ADIVA 1

2.8K 112 2
                                    

Diva mendesah lega setelah keluar dari mobil itu, Bagas membuatnya nggak bakalan bisa fokus ke fisika pagi ini, gara – gara Dope semuanya blank dan pikirannya penuh dengan kegantengan Jeka sama Jin. Lagian Rafi kemana sih, tu anak pergi semalem dan nggak pulang pagi ini, harus Diva akui kakak yang paling Diva tempelin adalah Rafi, tapi kalo dia udah garang, Diva nggak bakalan mau bertatapan sama Rafi, soalnya galak.

Seperti biasa, Diva duduk di samping Egi, dia cewek, dia perempuan dan dia ladies. Harus Diva akui kalau temannya nggak banyak, cuman Egi, itu kalau Egi nggak terpaksa sama Diva. Siapa yang berani sama Diva, cewek yang liar, suka teriak dan suka nyablak, tapi Diva cantik dan baik hati kok. Buktinya, Egi betah sama dia selama dua tahun belakangan ini.

Umur Diva 17 tahun, Deva 23 tahun, Rafi 21 tahun dan Bagas 20 tahun. Beda tipis sih, tapi kalau udah kumpul bangsatnya nggak nahan, bikin Diva pengen ngomong laknat terus. Hiks.

Keberuntungan yang tidak terduga, Fisika jam kosong karena bu Tia mendadak kena sakit gigi dan di haruskan USG, lerr, dan pelajaran selanjutnya kosong dikarenakan rapat dadakan awal bulan, alhamdulillah –rejeki anak macam Diva nggak kemana. Otaknya ngga geok ampe rumus Fisika eyu.

Diva keluar, mencari hawa segar tanpa Egi, temennya yang kalem itu lagi dikelas sambil nonton video Exo, yang ada ceye itu sama si beybeb Sehun. Diva, nggak begitu tertarik, dia lebih ke abang Jeka sama Jin. Ululu abang, besok kita nikah yak.

Tiba – tiba ada guru bahasa dateng mengahampiri Diva di kala ia menghirup hawa segar. "Eta Dipak, sini bapak minta tolong.." Yak Gusti, Diva bapak bukan Dipak.

Nggak salah, Diva punya nama bagus tapi sering diplesetin, soalnya dia juga suka mlesetin nama orang – orang. "Aya naon bapak Baygon?" tuhkan, padahal namanya pak Muksin, tapi bagus juga di panggil baygon, hobbynya bawa baygon ke sekolah sih. Sampe Diva geleng – geleng.

"Nama bapak Muksin Dipak, bukan Baygon. Aya – aya waek kamu mah!"

"Nama saya Diva bapak, bukan Dipak.." ujar Diva membenarkan.

"Terserah kamu lah yang penting Dipak.."

"Naonnn pak, naonn.." kesal Diva.

Pak baygon nyengir, "Hehehe, bapak mau nitip.."

"Saya bukan jasa penitipan lo pak,"

"Yaudah kamu mah bapak suruh.."

Diva mulai menatap pak baygon tajam, ada setumpuk berkas laknat yang pasti akan di berikan padanya. "Naon pak?"

"Ini, kamu anter ke kelas IPA-2, bapak mau dateng ke kantor.."

Diva menggaruk kepala sambil nyengir, belum mau mengambil setumpuk kertas dari pak baygon. "Siang gini, hareudang pisan pak.."

"Iya bapak tahu, terus masalah buat bapak?"

"Iya pak, Diva mau ke kantin beli minuman, bapak teh mau?"

"Naon?"

"Naon wae pak, bapak mau minuman?" Diva mencoba sabar di depan pak baygon yang sedikit budek. Astagfirullah.

"Oh, nggak, bapak lagi nggak haus. Yaudah kamu anter, ntar Dipak bapak kasih nilai ples di bahasa. Mau?" tawar pak baygon.

Sementara, mata Diva berbinar, tapi dia nggak tertarik, yaudah terima dulu deh tawarannya siapa tahu Tuhan berkehendak. "Yaudah pak, sini, Diva anter. Dah bapak, assalamualaikum.." kata Diva sambil menerima kertas itu dan pergi ke IPA-2.

"Atur nuhun Dipak, wa'alaikumsalam.."

Sampe tengah perjalanan, Diva berhenti, tertuju pada satu orang, belum jauh berjalan dari pertemuan dengan pak baygon tadi, Diva memberikan setumpuk kertas yang diduga kertas ulangan itu pada Weni. Weni terkejot, nggak tahu akan sikap Diva. Cewek berangas ini.

"Aya naon Diva?" kata Weni sambil menerima kertas yang di berikan oleh Diva.

"Wen, tahu nggak?"

Weni menggeleng.

"Kemarin Wen, gue dapet kiriman album Exo dari abang gue.." cengir Diva, boro – boro album dari abang, bangsat ugha iye.

Weni jelas bebrinar dong, secara dia ExoL. "Beneran kamu teh?"

"Iyak. Mau?"

"Mau atuh Div.."

Diva tersenyum. "Besok gue bawain ya, penting anterin dulu berkas laknat itu ke IPA-2. Deal?"

"DEAL Div, makasih yak! Kamu baik!" kata Weni melesat pergi. Weni kelas IPA-1, jadi kan deketan, sementara Diva IPA-6, jaoh banget. Kebetulan ketemu Weni habis dari toilet deket IPA-6. Nikmat manakah yang kamu dustakan?

Sementara itu, Diva melengang pergi ke kantin, hidupnya santay. Jangan khawatir, album Exo? Yaudah sih, malak aja ke Egi, buat Egi luluh sama perkataan Diva, ntar luluh ugha tu anak.

"Panas banget gila. Bisa – bisa mati terkapar nih eyt" ujar Diva sambil kipas – kipas dan menikmati pemandangan di sektiar skulnya.

Jangan harap deh bisa ngerangkul cogan, ketahuan chat sama cowok atu aja udah di penggal sama Abangnya. Sontak pikiran itu ia hilangkan dari kepalanya, Diva benar – benar muak atas kejombloannya selama 17 tahun ini. Gelar pacaran belum pernah di sandangnya, tapi semua abangnya pernah menjalin hubungan yang bernama pacaran. Nggak –adil banget kan ya? Diva udah besar tcoy, udah punya tt, udah tau apa itu boep, udah pernah juga liat adegan kiss di drama. Kurang syarat apa juga buat pacaran? Pokoknya, Diva harus ngerasain pacaran, nikmati masa SMA dong, masa jomblo mulu.

Pokoknya pulang nanti, Diva harus minta persetujuan pacaran pada ketiga abangnya.

Tar, masalahnya udah ada calon?











//

a.n.

Konnichiwa tayangtu. Nggak banget ya keliatannya, heuheu, aku bingung genre apa ini. Yang udah masukin ke perpustakaan atau reading list, coba kasih saran dong, daku harus memasukkan cerita ini ke genre apa.

JAngan lupa vote & comment ya.

Arigatou!

ADIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang