Prolog

260 11 0
                                    

Jakarta, 2015
Aula Simfonia Jakarta
Babak Terakhir

Keberhasilan Liuna membawakan Kreutzer Sonata¹, membuatnya berada di tahap ini. Juga, setelah bertahun-tahun lamanya berlatih untuk menampilkan sebuah karya dari komponis tersohor, dia berharap mampu membawakannya dengan lebih sempurna dari musik lainnya. Inilah hari yang ditunggu-tunggu oleh Liuna Bellarisa.

Ketika untaian nada dari finalis kedua usai, kini giliran Liuna untuk menebar pesona melodinya.

"Good luck, Liuna." Freya, si finalis kedua, tersenyum ramah padanya. Dengan penuh percaya diri, Liuna turut tersenyum dan melangkahkan kaki menuju panggung pertunjukan.

Bahana tepuk tangan menyambut Liuna yang berjalan menuju ke tengah panggung. Sedikit membungkuk untuk memberi penghormatan sebelum memulai, kemudian meletakkan biolanya di pundak. Namun tanpa sengaja, saat busurnya diangkat, dia melihat sepasang mata biru samudra. Bukan, bukan mata biru biasa, tapi mata biru sedalam lautan yang berhasil menyeretnya masuk ke paluh kegelapan. Gelap yang mengerikan dan mencekik sampai tak mampu lagi untuk bernapas.

Seharusnya Liuna merasa baik-baik saja, karena lelaki itu jauh beberapa langkah darinya, tapi entah kenapa kegelisahan muncul menjalar dari kakinya. Berusaha menelannya dalam kegelapan. Jemarinya mendadak bergetar tapi sewaras mungkin, dia tidak membiarkan kegelisahan itu menguasai dirinya. Dengan terpaksa, jemarinya mulai menari di atas leher biola.

N. Paganini Variations on Nel cor più non mi sento².

Terdengar akor empat nada yang membuat banyak penonton mengamati kepiawaiannya lebih intens. Banyak pasang mata yang menjelikan telinga, bertanya-tanya akankah berakhir sempurna? Karena ini bukanlah irama yang mudah. Ditambah lagi dengan hadirnya sosok itu, kacau sudah.

Menaik dari oktaf ke oktaf dengan kecepatan yang cukup gila, hingga Liuna menghadapi berbagai perubahan akor yang seharusnya mampu dia selaraskan. Namun menjadi sumbang akibat getaran jemarinya yang menggelincir.

Kemudian berlanjut ke tema utama dari karya ini yang mengharuskan Liuna bermain pizzicato³ dengan tangan kiri. Tentu, dia sudah menguasai itu, tapi untuk saat ini suasana dalam dirinya tak mendukung. Dadanya terasa sedikit sesak. Lantas dia menutup matanya, berharap bisa menenangkan diri. Namun sebaliknya, sepasang mata biru itu menghantuinya tepat di saat Liuna menghentakkan busurnya, dan berakhir kacau.

Setelah kurang lebih tiga tahun Liuna berlatih untuk menghadapi hari ini, dia tak menyangka akan berakhir dengan menyedihkan. Amat, sangat menyedihkan.

Bahkan dia tak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis di balik panggung.

Liuna gagal.

——————————

1. Beethoven Violin Sonata No. 9, Op. 4 Kreutzer, adalah sonata untuk piano dan biola yang terkenal karena kesulitan teknisnya, panjangnya yang tidak biasa (sekitar 40 menit), dan begitu emosional. Umumnya dikenal sebagai Kreutzer Sonata karena-akhirnya-didedikasikan kepada Rodolphe Kreutzer.

2. Nel cor più non mi sento (dalam hatiku, aku tidak lagi merasa) pada awalnya adalah aria dari opera La Bella Molinara oleh komposer Italia Paisiello. Paganini mengatur aria untuk biola, menulis pendahuluan dan variasi. Perdana dimainkan pada tahun 1821 di Naples, Italia.

3. Petikan atau pizzicato (disingkat pizz.) menandakan teknik memetik senar biola dengan jari tangan kanan.

Sumber: gugel dong:V

Permainan Paganini's Variation yang seharusnya. Hebat parah, 16 taun tapi ada yg lebih muda lagi, 10 taun😆 terus di tengah-tengah ada Liuna 14 taun, sayangnya kurang:"))

Daaan, ini baru prolog, sekedar perkenalan. Tunggu Mudita & Lacuna sampe di bab-bab akhir.

Semoga kalian suka yaaa❤🤗

Terima kasih

Salam penuh kasih,

-cindynnh

Altan PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang