Abi segera menarik Mahar keluar ruangan, Alleta menenangkan Alfa.
"Lo pulang dulu Har, Alfa lagi ga stabil" titah Abi.
Mahar mengangguk dan berjalan menjauh.
📍📍📍
Abi kembali masuk ke ruangan Vidya. Ia kemudian menghampiri Alfa yang sedang mengacak rambut frustasi. Alleta berusaha menghampiri Vidya. Namun, Vidya malah memalingkan muka dan berkata.
"Kalian pulang" ucapnya lebih dingin bahkan sangat dingin.
"Tapi Vid, kita lagi jagain lo, mama papa lo lagi pulang dulu" balas Alleta sambil memegang tangan Vidya.
Vidya menatapnya tajam dan tangannya meraih gelas di atas nakas. Ia kemudian melemparnya ke lantai.
PRANG!!
"PULANG!" bentak Vidya.
Alfa, Abi, dan Alleta sontak terkejut. Namun, kemudian mereka mengangguk dan pergi keluar ruangan. Setelahnya Vidya kembali menangis tersedu-sedu.
"Maaf" ucapnya kemudian ia tak sadarkan diri.
📍📍📍
Seorang suster datang ke ruangan Vidya dan terkejut karena dia pingsan.
"Dok, pasien yang bernama Vidya pingsan, tolong segera ke ruangan" ucapnya.
"Baik".
Setelah sampai, dokter memeriksa keadaan Vidya. Ternyata dia mengalami koma. Dokter segera menggunakan alat pemicu jantung agar detak jantung Vidya kembali stabil.
Setelah 5 kali dicoba, denyut jantung Vidya sedikit membaik. Pihak RS memutuskan untuk memindahkan Vidya ke ruangan ICU, tanpa diketahui siapapun.
📍📍📍
Disisi lain, mama Vidya menelpon Alfa mengabari bahwa mereka tidak bisa segera ke rumah sakit karena akan pergi ke luar kota untuk mencari dokter tulang belakang. Meskipun Vina tidak tega, namun ini yang terbaik menurutnya.
Dia mengabari Alfa agar lebih lama menjaga Vidya, Alfa pun menyanggupinya dan terpaksa berbohong kepada Vina. Dan sekarang ia harus bagaimana? Vidya tidak ingin ia temui. Apa ia harus meminta bantuan Mahar? Ah dia malu karena kejadian tadi.
Ah iya Mahesa. Alfa menelponnya dan meminta untuk menemui Vidya. Mahesa pun menyanggupinya.
Mahesa sampai di Ruangan yang diberi tahu Alfa. Namun, disana tidak ada Vidya. Disana kosong, benar-benar kosong.
"Lo bohongin gue?" ucap Mahesa dingin.
"Bohongin apa sih?" ucap Alfa bingung.
"Vidya gaada di ruangan ini!" bentak Mahesa.
"Apa? Terus dia dimana? Coba lo tanya deh" suruh Alfa.
Tut. Mahesa mematikan panggilan.
"Sus, bila pasien bernama Vidya dimana ya?" tanya Mahesa kepada seorang suster.
"Di ruang ICU mas, baru dipindahkan tadi pagi" balas suster tersebut.
Deg. ICU?
"ICU sus?"
"Iya".
Mahesa tanpa mengucapkan terima kasih langsung berlari ke ruangan ICU. Tepat saat ia telah berganti baju dengan baju khusus dan akan membuka pintu ada tangan lain juga yang akan membuka pintunya. Ternyata dia Mahar, MAHARDIKA!
"Lo?" ucapnya berbarengan.
"Please gue dulu Mahesa" mohon Mahar.
"Gabisa Har, gue udah panik banget" tolak Mahesa.
"Okay" Mahar mengalah.
📍📍📍
Di dalam ruangan Mahesa datang dan memegang punggung tangan Vidya.
'Maafin gue Vid, kalo bukan karena gue nggak ngedeketin lo. Lo gaakan celaka karena Sinta. Tapi tenang, dia udah gue urus, gue jamin setelah lo sembuh dia gaakan ganggu lo lagi, cepet sembuh Ryazna'
Setelah itu Mahesa keluar dan mempersilahkan Mahar masuk. Saat pertama kali melangkahkan kaki udara dingin menyeruak menyusup kulit dari balik baju yang dikenakan Mahar.
Bunyi suara mesin EKG akan dia ingat dalam memori sebagai kenangan duka yang tak pernah ingin terulang.
Di dalam ruangan pertaruhan nyawa, antara raga dan jiwa seorang Vidya, orang yang baru ia sadari sebagai seseorang yang berarti. Dia dapat menyimpulkan hari ini. Dia Vidya, orang yang Mahar cinta.
Mahar menghampiri brankar dan menatap redup Vidya, ditemani udara senja yang tertutup ruangan tersebut. Dia mengusap pelan rambut Vidya.
'Lo hanya perlu bangun. Dan andai lo tahu gue Vid, gak perlu khawatir setiap sujud dan doa gue tertera nama lo, semua bakalan baik. Lo harus percaya itu'
Tess!!
Satu air mata lolos jatuh dari mata Mahar dan jatuh tepat di atas kelopak mata Vidya. Air tersebut mengalir lagi dari mata Vidya. Tanpa seorangpun tahu air mata tersebut sedikit lebih banyak, karena Vidya pun mengeluarkannya dari alam bawah sadar.📍📍📍
KAMU SEDANG MEMBACA
HE
Teen FictionKupersembahkan luka yang membuat rasa. Dia, seseorang yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Yang menggoreskan luka bukan dihati, namun didahi. Namun, apapun yang dinamakan luka pasti akan membekas. Sama seperti rasa yang tumbuh kepadamu. Kau menguba...