--Aku dengan segala resiko dalam melindungi mu, tidak apa ini adalah caraku, meskipun tidak pernah ada yang tau--
Dkrj to Dyrz
Seseorang melihat semua nya dengan jelas dan merekamnya dalam ingatan. Ia ikut mengiringi seseorang diatas brankar sampai ia masuk dan membantunya di dalam ruangan tanda perjuangan itu.
Dia ikut memasang kan banyaknya selang Infus entah itu yang bening maupun merah untuk membantunya agar tetap hidup.
Dia memasang kan tabung oksigen besar yang terhubung dengan hidungnya. Baju biru muda lengkap dengan celananya senada dengan pucat di bibir nya.
Mata terpejam terlihat layu, selimut yang menutup raga nya hingga pinggang. Serta beberapa perawat, dokter, keluarga tentu sahabatnya mengiringi brankar tersebut sampai pintu tadi.
Sebab hanya ia dan perawat lainnya serta dokter yang masuk membantunya di ICU.
Setelah semua selesai, ia mengerjap, membenarkan letak masker, menunduk, mendongak, menyeka air mata dan pergi dari ICU. Untuk melanjutkan menangani pasien lainnya.
💉💉💉
Keluarganya menunggu diluar dengan penuh perasaan yang bercampur aduk. Khawatir, terluka, sedih. Mereka tetap memakai ruangan paviliun Vidya untuk tempat mereka menunggu.
Biasanya jika pasien ada di ICU, keluarganya menunggu diteras bukan diruangan seperti ini. Entahlah, dokter disana sangat berbaik hati kepada Vidya.
Vina tertidur kelelahan di sofa. Alleta dan Alfa tertidur di karpet yang dilapisi kasur kecil.
Fadya pun datang, ia tersenyum miris melihat istri dan kedua orang yang sudah ia anggap anak. Dia membawa 2 selimut, membukanya satu persatu, merentangkan dan menutupi tubuh Vina, kemudian Alfa dan Alleta agar mereka tidak kedinginan.
"Kalian tenang ya, Vidya tadi dateng ke mimpi papa. Dia pasti kembali kok, buat kita terutama orang yang dia sayang" ucap Fadya sambil mengusap kepala Alfa dan Alleta bergantian.
Fadya keluar ruangan dan berganti dengan baju khusus untuk menjenguk Vidya. Perlahan ia berjalan dan sampai dihadapan Vidya.
"Kamu ga bohong kan tentang ucapan yang kamu utarakan di mimpi papa? Bangun nak, kita nunggu"
Setelah itu, mesin EKG bersuara nyaring dan garis bergelombang berubah menjadi garis lurus panjang.
"Ternyata kamu dengerin papa ya hehe, kuat ya Vid" Fadya menggenggam erat tangan Vidya, mencium keningnya dan memanggil dokter.
Dokter beserta para perawat masuk kemudian berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk pasien nya.
'Kamu hanya perlu kuat, ini gaakan sakit kok'
Setelah beberapa lama, dokter keluar dan menghampiri Fadya.
"Selamat" ucapnya singkat.
Fadya tersenyum, kemudian menjabat tangan dan merangkul pundak satu sama lain dengan menggumamkan syukur.
'Ini hasil perjuangan kerja keras lo selama ini, dan ga sia-sia'
Setelah diperbolehkan menjenguk oleh dokter, Fadya segera melangkahkan kakinya ke ruangan ICU Vidya.
"Papa" panggil Vidya lirih.
"Hai anak papa" ucap Fadya riang, tetapi matanya menggenang air mata. Fadya pun segera memeluk Vidya, menyembunyikan air matanya.
"Jangan pernah lagi nyakitin diri kamu sendiri nak, liat sekeliling, banyak kok yang mau bantu Vidya. Kamu ga sendiri, jalani dengan ikhlas. Kuat dan sabar ya Vidya nya Papa" ucap Vadya sambil mati-matian menahan diri agar tidak terisak didepan Vidya, anaknya.
"Maafin Vidya pa, aku gabisa mikir panjang. Vidya gabakalan terus kuat. Vidya orang lemah, ga ada orang yang bisa ngerti posisi Vidya" ucap Vidya sambil terisak dan memeluk Fadya erat.
Akhirnya, ruangan ICU itu menjadi saksi bisu. Percakapan menyakitkan antara ayah dan anak yang saling menahan diri agar dapat kuat kembali membangun tembok pertahanan.
🔥🔥🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
HE
Teen FictionKupersembahkan luka yang membuat rasa. Dia, seseorang yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Yang menggoreskan luka bukan dihati, namun didahi. Namun, apapun yang dinamakan luka pasti akan membekas. Sama seperti rasa yang tumbuh kepadamu. Kau menguba...