"Vidya berangkat bareng yuk" ucap Mahar lewat layar hp. Ya mereka sedang vidio call.
"Ga, nanti minta bensin" tolak Vidya.
"Idih, gaakan. Ini mukanya mana ya Vidya?" dengus Mahar.
"Bodo"
"Vidya gue kirim vn suara hantu nih"
"Oke-oke nih, puas?" ucap Vidya sebal sambil mengerucutkan bibirnya di depan hp.
"Kalo gue disana, pipi lo abis tuh" Mahar gemas sendiri dibuatnya.
"Sana tidur, anak kecil gaboleh tidur malem-malem" sambungnya.
"Y" Vidya langsung memutuskan sambungan Vc.
"Buset, dasar es" sungut Mahar.
'Kenapa gue gabisa biasa aja? Lebay nih hati' batin Vidya yang kemudian segera beranjak tidur.
Keesokan harinya, Vidya beraktivitas seperti biasa, mandi, makan dan lainnya.
"Vidya makan nih roti" suruh Vina.
"Gamau, mending makan telur dadar"
"Yaudah deh"
Vidya makan dengan tenang, namun kemudian Mahar datang dan mengacaukan sarapannya.
"Assalamualaikum mama, Vidya" ucapnya sambil nyelonong masuk.
"Walaikumsalam eh Mahar, sini makan bareng" ajak Vina.
"Wah kebetulan belum sarapan ma" Mahar tersenyum kuda dan menarik piring Vidya kemudian memakannya. Vidya hanya mendengus sebal.
"Buruan" ucap Vidya yang melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.30 wib.
"Biarin"
Setelah selesai, Mahar pun berangkat dengan Vidya. Mereka pergi ke sekolah tepat pukul 8. Padahal jam pertama dimulai pukul 7.
Vidya terus menerus melihat jam di HP. Dia resah, hukuman apa yang akan diterimanya nanti?
Lalu saat persimpangan sekolah, Mahar membelokkan mobil ke kiri. Padahal harusnya ke kanan.
"Kesana Har, mulai bego nih" sungut Vidya. Sedangkan Mahar hanya tersenyum.
Mereka meneruskan perjalanan dan berhenti di sebuah GOR.
"Ngapain Mahardika? Ishh" gerutu Vidya. Mahar kemudian menarik Vidya masuk ke dalam dan menyodorkan tiket.
"Lo tanding?"
Mahar mengangguk.
"Dan ga ngasih tau gue?"
Mahar mengangguk lagi.
"MAHARDIKA!!" ucapnya gemas.
"Biar kejutan buat Vidya dari abang Mahar terketjehh"
"Najis har najis"
"Hahaha"
"Terus sekolahnya gimana?"
Mahar menjentikkan jari dan tersenyum "gampang itumah".
Lalu Vidya segera masuk dan melihat sekeliling. Dia tidak sadar telah meninggalkan Mahar.
Dia berjalan ke tribun paling depan. Walaupun kebanyakan yang menonton adalah lelaki, namun mereka sudah kenal dan tidak heran jika Vidya ada dijajaran suporter setia.
Dia melihat Alfa dan Mahar masuk lapangan dengan baju kebanggaan berwarna merah; yang Vidya duga baru saja selesai dibuat.
'Bagus ya moa yang satu itu juga ga ngasih tau kalo mau tanding'
Mereka mendengarkan arahan pelatih. Pemanasan dan siap-siap masuk lapangan. Membetulkan posisi dan menyiapkan mental.
Sebab, ini adalah pertandingan melawan tim yang cukup kuat, bila mereka lalai maka kekalahan ada di depan mata.
Vidya pun memperhatikan sambil memanjatkan doa agar tim sekolahnya menang. Saat babak pertama, tim Mahar ketinggalan satu skor, 2-1 kemenangan sementara untuk tim lawan.
Namun, mereka tidak puas hati. Di babak ke 2 mereka lebih menguatkan serangan dengan banyak melakukan umpan pendek dan tendangan jarak jauh. Sekarang skor imbang 2-2 dan waktu menunjukkan tinggal 15 menit lagi saja.
Tim Mahar pun akan melakukan tendangan sudut. Alfa mencari titik yang pas agar menghasilkan gol kemenangan. Dia melihat Mahar yang jauh dari kotak pinalti. Namun, dia yakin keputusannya akan baik.
Priitt
Alfa pun menendang bola ke arah Mahar yang diterima dengan baik sebab tidak ada pihak lawan yang menjaga. Mungkin karena jauh dari daerah berbahaya. Maharpun dihadang oleh 2 pemain lawan, akhirnya dia segera melakukan tendangan jauh ke arah kiper dan. . . . . .
GOLLL
Tim Mahar begitu senang dan teman-temannya segera memeluk Mahar. Mereka kemudian berlari dan berhenti di depan tribun yang disana terdapat Vidya.
Mereka pun berangkulan kemudian menundukkan badan ala dancer yang selesai show. Mereka berteriak kencang 'For school' tetapi Mahar dan Alfa menambahkan kata 'For you Vidya'.
Vidya kemudian berlari kebawah dan memeluk para pemain satu persatu, sedangkan Mahar dan Alfa sudah menggerutu tidak jelas karena kesal.
Vidya kemudian menghampiri keduanya dan memeluk bersamaan, tetapi kemudian dia menoyor Alfa.
"Coba nanti sekali lagi mau tanding gausah bilang-bilang. Awas aja jangan pernah kenal gue lagi" ancamnya.
"Ini ide si Mahar lohh" ucap Alfa tidak terima.
"Dua-duanya sama aja, udah sana main lagi"
"Siap hahaha".
Setelah itu mereka melanjutkan pertandingan yang tinggal 5 menit lagi. Mahar kembali menguasai bola dan mengoper ke Adi dibelakang lalu diberikan ke Alfa di sudut kanan, Mahar berlari dan Alfa mengumpan bola ke arahnya yang kini berada di kotak pinalti dan . . . . . .
🔥🔥🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
HE
Teen FictionKupersembahkan luka yang membuat rasa. Dia, seseorang yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Yang menggoreskan luka bukan dihati, namun didahi. Namun, apapun yang dinamakan luka pasti akan membekas. Sama seperti rasa yang tumbuh kepadamu. Kau menguba...