WHDR-5

57 10 0
                                    

"Idih, ngapa lo dari tadi senyam-senyum sendiri sambil geser layar hape?" tanya Gavi pada Rando yang sedari tadi atensinya hanya tertuju pada benda segi empat yang sedang berada di genggaman tangan kanannya.

Malam ini mereka kembali berkumpul. Jika kemarin di rumah milik Davilza maka hari ini mereka berkumpul di rumah Gavi. Sebenarnya tidak ada kepentingan yang mengharuskan agar mereka bertemu lagi, mereka hanya bersantai bersama.

"Enggak," jawab Rando sambil mempelihatkan cengirannya.

Davilza dan Gavi kemudian saling lirik. Lalu Davilza segera mengambil benda itu secara sepihak.

"Kena lo," ucap Davilza diiringi kekehan pelan, kemudian tiba-tiba saja ia terdiam karna kaget. "Lo kenal ini cewek darimana?"

Kemudian Gavi mendekati Davilza dan melihat ke layar ponsel tersebut.

"Widih! Cantik bener ni cewek," ucap Gavi. "Gebetan baru lo ya, Do? Eh tapi, tapi, itu seragamnya sama kayak seragam lo, Za."

"Lah emang anak sekolah Davilza coy," sahut Rando kemudian mengambil ponselnya dari tangan Davilza secara paksa. "Davilza pasti kenal, sih. Soalnya ini cewek ketos di sekolahannya."

"Lo kenal, Za?" tanya Gavi.

"Target gue," jawab Davilza.

Rando berjengit kaget dan Gavi terdiam.

"Lo yakin?" tanya Rando.

"Banget."

Rando hanya diam, kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Gue nyebat dulu,"

Gavi mengangguk dan Davilza hanya diam sambil menatap kepergian Rando yang pergi dengan tangan terkepal.

[=]

Setelah tiga setengah jam melewati jalanan macet yang luar biasa membuat mobilnya hanya bisa bergerak beberapa senti, akhirnya ia sampai di sebuah rumah bertingkat yang megah dengan warna cream dan coklat mendominasi. Filan turun dari mobil putihnya dan segera membuka pintu ketika sudah sampai didepan pintu rumah. Filan sudah terbiasa dengan sikapnya seperti ini, karna dia dan Fahrezi sudah bersahabat sejak kelas satu SMP. Baru saja Filan membuka pintu, pemandangan yang dihadapannya sudah membuatnya refleks untuk menutup mata.

"Assalamual--astagfirullah. Will, lo kalau mau gitu-gitu jangan depan umum dong,"

"Alay lo," balas seorang laki-laki yang dipanggil Will itu. "Gue cuma gak pake baju doang. Panas nih gue abis kebanyakan push-up gara-gara kalah tanding PES sama Genos."

"Gak nanya ah," balas Filan kemudian berlalu masuk.

"Ya terserah lo!" ucap seorang laki-laki yang sedang membelakangi Filan, ia menaruh ponselnya di telinga, tanda bahwa ia sedang menelpon.

"..."

"Anjing. Lo kalau udah bosan bilang, tolol. Lo kira gue bakal tetep bisa ketawa-ketiwi bareng lo pas gue liat pakai mata sendiri lo lagi ciuman sama cowok brengsek yang gak gue kenal."

"..."

Kemudian laki-laki itu mematikan sambungan telpon secara sepihak. Setelah melempar ponselnya secara asal, ia segera mengembuskan napas kasar sambil menyisir rambutnya dengan jari tangan.

"Kenapa, Ji?"

"Tau ah, gue mau putus pokoknya. Capek anjir, banyak tingkah, asli, parah. Udah gue baik-baikin malah gini, gue jahat ntar gue ditinggalin terus gue yang nyesel," ia kemudian mengembuskan napas secara kasar, lagi. "Serba salah lah, anying."

We (Don't) Have RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang