Terik dari sang mentari benar-benar membuat siswa dan siswi di lapangan mengibas-ngibaskan tangan untuk mendapatkan udara tambahan. Beberapa bahkan sudah mandi dengan keringat sendiri. Sementara di tempat teduh yang ada di depan, sang kepala sekolah masih asik menyampaikan orasi-nya tentang keinginannya terhadap sekolah itu kedepannya.
"Ah sialan nih bapak, bacot aja dibanyakin tentang ini-itu, sekolah bakal begini-begitu, nyatanya uang sumbangan dipake buat makmurin badan." Gerutu seorang anak laki-laki yang disisi kanan seragamnya terdapat bordiran nama, 'Filan Astrawijaya'.
"Anjir, Lan." Sahut sahabatnya yang ada dibarisan sebelah kanan Filan, yang tak lain adalah puan nama Zavano Faris Thaher.
Kemudian terdengar suara tawa dari barisan belakang mereka, "Filan kalau ngomong suka bener, anjir."
Filan terkekeh, "nyaut aja lo udin."
"Anjeng, nama gue Wahyu Zadin Zafinoor ya, bukan Udin, nama tengah gue itu Zadin. Dasar katarak mata lo,"
Zavano dan Filan tertawa menanggapi.
"Tumben lo ikut upacara, Lan?" tanya Zavano setelah menghentikan tawanya.
Filan hanya terkekeh.
"Wah pasti bakal ada sesuatu nih," Zavano melanjutkan. "Biar gue tebak..."
"Apa?"
"Bakal ada Nada kan ntar,"
"Cie cie...uhuy-uhuy...acikiwirrrrr..." olok Wahyu.
Kemudian Filan memukul kepala Wahyu.
"Sakit woy ah," ringis Wahyu sambil mengusap bagian kepala yang kena pukul.
"Makanya jangan bacot."
"Ah jadi bener niiiih nunggu Nada?" Wahyu kembali menyahut, kini sahutannya ditambah dengan alis yang turun naik.
"Udah deh, jawabannya pasti iya. Lagian biasanya kan Filan bakal ikut telat sama Davilza kalau gak dia bakal pura-pura sakit terus baringan di UKS sambil ngobrol sama Alavan."
Selang beberapa detik, apa yang dibincangkan ketiga sahabat itu benar-benar terjadi. Seorang gadis berambut sebahu, naik ke atas podium. Gadis itu tidak lain adalah Nada Arlita Putri. Sahabat masa kecil Filan yang entah kenapa bisa satu sekolah dengan Filan sejak mereka TK sampai masa SMK sekarang.
Nada mengetuk mic yang baru saja ia terima dari sang kepala sekolah. Terlihat gadis itu menarik napas kemudian mengembuskannya secara perlahan, terlihat menetralisir kegugupan yang tiba-tiba datang.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi. Semoga di pagi yang terik ini kita semua merasa baik, walau tidak dalam keadaan baik."
"Apa sih," sahut Filan pelan sambil terkekeh.
"Oke demi mempersingkat waktu, langsung saja saya berdiri disini selaku ketua osis mengucapkan selamat datang kepada adik-adik yang baru saja melewati masa MPLS di SMK Satu Bangsa Beda Suku. Semoga kedepannya kita semua bisa mendapatkan pelajaran-pelajaran yang dapat bermanfaat di lingkungan kantor dan..."
"Ngedip bisa kali boi," tegur Zavano.
Filan hanya memutar bola mata malas.
"Nada cantik juga," intrupsi seseorang dari arah belakang Zavano, tepatnya disamping tempat Wahyu berdiri. Ketiga laki-laki itu serempak menoleh ke asal suara.
"Ngagetin lo!" seru Wahyu sambil meninju lengan orang yang mengintrupsi itu.
Zavano tertawa sampai terbahak-bahak.
"Davilza mah gitu, sukanya ngagetin orang. Tiba-tiba datang, tiba-tiba ngilang, tiba-tiba gatau deh,"
"Yang lebih ngagetin adalah dia tiba-tiba datang dengan bilang kalau Nada itu cantik. Please ya Dav, sudah seabad lamanya kita sering bilang kalau Nada itu cantik, pinter, manis, body-nya goals, dan pinter sosialisasi ke semua orang di sekitar, cuman yang kita semua pertanyakan kenapa Filan gak jadiin cewek yang hampir sesempurna itu sebagai pacar." Jelas Wahyu panjang lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
We (Don't) Have Relationship
Genç KurguTanpa aku, kamu masih tetap bisa ngejalanin hidup kamu sebagaimana biasanya. copyright©2018 by BlueNeptunies