel istirahat berbunyi, saat itu juga Altan baru selesai mengerjakan soal-soal. Ekspresi beberapa teman Altan seketika menegang, terdiam membisu, ada pula yang mencoba memahami soal ujian dengan membaca ulang.

"Tiga ...," ucapan Bu Nining membuat beberapa murid berseru panik, seperti biasa, beliau memberi tenggang waktu untuk mengumpulkan kertas jawaban dan Altan menjadi yang pertama.

"Boleh keluar, kan, Bu?"

"Iya, boleh."

Setelah itu, Altan langsung bergerak menuju ketiga kawannya berada. Seingat Altan, mereka bersepakat untuk bertemu di kantin. Yang sampai paling akhir, dia yang traktir.

Dan sepertinya, Altan harus menjadi yang terakhir. Karena manik matanya tidak sengaja menangkap sosok siswa yang dicari-cari. Tanpa pikir panjang, dia mengejar sosok itu, hingga tungkainya menghalangi.

Altan menarik kerah seragam Eldan, "Mana bukti kata-kata lo?"

Eldan menghela napasnya, "Gue bakal laporin ini ke kepsek, Tan."

Cengkeraman Altan semakin menguat, rasa kesal masih mengolok-olok hatinya, akhirnya dia tidak bisa menahan diri. Altan memukul wajah Eldan dengan keras, hingga jatuh.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa pas gue udah merasa mati?"

Tapi bila kalian mencoba membangkitkan sosok buas yang pernah bersemayam, itu kesalahan besar. Altan berjongkok, lalu menarik lagi kerah seragam Eldan. Lantas, dia melayangkan bogem mentah terus-menerus; tiada henti, pukulannya membabi buta. Tidak peduli lagi keadaan wajah Eldan, karena Altan yang dulu telah kembali.

"TAN, STOP!" Eron berteriak kalap. Sedangkan Arys langsung menarik tubuh Altan agar menjauh.

"Wajahnya berdarah-darah!" Nolan membelalakkan mata ketika melihat wajah Eldan yang penuh darah, tidak tahu itu darah tangan Altan atau Eldan sendiri.

"Lo gila! Sadar, Tan, sadar!" teriak Arys pada Altan yang telah meremas rambutnya sendiri.

Altan sendiri bingung mengapa begini, kedua tangannya bergetar hebat, pelupuk matanya menyimpan ribuan tetes rasa sakit yang mulai meleleh. Kedua tangan Altan semakin meremas rambutnya dengan kuat, bibirnya bergetar ingin berteriak histeris.

"Gu...gue sakit, Rys," ucap Altan lirih.

"Tenang, Tan."

Saat Altan tengah bergulat dengan sisinya yang gelap, Eldan dituntun oleh beberapa orang untuk menuju ruang kesehatan. Dan Altan masih tidak bisa lepas dari rasa itu, terbayang-bayang sampai menyakiti jiwanya.

"Altan ...."

Mendengar suara yang tidak asing di telinganya, Altan mendongak dan tanpa sadar memeluk tubuh rapuh itu, dia butuh sandaran sejenak. Tapi detik berikutnya dia sadar, meski itu nyaman.

"Ma...maaf, gue gak bermaksud ...."

Liuna masih mematung karena keterkejutan yang luar biasa terjadi dalam dirinya. Merasakan ketakutan yang tiba-tiba menjalar, tapi ada sesuatu yang mengalahkan itu; perasaan terdalamnya; keberanian.

Seketika Liuna memeluk Altan. Perlahan-lahan tangannya meraih punggung cowok itu, menepuk-nepuknya dengan tangan yang gemetaran.

"Altan butuh sandaran, kan?"

Tanpa pikir panjang lagi, Altan membalas pelukan Liuna secara emosional, menarik tubuh rapuh itu semakin dalam. Dan menangis lembut dalam isakannya.

Detik bergulir. Rasa itu lenyap perlahan-lahan dari diri Altan.

"Maaf, Na," ucap Altan lirih.

Kini, tanpa keduanya sadari, sebuah perasaan tengah membesar. Salah satunya memburuk. Tapi satunya lagi mulai membaik.

Seperti Altan yang menemukan tempat ternyaman kedua di sepanjang hidupnya.

_______________________

Liuna sembuh??

Author's note yang unfaedah, hm.

ㅡwritherthor

Altan PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang