29

33 3 0
                                    



Setelah cairan infus habis, Mahar benar-benar mencabutnya dan pergi keluar RS menggunakan kruk. Dia mengendarai mobilnya sendiri padahal tadi papanya meminta untuk diantar supir. Dasar keras kepala

"Vidya, Alfa mau kumpulan dulu. Nanti dianter deh beli susunya tapi ga sekarang ya? Mau pulang dulu sama Leta?" tanya Alfa sambil mengusap kepala Vidya.

"Pulang sendiri aja, daripada jadi nyamuk"

"Yaudah, gue pesenin grab ya? Mau ke RS kan?"

"Gausah Al, sana kumpulan takut telat"

"Hm, yaudah deh. Bye Vid"

"Bye"

Vidya kemudian berjalan menuju parkiran, dia mengetik untuk memesan grab. Namun,

"Neng naik grab nya abang aja yuk"

Suaranya? Gamungkin

Kemudian terdengar suara kruk mendekat. Vidya menoleh dan mendapati Mahar sedang tersenyum kepadanya.

"Ngapain disini? Kan sakit. Ayo pulang. Baik apa kesini? Jangan bilang nyetir sendiri" Vidya panik.

"Ngejemput lo. Iya pulang, naik mobil. Sayangnya iya nyetir sendiri" ucap Mahar polos seperti tanpa dosa.

"MAHARDIKA!! AYO PULANG!!" seret Vidya yang langsung mendudukkan Mahar di kursi sebelah kemudi. Dia langsung masuk dan nyetir mobilnya Mahar.

"Vidya kok jutek lagi? Kok sebel gitu?" goda Mahar.

"Bd amat"

"Mahar hebat ga? Bisa jemput Vidya lohh" ujarnya sambil menarik turunkan alis tebalnya.

"Au"

Setelah sampai, Vidya membantu Mahar untuk masuk ke dalam kamarnya dan membaringkannya. Dia pun bergegas pergi untuk pulang namun Mahar menahannya dengan alasan "Mama papa gaada, gue disini sendiri. Lo nginep ya?" bodoh.

"Hm" ucap Vidya yang kemudian merebahkan diri di sofa sambil memainkan hp. Mahar berbaring menghadap Vidya dan memperhatikan kegiatan Vidya.

Sampai hp itu perlahan terjatuh melewati Leher Vidya, dan tangannya merosot turun.

Mahar terbangun dan terkekeh dia mengambil hp Vidya dan melihat layarnya disana ada potonya dan Vidya yang sepertinya akan di upload ke ig namun Vidya sudah tertidur. Mahar memencet tombol upload dan mematikan layarnya.

"Tunggu besok Vid" Mahar tersenyum.

Keesokan harinya, Vidya berangkat sekolah bersama Alfa dari rumah Mahar.

Saat pulang sekolah, Alfa sudah memakai baju futsal dan mengajak Vidya untuk ikut menonton yang langsung disanggupi olehnya.

Mereka pergi ke GOR, tempat biasa tim Alfa tanding ataupun hanya latihan.

Vidya duduk di tribun sambil mrnyiapkan minum. Pertandingan akan dimulai, namun kedua tim masih tampak sedang pemanasan terlebih dahulu.

Sekolah Vidya memang akhir-akhir ini sedang banyak mengikuti event-event kejuaraan dalam bidang non-akademik. Bukan hanya futsal, tetapi banyak juga yang lainnya seperti bola, basket, volly, bulutangkis hingga renang.

Karena biasanya perlombaan di bidang akademik terlaksana bukan di penghujung semester seperti sekarang.

Sayang sekali, pertandingan kali ini Mahardika tidak ada karena masih dalam tahap pemulihan cidera.

Vidya pun akhirnya membayangkan bagaimana akan terjadinya pertandingan dengan kaptennya oleh Alfa. Sahabatnya yang ceroboh itu. Dia sampai tidak sadar tempat duduk disebelahnya telah ditempati seseorang.

Seseorang tersebut duduk dan memasang kan sepatunya. Vidya tersadar dan melirik sedikit ke arah sebelahnya.

'Loh sepatunya kok kaya kenal ya?' batinnya.

Seseorang itu juga memasang kan kaus kaki disebelah kakinya yang masih memakai sandal.

"Shh aduh" ringisnya.

Vidya otomatis menoleh dan tertegun.

"Loh, lo ngapain?"

"Duduk, mau ikut main" balasnya seraya tersenyum.

"Gausah aneh-aneh deh Har, ini kaki coba liat" ujar Vidya sambil menarik kaki Mahar pelan.

"Sakit kan?" sambungnya.

"Iya sih, tapi gapapa deh Vid yang penting main" ujarnya polos.

"Aduhh Mahardika udah duduk sini aja ya sama Vidya"

Bukannya menjawab, Mahar malah memeluk Vidya erat. Otomatis yang dipeluk keheranan.

"Lo kenapa si Har?" tanya Vidya bingung sambil berusaha melepaskan pelukan.

Mahar malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Sebentar Vid, nanti kalo gue gaada lo nurut ya sama Alfa. Gausah sakit lagi, tetep temenin Alfa buat terus nontonin dia main futsal gini ya? Gue sayang banget sama lo Vid. Jangan pernah ngebenci bola ataupun GOR ini ya?"

"Mahar? Lo kenapa? Emang sakit kaki ngaruh juga sama sikap atau otak? Emang lo mau kemana? Pindah sekolah?" tanya Vidya bingung sekaligus sedih.

"Engga Vid, lo sayang gue ga?" tanya Mahar sambil menatap manik mata Vidya.

"Seperti yang lo rasakan ke gue Har" balasnya dengan mata berkaca-kaca.

"Gue main dulu ya Vid, kebawah" pamitnya.

Bukannya membiarkan Mahar untuk turun, Vidya malah menahannya sambil kembali mendekapnya. Menghirup aroma tubuh Mahar yang selalu ingin dia rasakan.

Seolah besok, Vidya tidak dapat merasakan pelukan ini lagi.

"Jangan Har, kenapa ya rasanya kaya lo mau pergi ninggalin gue, dan gaakan pernah kembali. Lo disini aja, A-aku sayang k-kamu Mahardika" ucap Vidya yang mengganti sebutannya untuk Mahar dengan sebutan aku-kamu agar Mahar mengerti dan tetap tinggal.

Mahardika hanya tersenyum tipis dan mengelus rambut Vidya.

"Aku lebih sayang kamu Vid" balasnya lalu melepaskan pelukan dan mulai turun ke lapangan dengan langkah yang sedikit pincang.

Entahlah Vidya benar-benar tidak rela melepaskan Mahar sekarang. Mengapa rasanya dia tidak akan pernah kembali?

Bahkan aku belum menggapaimu Har.

Air mata Vidya akhirnya jatuh dan terus mengalir deras tanpa ia inginkan.

"Gaperlu nangis Vid, Mahar ada kok disini buat kita, buat lo" ujar Alleta yang kini berada disampingnya bersama Abi dan menghapus jejak air mata Vidya.

"Tapi, kenapa rasanya dia bakalan pergi Let?"

"Engga Vid, dia ga pergi. Udah dong ini ga berhenti-berhenti" keluh Alleta yang akhirnya harus mendekap Vidya untuk menenangkan.

HETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang