Pukul dua pagi Diva terbangun nggak sengaja, lantas mencari keberadaan handphone-nya dan membuka lockscreen. "Sialan, gue ngga bisa tidur lagi nih.." katanya yang waktu itu terduduk di pinggiran kasur dan menguncir kuda rambutnya.
Diva duga, cowok itu tertidur pulas, ia berjalan menuju dapur guna mengambil minuman berkaleng dan beberapa camilan makanan yang dibeli Zaidan waktu itu. Ketakutannya semakin menjadi - jadi, tatkala dari belakang Zaidan menepuk pundaknya.
"HAYO!"
"EEEE, copot ee.." latah Diva kesal sambil membalikkan badan.
"Laper ya neng?" ujar Zaidan polos dengan baju putihnya dan celana kolor selutut.
Yaampun suami gue ya ini? Kenapa mirip banget sama Zayn Malik Ya Allah.
"Gue kebangun, lo ngapain kesini pagi - pagi? Lo nggak tidur? Habis ngapain aja?" tanya Diva kesal sembari memilih camilan yang banyaknya menutupi cahaya lampu kulkas.
"Pelan - pelan dong nanyanya sayang, jadi bingung mau jawab yang mana dulu.."
"HEH!" Diva menabok Zaidan cukup keras dan membuatnya mengaduh kesakitan.
"Ih, kenapa dipukul si? Sakit tahu.."
"Siapa suruh manggil gue sayang?"
"Ya kan, udah jadi istri, beda lagi kalau belum SAH.. Awshh, pukulan kamu kenceng juga yaa.."
Diva mengarahkan pandangannya ke TV dan duduk disofa sambil menggenggam jajannya, "Udah deh terserah lo aja."
"Terus, kenapa lo kebangun? Atau? Belum tidur sama sekali?"
Zaidan yang mempunyai lesung pipit sebelah itupun terkekeh pelan, "Hehe iya, habis nge-PUBG"
"Kesehatan itu yang punya elo! Jangan sampai nyusahin gue.." kata Diva berapi - api.
Dibalik Diva yang mengunyah makanannya dan menyaksikan kartun di TV, Zaidan tersenyum tipis. "Haha lucu banget si,"
"Kalo suka marah, jadi pengen sayang lagi.."
Diva geram tangannya ingin melayang, "Gue banting ya lo,"
Tolong, jantung gue udah nggak karuan, jiwa - jiwa bucin udah mulai menghantui gue.
"Kamu nggak tidur lagi Dip?"
"Baru juga gue kebangun tadi, lo kalo mau tidur gapapa duluan aja.."
Tak lama kemudian Zaidan mengubah posisi duduknya dan merebahkan kepalanya ke paha Diva, membuat cewek bar - bar itu ingin memuntahkan isi mulutnya. Masalahnya, Diva nggak biasa di giniin, apalagi dengan seorang laki - laki kecuali para abangnya. Dengan tampang tanpa dosa, Zaidan nyengir dan menutup matanya. Seperti enggan menerima penolakan dari mulut Diva.
"Ntar, kalo kamu mau tidur bangunin aku aja ya.."
"Ya nggak bisa dong, lo berat Dan.."
"Sssttt... bentaran doang.." dan Diva hanya mengangguk lemah tak bisa menerima penolakan seenak ini pula.
Paginya, Diva sedikit senam jantung, di karenakan Zaidan ada di depannya saat ini. Dengan muka polos khas bangun tidur ia menatap Diva dengan intens, kemudian membelai anak rambut yang sempat jatuh ke mata lentik Diva. Dengan posisi yang seperti ini, mereka tidur di sofa depan TV, tanpa selimut tapi memakai bantal, dan kondisi TV yang masih menyala sampai matahari bisa menembus celah jendela apartemen mereka.
"Selamat Pagi!" ucap Zaidan melepaskan pelukannya, sejujurnya itu sangat hangat dan Diva tak ingin bila dilepas.
"Hm..." tak ada penolakan sedikitpun dari dirinya, sambil menguap lebar.
"Gue ketiduran disini ya?"
"Iya, pake acara meluk aku lagi, sempet nggak bisa napas sampe setengah jam. Akhirnya, aku peluk balik deh.."
Nah, baru kali ini Diva memancarkan aura - aura beringasnya. "HAH?!"
"Udah SAH Diva.." singkat Zaidan jelas sebelum Diva mengeluarkan sungut apinya itu.
"Beraninya, pakai bawa - bawa nama SAH" sambil beranjak dan mewanti - wanti Zaidan akan berbuat kekerasan cinta lagi. Ya ampun, seenak ini ternyata morning vibes kalo udah nikah :")
"Gamau aku peluk dulu nih?" ampun, Diva udah nggak tahan kalau Zaidan udah sok imut gini tolong. Pengen banget buat peluk, tapi dia sadar kalau sudah terlanjur mencintai, nggak tau badai selanjutnya kaya gimana yang akan menimpa dirinya.
"GAMAU DIH! Apaan si, udah ah lo mandi sana! KIta sekolah,"
"Kok balik badan gitu? Kenapa? Nge-blush?" goda Zaidan sambil cengengesan.
"IHHHH! GUE TABOK YA?!"
"Iya deh, ampun tuan ratu.."
"..kalo udah siap, tunggu aku ya, nanti berangkat bareng."
Sedikit lagi Diva akan menganga untuk mengatakan sesuatu, Zaidan sudah menginterupsinya "Udah ngga ada abang - abang lagi, adanya aku, ngga boleh naik ojol selama aku masih bisa jemput atau anter kamu.."
"Paham kan? Yaudah, aku mandi dulu ya.." ujarnya sambil mengedipkan satu mata. Seketika Diva lemas nggak berdaya, Zaidan kelewat tampan dengan tampangnya yang setengah persen pagi ini. Dengkulnya nggak mampu membopong badannya, benar - benar meltttt.
"SADAR! SADAR!" katanya pada diri sendiri sambil menepukkan kedua tangannya ke pjpi dan berjalan memasukki kamar.
Sampai pekarangan sekolah pun, Zaidan masih saja membuntuti Diva, ah, lebih tepatnya berjalan di sampingnya sambil bergaya khas MOST WANTED, padahal Zaidan cuma terkenalnya numpang temen - temennya doang. Siapa dia?
Ada Jay sebagai ketua kelompok bajingan sekolah,
dilanjut dengan Guntur sebagai melankolis abad terakhir di sekolah ini, lalu dilanjut dengan Diki sang pentolan berjiwa ambyar yang otaknya nggak main - main kalau masalah pelajaran. Dan yang terakhir adalah, Zaidan yang perannya sebagai pelengkap mie instan dengan otak yang pintar dan nggak begitu gila.
Kalau fakboi bisa di pergelarkan, maka Jay dan Guntur adalah orang berderet urut di sekolah. Diki yang tampangnya lumayan itu hanya figuran fakboi yang bisa saja kena imbas wanita yang tertolak kedua sahabatnya itu. Karena sedari dulu Zaidan terkenal cuek, maka peran menyandang sebagai wanitanya telah gugur, iya juga sih, siapa juga yang nggak kenal pacarnya, yaitu Mara, cewek cantik seangkatan beda sekolah yang ratingnya tinggi kala itu.
"Dan, lo nggak perlu jalan di deket gue. Space masih banyak, lapangan juga ada, lorong pun juga sanggup menampung elo, kaya ga ada jalan lain aja deh.." ujar Diva sembari menggendong tas ranselnya yang ia nggak pernah ganti dari SMP.
"Nggak mau, ada tempat paling nyaman buat gue jalan disamping lo.."
"Dan, di lihatin anak - anak tuh, berasa gue jalan sama selebgram aja.." bisik Diva pelan dan mencoba mempercepat langkah.
"Yaudah nggak apa - apa, mereka juga baru tahu kan? Modelan selebgram juga ada yang jalan sama cewe kaya gini..."
"IHHHHHH....."
Diba berlari kecil dan mempercepat laju agar pandangan teman - temannya beralih.
Ini nggak bisa di biarkan, seberapa menariknya gue, kalau di sandingkan sama Zaidan ya sama aja, kaya rempahan kripik usus yang bakal terus dicari - cari.
//
Maaf banget ya part ini dikit, soalnya lagi enak banget nih hawanya buat rebahan aja HAHAHA.
See u next part gais!
Jangan lupa bintang dan semangatnya ya! <3
LOVs u,
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVA
Teen FictionDiva, Adiva Aurina. Anak terakhir dari empat bersaudara, ia cewek yang suka ngomong kasar, beringas, ganas, liar dan nggak tahu sopan santun, cewek ini cuma punya teman beberapa doang dan bahkan bisa di hitung pakai jari. Selalu kesal karena di ruma...