Genap satu bulan Nada ditinggalkan oleh Filan. Genap satu bulan pula ia sudah melewati sulitnya hari yang harus ia jalani dengan bagian hati atau bagian diri yang kosong. Beberapa hari lamanya, tawa yang keluar dari mulutnya hanyalah tawa yang hampa. Senyum yang tampak hanyalah senyum yang menutupi betapa rapuhnya diri gadis itu setelah ditinggalkan. Bulan lalu, malam puncak dari event yang ia pegang tanggung jawabnya berjalan lancar tanpa ada hambatan apa-apa. Ternyata gertakannya waktu itu membuat anggotanya tergerak untuk ikut bertanggung jawab atas event yang sudah mereka sepakati bersama.
Sebulan terakhir, Fahrezi, dan ketiga teman Filan yang lain juga mencoba menghibur Nada dengan mengajak Nada pergi keluar kota bersama mereka. Tak jarang pula Nada menolak karena kesibukannya di sekolah dan organisasi. Walau begitu, Nada tetap meluangkan waktunya untuk ikut dalam perjalanan itu, bertemu dengan orang baru, suasana baru, dan banyak hal baru yang sebelumnya tidak ia ketahui menjadi ia ketahui. Rando juga terkadang masih menghubunginya, dalam pentas musik sebulan lalu, Nada dan Rando dipanggil ke atas panggung sebagai juara dua dan juara pemilihan lagu terbaik. Davilza juga terkadang masih suka menarik tangannya ketika waktu istirahat tiba, entah mengajaknya makan atau mengajaknya pergi ke perpustakaan. Bagaimana dengan Alana? Ya, gadis itu sempat mengurung dirinya beberapa hari. Namun, waktu terus berjalan. Gadis itu tidak bisa seperti itu terus.
Dan kini, Nada berada di makam Filan. Nada tersenyum kemudian menaruh keningnya diatas nisan Filan untuk sesaat. Lalu ia membersihkan makam Filan, mengganti bunga mawar yang sudah layu, kemudian ia merapalkan doa dan setelahnya menaburi makam Filan dengan bunga yang masih segar.
"Gak terasa, udah satu bulan aja kamu ninggalin aku." Nada terkekeh setelah mengatakan hal tersebut. "Benar apa kata kamu kalau aku bisa hidup kalau gak ada kamu, buktinya sekarang aku gak apa-apa."
Nada mengusap nisan Filan. "Tapi ada yang kurang, Fil."
"Aku kurang ngerasa hidup,"
"Tapi mungkin karena ini masih satu bulan, kan? Mungkin nanti semua bakal kembali lagi kayak biasanya,"
Nada tersenyum kemudian mengecup nisan Filan.
"Gila ya? Dari tadi ngomong sendiri, sekarang malah cium-cium nisan." Tiba-tiba saja sebuah gerutuan terdengar. Ternyata itu dari seorang laki-laki yang berada di seberang Nada.
Nada menoleh ke orang itu. Ternyata dia adalah laki-laki songong yang pernah Nada temui. Laki-laki kemeja hitam yang terkena tumpahan susu cokelat miliknya.
"Sewot aja, emang kehidupan kamu--" Nada menghentikan sahutannya ketika melihat laki-laki itu merapalkan doa dan menaburi bunga ke atas gundukan tanah tempat Filan dimakamkan.
Setelah selesai dengan urusannya laki-laki itu menatap ke arah Nada.
"Bahkan semesta berkonspirasi agar kita dipertemukan. Awalnya di pentas musik lalu sekarang di makam sepupu saya sendiri. Saya gak habis pikir," ucap laki-laki itu sambil menggeleng-geleng pelan.
Nada hanya menatapnya dengan alis tertaut, bingung.
"Eh? Kenapa tadi? Kamu mau bilangin saya apa?"
"Saya ganti pertanyaan saya," jawab Nada. Ia berdeham sebelum melanjutkan, "siapa kamu?"
Laki-laki dihadapannya tersenyum miring kemudian menjulurkan tangannya ke arah Nada.
"Saya Mahesa Astrawijaya,"
[=]

KAMU SEDANG MEMBACA
We (Don't) Have Relationship
Genç KurguTanpa aku, kamu masih tetap bisa ngejalanin hidup kamu sebagaimana biasanya. copyright©2018 by BlueNeptunies